TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Oscar Primadi membantah dikatakan tidak siap mencegah virus Zika. “Salah itu, kami tidak pernah (tidak siap),” katanya pada Selasa, 2 Februari 2016, di kantornya.
Menurut Oscar, pemerintah sudah sejak Oktober mencoba memberantas nyamuk Aedes aegypti, nyamuk penyebar virus Zika. Pemberantasan tersebut bekerja sama dengan pemerintah daerah. Pemberantasan nyamuk itu pun dilakukan berbarengan dengan kasus Demam Berdarah Dengue.
Pemerintah, kata Oscar, terus waspada dengan adanya perkembangan virus Zika yang terjadi di beberapa negara tropis lain. "Indonesia akan berfokus pada kegiatan pemberantasan nyamuk dengan berbagai program yang sudah ada, seperti juru pemantau jentik atau kelompok lainnya."
Baca: Virus Zika, Pemerintah Minta Masyarakat Tidak Panik
Pemerintah mengajak masyarakat ikut dalam kegiatan pemberantasan nyamuk penyebar virus Zika. Caranya dengan kegiatan menguras, menutup, dan mengubur. Masyarakat disarankan menggunakan lotion antinyamuk atau mengenakan pakaian panjang. “Virus Zika belum ada obat atau vaksinnya sehingga yang bisa kita lakukan ya menghindar agar tidak tergigit nyamuk,” katanya. Diharapkan dengan berbagai gerakan itu, masyarakat terhindari dari virus Zika, juga DBD yang kasusnya sering terjadi pada musim penghujan.
Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan banyaknya bayi lahir dalam kondisi mikrosefalus di Brasil sebagai keadaan darurat kesehatan yang menjadi perhatian internasional. Mikrosefalus ialah bayi lahir dengan ukuran kepala kecil dan mengalami kerusakan otak.
Baca Juga: Dibahas WHO, Virus Zika Lebih Buruk daripada Ebola
Deklarasi itu dibacakan Direktur WHO Margaret Chan di Jenewa pada Senin, 1 Februari 2016, memicu penelitian guna menentukan apakah virus Zika, yang disebarkan nyamuk, menjadi penyebab banyaknya bayi lahir dengan kepala tidak normal di Brasil.
MITRA TARIGAN