Rokok Nyaris Membunuh Suami Saya

Reporter

Tempo.co

Minggu, 31 Mei 2020 18:12 WIB

kampanye bahaya merokok saat memperingati hari tanpa tembakau sedunia.(TEMPO/Adri Irianto)

Malam itu juga dengan ambulans kami bertolak ke Harapan Kita, setelah sebelumnya menjalani rapid test. “Kalau positif Covid-19, enggak boleh masuk di Harapan Kita dan harus dirujuk ke Wisma Atlet,” kata dokter jaga di IGD Permata Pamulang.

Saya lihat kami sampai di IGD Harapan Kita pukul 23.30. Saya langsung mengurus administrasi dengan menggunakan BPJS yang sudah diurus dari RS Permata Pamulang. Berbagai berkas saya tanda tangani termasuk persetujuan tindakan.

Saya diterangkan ada dua cara untuk penanganan segera pasien yang terkena serangan jantung. Pertama, jika datang kurang dari 2 jam, cukup diberikan obat pengencer darah. Kalau sudah lewat lima jam, pasien harus dipasang ring. “Kalau dikasih obat, jika gagal, harus dipasang ring. Kalau sudah pasang ring, tak perlu obat pengencer darah,” kata dokter jantung di IGD Harapan Kita. Terpaksa saya menyetujui untuk dipasang ring.

Tindakan itu dilakukan di lantai 2 mulai pukul 0.30. Waktu menunggu saya gunakan untuk salat Isya dan Tarawih di musala lantai 3 yang amat sepi dan seram. Salat di ruangan yang sepi di rumah sakit, pada pukul 1.30 dini hari, benar-benar menguji nyali. Dalam ketakutan, ditambah teror suara jam dinding tepat di belakang kita salat, rasanya menguji iman kita. Tapi saat itulah saya merasa komunikasi saya dengan Tuhan tidak tersekat.

Jam 2.30 saya dipanggil Dokter Andre yang memasang ring. Saya ditunjukkan proses ring yang kesulitan mengurai sumbatan darah di layar monitor. “Ini sumbatannya kental banget, dipasang cincin pun tak mengatasi sehingga harus diberikan pengencer darah. Nyawanya juga nyaris hilang tadi, ini semua gara-gara merokok,” kata dokter itu dengan gusar.

Saya kemudian diizinkan masuk ke ruangan Intensive Cardiologi Care Unit (ICCU), yang dihuni pasien-pasien kritis. Suami sadar dan mengucap terima kasih kepada saya. Ia mengaku selama ini menghabiskan satu bungkus rokok setiap hari, yang selalu disangkalnya tiap kali saya tanya. Dengan sedih, geram, juga kesal, saya memintanya untuk menghentikan kebiasaannya yang konyol itu.

Selama tiga hari, suami berada di ICCU. Ada delapan pasien di ICCU. Tiap orang menempati kamar masing-masing dengan posisi menghadap ruang perawat dan dokter jaga agar terus terpantau. Tentu saja penunggu pasien tak boleh mendampingi. Kami hanya mendapatkan kesempatan bertemu sejam pada sore hari tapi juga dilarang meninggalkan rumah sakit jika terjadi sesuatu.

Berada di ruang ICCU, menurut suami seperti teror. “Jika korden ditutup, itu berarti ada yang meninggal, sengaja ditutup biar kami tidak ketakutan.”

Apakah selesai masalah setelah pasang ring? Tentu tidak. Pada hari kedua, saya bertanya kapan suami bisa keluar dari ICCU. Dan inilah jawaban yang mengejutkan. “Tidak bisa hari ini, kemarin bapak kembali kritis, jantungnya tidak stabil, tunggu stabil dulu,” jawab dokter jaga di ICCU itu. Saat kritis, suami tidak sadarkan diri.

Saya kembali mendaras doa. Rasa cemas tak juga hilang. Bagi para penunggu pasien kritis, yang bisa dilakukan adalah saling menguatkan dan ikut berbagi kesedihan saat menjumpai keluarganya tidak berhasil melewati kritis alias meninggal. Tiap ada satpam memanggil keluarga pasien, kecemasan langsung menghinggapi kami, tanda keluarganya tengah anfal dan sedang dilakukan penyelamatan.

Di antara para penunggu, saya bersahabat dengan Eva, yang saat itu sudah 14 hari menunggu suaminya. Soulmatenya mengalami serangan jantung saat menonton televisi. Kata dokter yang menanganinya, ini sudah serangan ketiga dan tidak merasakan saat terjadi yang pertama dan kedua.

Serangan ketiga yang diperkirakan hanya berselisih sehari dari serangan pertama itu, sampai merobek pembuluh darahnya. Operasi mengganti selongsong pembuluh darah dilakukan dan sejak awal ia sudah diberitahu kemungkinan yang akan terjadi. Robekan itu telah menyebabkan kebocoran darah yang meracuni ginjal dan syarafnya. Suaminya mengalami gagal ginjal dan stroke. “Banyak yang datang dan pergi, ada yang meninggal, selamat, tapi kondisi suami saya masih belum ada perubahan, koma,” tuturnya. Saya hanya bisa menguatkannya.

Ilustrasi larangan merokok. Ulrich Baumgarten/Getty Images

Di hari keempat, saya dipanggil. Debaran jantung saya ke ruang ICCU rasanya sama dengan yang mengalami serangan. Sepanjang jalan dari lantai ketiga ke lantai dua, menyusuri lorong, adalah saat yang lama dan menegangkan. Saya terus berzikir. Saya memohon Tuhan ada kabar baik, bukan sebaliknya.

Begitu bertemu dokter, saya diterangkan, suami boleh dipindahkan ke ruang perawatan. Alhamdulillah, langsung lemas dengkul saya mendengar kabar gembira ini. Tinggal pemulihan dan saya harus menjadi perawat seumur hidupnya.

Tapi tentu, cerita konyol dan nyaris menjadi tragedi ini tak boleh terjadi lagi. Momen Hari Tanpa Tembakau Sedunia seharusnya menjadi pijakan untuk lebih sehat lagi.

Jika Anda tahu, situasi konsumsi rokok di dunia saat ini, sungguh mencemaskan, apalagi di masa pandemi. Perokok berisiko lebih susah penanganannya jika dia terinfeksi covid-19, bahkan bisa berakibat kematian. Konsumsi rokok telah membunuh delapan juta jiwa di seluruh dunia setiap tahun dengan angka yang terus meningkat.

Wakil Direktur Regional, The Union Asia Pasific, Tara Singh Bam dalam konferensi webinar se-Asia Pasifik yang digelar pada Selasa, 12 Mei 2020 mengatakan, saat ini, bukan hanya pandemi Covid-19. “Tapi tiga, yakni pandemi tembakau, penyakit tidak menular, dan Covid-19,” ujarnya.

Dua pandemi yang lain, yakni Penyakit Tidak Menular, telah membunuh sebanyak 41 juta jiwa setiap tahun. Sedangkan pandemi Covid-19, dari catatan WHO sudah membunuh lebih dari 300 ribu jiwa hingga 28 Mei 2020. Di beberapa negara, termasuk Indonesia, belum terlihat kurva yang melandai.

Di momen seperti ini, saat kita hendak menerapkan normal baru atau new normal, kebiasaan hidup sehat seharusnya tidak sekadar wacana. Selalu membiasakan pola hidup bersih, cuci tangan sesering mungkin, jaga jarak, pakai masker, tidak merokok, mengkonsumsi makanan yang sehat, dan olahraga adalah keharusan agar selamat dalam melewati normal baru. Mari hidup sehat.

Berita terkait

Mitos Terkait Serangan Jantung saat Berolahraga dan Faktanya

7 jam lalu

Mitos Terkait Serangan Jantung saat Berolahraga dan Faktanya

Ada sejumlah mitos seputar serangan jantung saat berolahraga yang sebenarnya keliru. Dokter jantung menjelaskan faktanya.

Baca Selengkapnya

Cegah Serangan Jantung dengan Cek Denyut Nadi saat Berolahraga

7 jam lalu

Cegah Serangan Jantung dengan Cek Denyut Nadi saat Berolahraga

Orang yang berolahraga harus memperhatikan denyut nadi agar terhindar dari serangan jantung mendadak. Berikut rumusnya.

Baca Selengkapnya

Ciri Orang Berisiko Terkena Serangan Jantung, Sering Pingsan Hingga Nyeri Dada

10 jam lalu

Ciri Orang Berisiko Terkena Serangan Jantung, Sering Pingsan Hingga Nyeri Dada

sejumlah ciri fisik yang perlu diwaspadai seseorang yang berisiko terkena serangan jantung mendadak saat beraktivitas berat seperti olahraga.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

14 jam lalu

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

Wamenkeu Suahasil Nazara mengungkapkan, tingkat pengangguran 2024 telah turun lebih rendah ke level sebelum pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

1 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Peneliti Sebut Kaitan Disfungsi Ereksi dan Penyakit Jantung

1 hari lalu

Peneliti Sebut Kaitan Disfungsi Ereksi dan Penyakit Jantung

Penelitian menyebut penderita disfungsi ereksi lebih mungkin terkena penyakit jantung, serangan jantung, atau stroke. Cek sebabnya.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

5 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Alasan Perusahaan Tutup Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta

5 hari lalu

Alasan Perusahaan Tutup Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta

Tutupnya pabrik sepatu Bata di Purwakarta untuk menjaga kelangsungan bisnis jangka panjang usai merugi selama pandemi

Baca Selengkapnya

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

5 hari lalu

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Pengecekan status dan jenis vaksin Covid-19 bisa dicek melalui aplikasi SatuSehat

Baca Selengkapnya

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

5 hari lalu

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

Perusahaan farmasi AstraZeneca telah memutuskan menarik stok vaksin Vaxzefria dari seluruh dunia. Waktunya bareng dengan sidang gugatan.

Baca Selengkapnya