TEMPO.CO, Jakarta -Penulis buku dan biografi para tokoh terkenal, Alberthine Endah, tadi pagi posting status di laman facebooknya soal gaya para netizen posting di sosial media alias sosmed.
“Orang udah gak sadar kalau bersosmed, ngamuk semua,” katanya yang dihubungi Tempo, Kamis 23 Februari 2017, pagi. Terutama pas Pilkada kemarin, kita banyak kaget lihat orang ngomong kasar, lanjutnya.
Baca juga : Pernah jadi Korban Hoax, Begini Happy Salma Mengatasinya
Disebutkan juga, mungkin itu karena budaya speak (bicara) kita tak mengijinkan untuk terus terang, “Mereka butuh ruang untuk marah. Sosmed jadi ruang pelampiasan,” katanya lagi. Lebih parah lagi jika orang tak punya panggung di dunia nyata.
Sayangnya pelampiasan amarah di sosmed itu juga bukan sekadar membuat pembaca tak respek, lebih parah adalah membuat karir jadi terhambat. Simak fakta yang disebutkan Alberthine di statusnya tadi:
Jangan pernah merusak karakter diri dengan berucap sembarangan di sosmed. Orang yg kita maki atau cemooh bisa saja suatu saat adalah orang yg menentukan "nasib" kita.
Saya pernah bercerita tentang seorang teman saya yg bos sebuah perusahaan. Caranya menerima karyawan baru selain melihat CV dan interview, juga dari pengamatan sosmed. Ia pernah mendelete lulusan dari universitas bergengsi setelah ia mengamati gaya sarkartis yg diperlihatkan si calon karyawan itu di fesbuk "Gue gak bisa bayangin nerima orang yg tiap hari ngamuk melulu di sosmed. Ekspresi di sosmed itu salah satu indikasi karakter," katanya.
Yang unik lagi belakangan ada teman saya bercerita. Ia punya kenalan seorang EO. Tidak terkenal tapi cukup besar. Si owner EO ini dulu pernah dibully di sosmed karena suatu pendapat. Dia terluka dan menyimpan kuat kenangan tak enak itu. Setahun kemudian dia dpt job menggelar konferensi besar di Bali. Berbiaya tinggi. Dia membutuhkan sejumlah tim IT dan menghire 15 orang yg akan dibayar dengan sangat baik dan fasilitas oke. Setelah dia mengamati CV dan interview, dia tahu bahwa 1 di antara 15 org itu adalah orang yg pernah membullynya dgn ucapan teramat kasar setahun sebelumnya. Dengan cepat ia mendelete nama orang itu.
Manusiawi banget. 9 dari 10 orang saya rasa akan memutuskan utk tidak berhubungan dengan orang-orang yg kasar, berucap menyakitkan atau tak sopan. Selama masih ada orang pinter yg baik, mrk akan pilih yg baik. Udah jelas.
Ada kawan saya berhati mulia. Seorang temannya pernah menyindirnya dengan sangat kasar di fesbuk. Bukan hanya menyindir, ia juga digunjingkan dengan keji. Enam bulan kemudian si penyindir itu sakit berat dan tak ada biaya berobat. Kawan saya menjenguk dan memberi sejumlah uang utk biaya RS. Orang yg begini langka banget.
Kadang saya menatap sosmed juga dgn pikiran yg kritis. Tentu saja kita semua ingin berekspresi bebas di sosmed. Tapi bebas itu bukan berarti kita membablaskan emosi kita. Sosmed itu panggung di hadapan publik, tercatat dan teringat. Sering saya takjub kalo melihat orang yg dengan bebas bertengkar di sosmed, membully dgn ucapan kasar, ribut dengan adu cemooh dan memposting capture chat yg seharusnya bukan konsumsi publik, memfitnah. Hal-hal seperti itu harusnya bisa ditahan atau dipertimbangkan ulang. Begitu postingan atau komen itu hadir di hadapan publik...orang akan mencatat dan mengingat karakter kita. Buat apa kita bablas utk sesuatu yg gak ada gunanya. Kasar, bully, keributan di sosmed itu gak pernah ada gunanya. Cuma muasin emosi sehari, abis itu nama kita jelek.
Bagaimana seandainya orang yg mengingat itu adalah orang yg berpengaruh pd urusan kita? Repot.
Ada satu kawan saya, seorang donatur perjuangan satwa, pernah berkomentar, "Gue ogah banget tuh bantuin si (menyebut nama). Dia kalo komen kasar banget. Di status orang lain dia juga kompor. Males banget bantu orang begitu.
Jangan salah, klien saya juga kepo fesbuk saya. Itu ketauan kalo mrk udah komen soal anak-anak saya. Dari mana taunya coba kalo gak ngoprek fesbuk saya. Misal mrk nanya, "Eh gimana tuh kelanjutan hubungan Loco sama Luluk."
"Kok Loco sih. Ntuuuuuut!"
Udah kepo, salah pula..
Di ujung percakapan, Alberthine juga menyebutkan bahwa hampir semua temannya yang sinis dan pemarah, hidup pribadinya sunyi.
SUSANDIJANI
Baca juga
Apa Manfaat Persaingan Kerja? Ini Jawab Pakar Karier
Penelitian : Bakteri Juga Tingkatkan Sistem Imun dan CInta