Beban Penyakit Kanker Terus Meningkat, Pentingnya Perkuat Spesialis Keperawatan Onkologi

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Minggu, 10 Desember 2023 22:33 WIB

Ilustrasi Kanker. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Prodi Ners Spesialis Keperawatan Onkologi Dewi Gayatri mengatakan rasio perawat-pasien yang tidak seimbang berkontribusi terhadap rendahnya kualitas pelayanan pasien, dan menyebabkan hasil akhir yang buruk. Karena itu ia menilai sangat diperlukan untuk lebih banyak lagi menambah kualitas sekaligus kuantitas tenaga perawat onkologi. "Kita sangat membutuhkan spesialis perawat yang menangani pasien kanker," katanya pada diskusi bertajuk "Oncology Nursing in Indonesia: How It Is Evolving and What Does The Future Hold?" pada 6 Desember 2023.

Sebelumnya, beban penyakit kanker terus meningkat. Publikasi terbaru Badan Kesehatan Dunia, “Setting Priorities, Investing Wisely & Providing Care for All“ menyebutkan bahwa satu dari enam kematian di dunia diakibatkan oleh kanker. Kasus kanker di 2018 mencapai 18.1 juta dan akan meningkat menjadi 29.4 juta di tahun 2040. Sementera itu angka kematian di negara berpenghasilan menengah ke bawah diperkirakan akan tetap tinggi, jauh dari target SDG. Di sisi lain, survei HIMPONI (2020) tentang tingkat pendidikan perawat di unit pelayanan onkologi menunjukkan bahwa 67 persen perawat onkologi masih berpendidikan Diploma, 31 persen berpendidikan Ners (sarjana) dan sebanyak 2 persen berpendidikan Magister Keperawatan. Dari survei tersebut, Indonesia belum memiliki spesialis perawat onkologi. Tanggung jawab seorang spesialis perawat onkologi adalah memberikan pelayanan keperawatan pada pasien kanker dan keluarganya yang bermutu sesuai dengan tuntutan masyarakat. Beberapa hal di atas menjadi dasar pentingnya keberadaan profesi Ners Spesialis Keperawatan Onkologi.

Kebutuhan untuk menambah jumlah perawat spesialis keperawatan onkologi dibahas oleh Roche, FIK-UI, Dharmais dan HIMPONI. Harapannya pembahasan ini bisa meningkatkan kualitas keperawatan onkologi di Indonesia dan secara khusus menyerukan pentingnya kolaborasi multi-pihak untuk mendukung pengembangan tenaga spesialis keperawatan onkologi serta peran mereka sebagai mitra kerja strategis bagi dokter ahli onkologi dalam penatalaksanaan kanker. Hal ini sangat penting mengingat kolaborasi Roche, FIK-UI, Dharmais dan HIMPONI, mulai membuahkan hasil ditandai dengan lulusan pertama program beasiswa tenaga spesialis perawat onkologi dari FIK-UI setelah menjalani program master dan spesialis selama tiga tahun.

Diskusi bertajuk "Oncology Nursing in Indonesia: How It Is Evolving and What Does The Future Hold?" pada 6 Desember 2023/ Istimewa

Dewi berharap kemitraan ini dapat meningkatkan kualitas standar perawatan dan mengantarkan kepada hasil perawatan kanker yang lebih baik. Selain itu, kedepannya Dewi harap perawat onkologi profesional dapat diakui sebagai mitra strategis bagi tenaga kesehatan di bidang onkologi dalam perawatan pasien kanker. "Hal ini dapat dicapai dengan memperkuat proses onboarding Spesialis Keperawatan Onkologi saat lulus, salah satunya adalah melalui program collaborative care yang disusun perawat beserta mitra di rumah sakit tempat mereka bekerja,” kataya.

Advertising
Advertising

Direktur Penyediaan Tenaga Kesehatan, Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Oos Fatimah Rosyati,menyambut baik perkembangan kemitraan. “Percepatan pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di Indonesia memerlukan keterlibatan semua pihak. Oleh sebab itu, kami sangat menghargai dan mendukung upaya yang dilakukan Roche, FIK-UI, Dharmais dan HIMPONI untuk penguatan tenaga perawat onkologi, apalagi, saat ini kanker merupakan salah satu prioritas pemerintah,” ujarnya.

