TEMPO.CO, Jakarta - Perdebatan publik soal pria bernama Tuhan dari Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Banyuwangi, Jawa Timur, ternyata merupakan fenomena sosiologi yang tidak unik.
Sosiolog dari Universitas Indonesia, Ida Ruwida, menjelaskan adanya latar belakang pergeseran budaya yang menarik di balik pemberian nama anak oleh orang tuanya. "Hal ini dekat hubungannya dengan pengaruh globalisasi dan budaya populer sekarang ini," kata Ida, Kamis, 27 Agustus 2015.
Menurut Ida, dulu nama seseorang selalu identik dengan identitas. Dia mencontohkan, nama bisa menjadi pembeda bagi orang-orang yang penampilannya mirip satu sama lain. "Wajah orang Eropa itu hampir sama, sehingga susah dikenali sebagai orang dari negara mana," ujarnya. "Tapi, dengan adanya nama, kita bisa membedakan mana orang Jerman, Inggris, Prancis."
Hal yang sama terjadi pada kelompok etnis lain. Nama, misalnya, juga membedakan orang Jepang, Korea, dan Cina. "Kalau tidak ada nama-nama khas, orang tak bisa membedakan mana Jepang, Korea, dan Cina," tuturnya. (Baca: Terkuak, Rahasia di Balik Nama Tuhan yang Belum Anda Tahu)
Namun sekarang ada pergeseran. Menurut Ida, ada setidaknya tiga alasan kenapa orang tua memberikan nama tertentu kepada anaknya. Alasan pertama, orang tua mencari keunikan. Dia mencontohkan penyanyi kondang Melly Goeslaw yang menamai anaknya “Anak Lelaki” dan penyanyi Iwan Fals yang menamai anaknya “Galang Rambu Anarki”. (Baca: Datang ke Jakarta, Ini Alasan 'Tuhan' Tak Mau Mengubah Nama)
Baca Juga:
Alasan kedua, ada orang tua yang menamai anaknya dengan nama-nama orang populer masa kini. Biasanya, orang tua ini terpengaruh dengan hal-hal yang sedang tren, misalnya pemain sinetron, penyanyi terkenal, pemain sepak bola, hingga tokoh terkenal. Tak sedikit anak Indonesia yang diberi nama "Maradona" ketika pemain Argentina itu sedang moncer pada Piala Dunia 1990. (Baca: Ribut Nama Tuhan: MUI Bisa Keliru Bila Jejak Sejarah Sahih)
Alasan ketiga, orang tua yang tak ambil pusing dengan nama anak. Ada kesan nama anak “asal” saja. Biasanya, mereka menamai anak mereka sesuai konteks yang sedang terjadi saat itu di lingkungan sekitarnya. Ida menunjuk orang di kampungnya yang menamai anaknya “Hondawati” karena saat itu sedang ramai sepeda motor merek Honda. Ada dugaan nama “Tuhan” juga diberikan dengan alasan ini.
Ketika ditanya soal ini, pria bernama Tuhan di Banyuwangi mengaku tidak tahu apa alasan orang tuanya. "Katanya, dulu ada saran dari Pak Haji," ucapnya.
YOLANDA RYAN ARMINDYA| DIAN HARNI SAPUTRI
Baca juga:
Betapa Seru Bila Tuhan, Nabi, dan Saiton di Palembang Bertemu
Mengaku Tuhan, Pria Sukabumi Suruh Orang Sembah Matahari