Psikolog Ungkap Beda Depresi Pascamelahirkan dan Sindrom Baby Blues

Reporter

Antara

Jumat, 4 Agustus 2023 14:44 WIB

Ilustrasi ibu sedih saat mengasuh bayinya. Foto: Unsplash/Hollie Santos

TEMPO.CO, Jakarta - Ibu hamil rentan mengalami depresi setelah melahirkan karena perempuan memiliki risiko tiga kali lebih besar mengalami depresi dari laki-laki. Psikolog klinis dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Nuran Abdat, menjelaskan kondisi depresi sindrom baby blues dan depresi postpartum pada ibu pascamelahirkan merupakan masalah mental yang berbeda.

"Perempuan itu memiliki risiko tiga kali lebih besar mengalami depresi dibanding laki-laki," ujar anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) itu.

Dia menambahkan depresi pada wanita dapat terjadi pada usia reproduktif 12-51 tahun. Sindrom baby blues adalah gangguan emosi yang umumnya muncul pada dua sampai tiga hari pascamelahirkan namun ada juga yang mengalami gejala ini hingga dua minggu kemudian. Gejala yang muncul antara lain perubahan emosi secara signifikan, sedih, mudah lupa, mudah tersinggung dan stres, kerap menangis, kualitas tidur berkurang, dan khawatir tidak bisa merawat bayi dengan baik.

Psikolog di RS Ummi Bogor itu menyebut sekitar 80 persen ibu hamil dan melahirkan mengalami sindrom baby blues sehingga kondisi tersebut umum terjadi. Namun, sindrom baby blues dapat memicu kondisi depresi yang lebih berat, yaitu depresi postpartum.

"Sekitar 80 persen wanita hamil dan melahirkan itu ternyata justru menghadapi kondisi baby blues yang lebih banyak. Akan tetapi, baby blues ini ternyata cikal bakal atau kemungkinan-kemungkinan orang menghadapi postpartum depression," paparnya.

Advertising
Advertising

Beda gejala
Berbeda dengan sindrom baby blues yang muncul selama dua minggu, depresi pascamelahirkan terjadi pada dua minggu sampai satu bulan setelah melahirkan dengan gejala yang berlangsung lebih lama hingga satu tahun. Dari faktor penyebab, sindrom baby blues disebabkan perubahan fisiologis setelah melahirkan dan intensitasnya dipengaruhi faktor psikologis.

Sementara itu, depresi pascamelahirkan lebih banyak dipengaruhi faktor psikososial seperti stres berlebih yang dikombinasikan perubahan hormon dan berbagai kesulitan yang dialami dalam kehidupan. Dampak psikologis akibat depresi pascamelahirkan juga lebih berat, di antaranya perasaan sedih dan putus asa berlebihan, cenderung merasa tidak berguna, dan tidak mampu menjadi ibu yang baik.

Penderita depresi pascamelahirkan juga mengalami kesulitan membangun ikatan dengan bayi, cemas berlebihan, pola makan tidak berkualitas, tidak memiliki ketertarikan untuk beraktivitas, hingga keinginan untuk bunuh diri atau membunuh bayinya. Karena itu, kondisi depresi pascamelahirkan lebih berbahaya karena tidak hanya memberikan dampak buruk pada ibu tetapi juga terhadap bayi, keluarga, dan orang-orang terdekat lainnya.

"Gejala-gejala ini tentunya dapat mengancam bukan hanya ibu, ternyata akan berdampak terhadap hubungan ibu sendiri dengan suami, anak, ibu mertua, teman-teman, dan siapapun," tegas Nuran.

Pilihan Editor: Siapa Bilang Baby Blues Hanya Dirasakan Perempuan Usai Melahirkan?

Berita terkait

11 Daftar Makanan Ultra Proses atau Makanan Instan yang Membahayakan Kesehatan

45 menit lalu

11 Daftar Makanan Ultra Proses atau Makanan Instan yang Membahayakan Kesehatan

Para ahli lebih menyarankan masyarakat untuk membatasi makanan ultra proses alias makanan instan yang tidak memberikan nutrisi-nutrisi berharga.

Baca Selengkapnya

Kuasa Hukum Ungkap Modus Staf Kelurahan Setubuhi Anak di Bawah Umur hingga Depresi

23 jam lalu

Kuasa Hukum Ungkap Modus Staf Kelurahan Setubuhi Anak di Bawah Umur hingga Depresi

Kasus persetubuhan anak yang diduga dilakukan oleh Holid, pengurus komite sekolah yang juga staf kelurahan, ini terjadi beberapa tahun silam.

Baca Selengkapnya

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

14 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

14 hari lalu

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

Psikolog menyarankan empat praktik untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan mental, baik di tempat kerja maupun di rumah.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

16 hari lalu

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

Artis Rio Reifan kelima kali ditangkap polisi karena kasus narkoba. Apa itu sabu dan bahaya menggunakannya?

Baca Selengkapnya

Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

19 hari lalu

Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

Salah satu manfaat yang paling signifikan dari berlari di pagi hari adalah kemampuannya untuk mengurangi gejala depresi.

Baca Selengkapnya

Yang Perlu Disiapkan Ibu Hamil agar Persalinan Aman dan Lancar

21 hari lalu

Yang Perlu Disiapkan Ibu Hamil agar Persalinan Aman dan Lancar

Selain memahami bahaya persalinan, ibu hamil juga harus menyiapkan keperluan untuk membantu lancarnya proses kelahiran.

Baca Selengkapnya

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

24 hari lalu

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

Gangguan mental pada ibu hamil perlu dikenali karena membuat perasaan tidak nyaman dan ada gangguan pada aktivitas sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Ginekolog Minta Pemilik Kolesterol Tinggi Waspadai Gejala Menopause

24 hari lalu

Ginekolog Minta Pemilik Kolesterol Tinggi Waspadai Gejala Menopause

Pemilik kolesterol tinggi perlu mewaspadai gejala menopause yang kian berat, terutama risiko penyakit kardiovaskular karena ketiadaan hormon estrogen.

Baca Selengkapnya

Aurelie Moeremans Ungkap Alami Depresi, Semangat Hilang, dan Merasa Hampa

31 hari lalu

Aurelie Moeremans Ungkap Alami Depresi, Semangat Hilang, dan Merasa Hampa

Aurelie Moeremans mengungkapkan dirinya saat ini tengah menepi dari media sosial untuk penyembuhan dari depresi yang dirasakannya.

Baca Selengkapnya