Menyambut perkembangan dari program ini, Presiden Direktur Roche Indonesia Ait-Allah Mejri mengatakan timnya senang kemitraan yang diinisiasi Roche bersama para mitra kerja mulai membuahkan hasil ditandai kelulusan pertama para penerima beasiswa tenaga spesialis keperawatan onkologi. "Capaian ini menunjukkan komitmen yang kuat dari seluruh mitra kerja untuk berkontribusi dalam mengurangi beban kanker dan meningkatkan hasil penatalaksanaan kanker,” katanya.

Sementara itu Dekan FIK-UI, Agus Setiawan, mengatakan spesialis keperawatan onkologi merupakan jenjang profesi baru di Indonesia. "Oleh sebab itu, sangat penting dibangun ekosistem yang mendukung pengembangan para tenaga spesialis ini agar memberikan peluang untuk menerapkan keahlian mereka serta sangat penting adanya regulasi yang mendukung pengembangan profesi,” katanya.

Direktur Utama Pusat Kanker Nasional Dharmais R. Soeko W. Nindito D mengatakan diperlukan sebuah standar untuk rumah sakit yang memiliki layanan kanker. Tidak hanya perbaikan dari infrastruktur, tetapi juga melalui sumber daya manusia yang berkualitas. "Salah satunya adalah dengan menghadirkan Spesialis Keperawatan Onkologi. Harapannya Spesialis Keperawatan Onkologi dapat menjadi mitra strategis dalam layanan kanker,” katanya.

Kolaborasi pengembangan tenaga spesialis perawat onkologi juga mendapatkan sambutan positif dari Ahmad Hamim Sadewa Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada. Ahmad mengatakan timnya akan pun akan membuka Program Studi Spesialis Keperawatan Onkologi di UGM dengan belajar dari keberhasilan tim program studi keperawatan di Universitas Indonesia.

Ia menjelaskan FKKMK UGM mendukung penuh rencana strategis Kementerian Kesehatan untuk mempercepat pertumbuhan spesialis perawat onkologi di Indonesia. "Harapannya kami dapat menghasilkan banyak perawat berkualitas sehingga dapat mendukung tatalaksana kanker di Indonesia untuk menjadi lebih baik,” katanya.

Kepala Bidang Pendidikan & Pelatihan Himpunan Perawat Onkologi Indonesia (HIMPONI) Kemala Rita Wahidi menjelaskan merupakan tanggung jawab organisasi profesi untuk meningkatkan kualitas perawat yang bekerja di layanan onkologi. "Oleh karena itu dibutuhkan dukungan seluruh pihak untuk Spesialis Keperawatan Onkologi agar dapat bersinergi dengan para mitra oncologist, lain, dalam memberikan asuhan-pelayanan kanker dalam konsep patient center care, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pasien kanker,” katanya.

Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia Cosphiadi Irawan, menyambut dengan positif perkembangan dari program ini. “Sebagai ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia, saya menyambut dengan bangga kehadiran Spesialis Keperawatan Onkologi ini, agar tatalaksana kanker bisa menjadi lebih baik dan kerjasama antara dokter onkologi dan perawat dapat menjadi satu paket pelayanan yang komprehensif dan tidak terpisahkan,” ujarnya.

Salah satu target yang ingin dicapai adalah adanya minimal satu orang spesialis perawat onkologi di setiap rumah sakit yang memberikan pelayanan kanker. Untuk mencapainya diperlukan langkah-langkah strategis yang melibatkan berbagai pihak mulai dari pengembangan peran perawat spesialis di rumah sakit serta standar profesi, pengembangan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, pengembangan infrastruktur pendukung serta kebijakan yang menjadi acuan pengembangan profesi. Langkah komprehensif inilah yang akan memampukan para tenaga spesialis perawat onkologi memberikan sumbangsih terbaiknya bagi peningkatan kualitas hasil penatalaksanaan kanker di Indonesia.

Pilihan Editor: Kanker Paru di Indonesia Menyerang Usia Lebih Muda, Terutama Wanita

Berita terkait

Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

1 hari lalu

Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

Raja Charles III dikabarkan mengalami kehilangan indera perasa sebagai efek samping dari pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

3 hari lalu

Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

Raja Charles III sempat berbagi pengalaman dengan veteran Angkatan Darat yang menderita kanker

Baca Selengkapnya

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

5 hari lalu

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

UGM mengukuhkan Edi Suharyadi sebagai guru besar aktif FMIPA UGM ke-42.Ini profil dan pidato pengukuhannya soal perkembangan riset bidang nanomaterial

Baca Selengkapnya

Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

5 hari lalu

Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

Musisi Bob Marley meninggal dunia karena penyakit melanoma. Apa itu? Bagaimana cara mencegahnya?

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

12 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

14 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

17 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

17 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

19 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

23 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya