7 Fakta tentang Mati Batang Otak, Fungsi Organ Ditunjang Banyak Alat

Rabu, 4 Oktober 2023 10:54 WIB

Ilustrasi otak. Pixabay

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang bocah di Bekasi mengalami brainstem atau mati batang otak setelah operasi amandel. Karena kondisi tersebut, keberlangsungan hidup bocah itu hanya ditopang dan bergantung pada peralatan medis.

Dilansir dari ejournal.unsrat.ac.id, Sampai saat ini, mati otak tidak dapat disembuhkan dengan bantuan pengobatan dan terapi apa pun. Hanya waktu dan keajaiban yang dapat menjawab apakah pasien mati otak mampu bertahan untuk sadar atau sama sekali tidak menunjukkan kemajuan.

1. Mengalami Kematian Sewaktu-waktu

Saat mengalami kematian otak, seluruh aktivitas organ tubuh hampir berhenti, tidak ada respons sekecil apa pun, dan risiko kesadaran sangat rendah bahkan hampir tidak ada. Meski begitu penderita bisa bertahan dengan bantuan berbagai alat. Namun, jika salah satu alatnya dilepas, pasien mati otak akan meninggal karena satu-satunya penopang hidupnya hilang. Alat tersebut menggantikan kinerja saraf yang berhenti total.

2. Tidak Dapat Merespons Apa Pun

Advertising
Advertising

Meskipun hanya dengan gerak mata, pupil, isyarat jari pasien mati otak sama sekali tidak dapat merespons. Dokter biasanya memberikan rangsangan cahaya ke mata untuk memeriksa apakah saraf masih berfungsi atau tidak.

3. Denyut Jantung Lemah Nyaris Tidak Ada

Sulit dan tidak dapat bernapas secara normal juga dialami oleh pasien mati otak, biasanya akan ditunjang dengan alat oksigen dan pacemaker.

4. Risiko Kesadaran Rendah Bahkan Tidak Ada

Hanya waktu dan keajaiban yang dapat menentukan apakah pasien mati otak dapat sadar atau bahkan tidak tertolong sama sekali. Tenaga medis pun tidak dapat berbuat banyak untuk menyelematkan pasien.

5. Dianggap Sudah Mati

Menurut hukum, orang yang mengalami mati otak dapat dikategorikan meninggal dunia. Dan apabila dari tim medis ingin mencabut peralatan yang ada maka tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia.

6. Organ Masih Dapat Didonorkan

Meskipun seluruh sarafnya telah terhenti, organ tubuh yang dimiliki oleh orang mati otak masih dapat diberikan kepada pasien lainnya. Terlebih jika organnya masih dalam kondisi baik serta sehat.

7. Mati Otak Berbeda dengan Koma

Masih banyak yang mengira mati otak adalah koma, namun nyatanya berbeda. Pada kondisi koma, timbul sebagai akibat hilangnya kesadaran dalam jangka waktu tertentu, namun masih terdapat aktivitas otak di dalamnya. Sedangkan mati otak, total tidak ada aktivitas dan respons apa pun.

Pilihan Editor: Kasus Mati Batang Otak di Bekasi, Ini Penjelasan RS Kartika Husada

Berita terkait

3 Jenis Pengobatan untuk Pasien Parkinson

7 jam lalu

3 Jenis Pengobatan untuk Pasien Parkinson

Ada tiga jenis pengobatan yang dapat digunakan untuk pasien Parkinson, melalui obat-obatan, terapi fisik, dan metode operasi.

Baca Selengkapnya

Inilah Kondisi Kesehatan yang Bisa Menyebabkan Kesemutan Berkelanjutan

3 hari lalu

Inilah Kondisi Kesehatan yang Bisa Menyebabkan Kesemutan Berkelanjutan

Kesemutan yang kronis mungkin merupakan tanda kerusakan saraf.

Baca Selengkapnya

Jangan Hentikan Pengobatan Lupus meski Sudah Dapat Remisi

4 hari lalu

Jangan Hentikan Pengobatan Lupus meski Sudah Dapat Remisi

Pakar mengatakan kondisi remisi pada penyakit lupus belum tentu sama dengan berhenti berobat. Berikut penjelasan dokter penyakit dalam.

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

14 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

20 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

23 hari lalu

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa Indonesia kehilangan devisa US$ 11,5 Miliar atau Rp 180 triliun per tahun. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Cara Mudah Redakan Radang Gusi di Rumah

35 hari lalu

Cara Mudah Redakan Radang Gusi di Rumah

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan di rumah untuk pengobatan sementara radang gusi. Salah satunya kompres air dingin.

Baca Selengkapnya

Memahami Gangguan Saraf Papiledema, Penyebab dan Gejala

44 hari lalu

Memahami Gangguan Saraf Papiledema, Penyebab dan Gejala

Papiledema adalah pembengkakan kepala saraf kedua yang terjadi secara bersamaan antara dua mata. Cek gejalanya.

Baca Selengkapnya

Sering Sempoyongan, Dokter Jantung Ingatkan Gejala Atrial Fibrilasi

50 hari lalu

Sering Sempoyongan, Dokter Jantung Ingatkan Gejala Atrial Fibrilasi

Spesialis jantung meminta mewaspadai gangguan atrial fibrilasi bila sering merasa sempoyongan. Apa itu?

Baca Selengkapnya

USAID Bantu Berikan Terapi Pencegahan TBC di Indonesia

50 hari lalu

USAID Bantu Berikan Terapi Pencegahan TBC di Indonesia

USAID memberikan terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) kepada 145.070 orang di Indonesia, untuk mempercepat akses pengobatan preventif melawan TBC

Baca Selengkapnya