Mengatasi Kondisi Neuropati Perifer, Pola Hidup Sehat Sebelum Tahapan Pembedahan

Reporter

Tempo.co

Rabu, 22 Desember 2021 07:25 WIB

Ilustrasi hidroterapi. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Neuropati atau sering dikenal neuropati perifer merupakan kerusakan atau disfungsi satu atau lebih saraf yang mengakibatkan mati rasa, kesemutan, kelemahan otot dan nyeri di daerah yang terkena. Neuropati sering dimulai di tangan dan kaki, dan dapat mempengaruhi bagian tubuh lainnya. Lantas, bagaimana cara mengatasi penyakit ini?

Mengutip Cleveland Clinic di situs clevelandclinic.org, neuropati perifer dapat dirawat dengan cara:

1. Obat-obatan
Obat-obatan dapat digunakan untuk mengontrol rasa sakit akibat neuropati perifer. Obat-obatan ini termasuk antidepresan seperti duloxetine atau nortripyline, obat anti kejang seperti gabapentin (neurontin, gralise) dan pregabalin (lyrica), patch dan krim topikal (pada kulit) yang mengandung lidokain (lidoderm, xylocaine) atau capsaicin (capsin, zostrix).

2. Terapi fisik
Menggunakan kombinasi latihan terfokus, pijat, dan perawatan lain dapat membantu meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan rentang gerak akibat neuropati perifer.

3. Okupasi terapi
Okupasi terapi dapat membantu mengatasi rasa sakit dan kehilangan fungsi akibat neuropati perifer.

4. Pembedahan
Pembedahan tersedia untuk pasien dengan neuropati terkait kompresi yang disebabkan oleh hal-hal seperti herniasi diskus di punggung atau leher, tumor, infeksi, atau gangguan jebakan saraf, seperti carpal tunnel syndrome .

5. Alat bantu mekanis
Alat bantu mekanis seperti kawat gigi, sepatu yang dirancang khusus, gips dan bidai dapat membantu mengurangi rasa sakit dengan memberikan dukungan atau menjaga saraf yang terkena neuropati perifer agar tetap sejajar.

6. Mengadopsi kebiasaan pola hidup sehat
Mengadopsi kebiasaan hidup sehat, termasuk berolahraga untuk meningkatkan kekuatan otot, berhenti merokok, menjaga berat badan yang sehat, makan makanan yang bernutrisi dan membatasi asupan alkohol dapat merawat neuropati perifer.

Lebih lanjut, berdasar NHS UK di situs nhs.uk, neuropati perifer yang tak kunjung ditangani dapat menyebabkan:

1. Ganggren
Jika mendapatkan infeksi luka di salah satu kaki akibat neuropati perifer, hal ini dapat menjadi risiko terjadi gangren.

Jika gangren berkembang, mungkin diperlukan pembedahan untuk mengangkat jaringan yang rusak dan antibiotik untuk mengobati infeksi yang mendasarinya. Dalam kasus yang parah, jari kaki atau kaki mungkin perlu diamputasi.

2. Masalah jantung dan sirkulasi darah
Neuropati otonom kardiovaskular (CAN) adalah masalah jantung dan sirkulasi darah yang berpotensi serius, dan umum terjadi pada orang dengan polineuropati diabetik. CAN terjadi ketika kerusakan pada saraf perifer mengganggu fungsi otomatis yang mengontrol sirkulasi darah dan detak jantung Anda.

Dua gejala utama neuropati jenis CAN yang terlihat adalah ketidakmampuan untuk berolahraga lebih dari waktu yang sangat singkat, tekanan darah rendah yang dapat membuat seseorang merasa pusing atau pingsan saat berdiri.

DELFI ANA HARAHAP

Baca: Mengenal Gejala Neuropati Perifer, Beserta Faktor Risikonya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

16 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Mengenal terapi Chiropractic, Apakah Pijat Kretek Aman Dilakukan?

20 hari lalu

Mengenal terapi Chiropractic, Apakah Pijat Kretek Aman Dilakukan?

Chiropractic merupakan salah satu metode pengobatan terapi manual yang awal mengenalnya sebagai pijat kretek. Amankah?

Baca Selengkapnya

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

20 hari lalu

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.

Baca Selengkapnya

Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

36 hari lalu

Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

Anemia aplastik merupakan penyakit langka yang terjadi ketika sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah dan trombosit yang cukup.

Baca Selengkapnya

7 Penyebab Mata Berkunang-Kunang yang Harus Diketahui

17 Maret 2024

7 Penyebab Mata Berkunang-Kunang yang Harus Diketahui

Mata berkunang-kunang terkadang terasa seperti sedang melihat bintang, kilatan cahaya, atau aura.

Baca Selengkapnya

Terapi Kesehatan yang Sempat Viral dan Masih Populer

6 Maret 2024

Terapi Kesehatan yang Sempat Viral dan Masih Populer

Berikut lima tren kesehatan yang sempat viral dan masih populer sampai sekarang. Ingat, tak semua baik dilakukan dan cocok untuk setiap orang.

Baca Selengkapnya

Ketamine dan Kegunaannya Sebagai Obat Antidepresan

26 Februari 2024

Ketamine dan Kegunaannya Sebagai Obat Antidepresan

Ketamine bekerja dengan menargetkan bahan kimia utama di otak yang disebut glutamat, yang mempengaruhi memori dan pembelajaran.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Ketamine dan Risikonya untuk Kesehatan

25 Februari 2024

Apa Itu Ketamine dan Risikonya untuk Kesehatan

Awalnya ketamine digunakan untuk merawat tentara yang terluka di medan perang Vietnam, tetapi seiring waktu, peran ketamine mulai berkembang.

Baca Selengkapnya

Makna Menangis dari Sisi Ilmiah, Benarkah Ada Gunanya?

19 Februari 2024

Makna Menangis dari Sisi Ilmiah, Benarkah Ada Gunanya?

Banyak hal terkait menangis dari sisi ilmiah, termasuk melepaskan hormon bahagia yang membantu mengobati luka dan meredakan stres. Adakah gunanya?

Baca Selengkapnya

Bisakah Hasil Hipnosis Diandalkan? Simak Penjelasan Berikut

16 Februari 2024

Bisakah Hasil Hipnosis Diandalkan? Simak Penjelasan Berikut

Hipnosis bisa digunakan untuk membantu mengatasi rasa sakit atau kecemasan, bisa juga membantu mengubah perilaku berbahaya. Optimalkah hasilnya?

Baca Selengkapnya