Risiko Diabetes dan Obesitas Lebih Tinggi pada Pekerja Shift Malam

Reporter

Antara

Minggu, 12 Mei 2024 14:46 WIB

Seorang perawat beristirahat saat bekerja pada shift malam di sebuah rumah sakit di Cremona, Italia, 8 Maret 2020, dalam gambar ini diperoleh dari media sosial. Francesca Mangiatordi via REUTERS.

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian terbaru mengungkapkan bekerja shift malam hanya selama tiga hari saja dapat mengganggu ritme protein, meningkatkan risiko diabetes. Menurut Medical Daily, para peneliti dari Universitas Negeri Washington dan Pacific Northwest National Laboratory mengeksplorasi bagaimana pekerja shift malam lebih rentan terhadap gangguan metabolik, termasuk diabetes dan obesitas.

Menurut hasil yang diterbitkan dalam Journal of Proteome Research itu, bahkan hanya beberapa hari bekerja jadwal shift malam mengacaukan ritme protein yang terkait regulasi glukosa darah, metabolisme energi, dan peradangan, proses yang dapat mempengaruhi perkembangan kondisi metabolik kronis.

Para peneliti merekrut relawan yang dijaga dalam jadwal shift malam atau siang yang disimulasikan selama tiga hari. Para peserta kemudian tetap terjaga selama 24 jam setelah shift terakhir di bawah pencahayaan, suhu, posisi tubuh, dan asupan makanan yang konstan untuk mengukur ritme biologis internal tanpa pengaruh luar.

Saat peserta tetap terjaga, sampel darah diambil untuk mengidentifikasi protein dalam sel-sel sistem kekebalan berbasis darah. Beberapa protein ini erat kaitannya dengan jam biologis utama. Karena jam biologis utama yang menjaga tubuh pada ritme 24 jam tahan terhadap jadwal shift yang diubah, tidak banyak perubahan untuk protein-protein ini. Namun pada sebagian besar jenis protein lain, seperti yang terlibat dalam regulasi glukosa, terjadi perubahan yang signifikan dalam ritme di antara peserta shift malam dibandingkan yang shift siang.

Jam biologis terganggu
Para peneliti mencatat ada pembalikan hampir lengkap dalam ritme glukosa pada peserta shift malam. Peserta shift malam juga tidak memiliki sinkronisasi dalam proses yang terlibat dalam produksi insulin dan sensitivitasnya. Proses-proses ini seharusnya bekerja bersama untuk menjaga kadar glukosa dalam rentang sehat. Ini disebabkan regulasi insulin yang mencoba membatalkan perubahan glukosa yang dipicu jadwal shift malam, yang mungkin merupakan respons yang sehat pada saat itu tetapi bermasalah dalam jangka panjang, jelas peneliti.

Advertising
Advertising

"Ada proses yang terkait dengan jam biologis utama di otak yang mengatakan siang adalah siang dan malam adalah malam dan proses lain yang mengikuti ritme yang ditetapkan di tempat lain dalam tubuh yang mengatakan malam adalah siang dan siang adalah malam. Ketika ritme internal tidak teratur, Anda mengalami stres berkelanjutan dalam sistem yang kami percaya memiliki konsekuensi kesehatan jangka panjang," kata penulis senior studi, Hans Van Dongen, dari WSU Elson S. Floyd College of Medicine dalam sebuah rilis berita.

Temuan ini menunjukkan intervensi dini memungkinkan untuk mencegah diabetes dan obesitas, yang juga dapat diterapkan untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke pada pekerja shift malam.

Pilihan Editor: Ragam Perlengkapan Rumah yang Bisa Memperparah Radang Sendi

Berita terkait

Pengaruh Paparan Cahaya Terang di Malam Hari dan Risiko Diabetes

5 hari lalu

Pengaruh Paparan Cahaya Terang di Malam Hari dan Risiko Diabetes

Penelitian mengungkap paparan cahaya terang seperti dari gawai di malam hari dapat memicu risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2.

Baca Selengkapnya

8 Faktor Risiko Serangan Jantung, Penyebab Kematian Michael Jackson, Lisa Marie Presley hingga Didi Kempot

9 hari lalu

8 Faktor Risiko Serangan Jantung, Penyebab Kematian Michael Jackson, Lisa Marie Presley hingga Didi Kempot

Serangan Jantung merenggut nyawa Michael Jackson, Lisa Marie Presley hingga Didi Kempot. Apa saja faktor risikonya?

Baca Selengkapnya

Manfaat Rempah Buah Pala dari Kaya Antioksidan, Turunkan Gula Darah, hingga Buat Kesehatan jantung

14 hari lalu

Manfaat Rempah Buah Pala dari Kaya Antioksidan, Turunkan Gula Darah, hingga Buat Kesehatan jantung

Pala merupakan rempah asli dari Indonesia yang memiliki banyak manfaat. Berikut manfaat lain dari buah pala.

Baca Selengkapnya

Mengenal Istilah Jemaah Haji Risti dan Lansia yang Mendapat Imbauan Badal Lontar Jumrah

16 hari lalu

Mengenal Istilah Jemaah Haji Risti dan Lansia yang Mendapat Imbauan Badal Lontar Jumrah

Istilah jemaah haji risti dan lansia digunakan untuk merujuk pada kelompok jemaah haji yang memerlukan perhatian khusus selama pelaksanaan ibadah haji.

Baca Selengkapnya

Tekan Penyakit Diabetes Melitus, Ini Langkah Agar Kadar Gula Terkontrol

19 hari lalu

Tekan Penyakit Diabetes Melitus, Ini Langkah Agar Kadar Gula Terkontrol

Pentingnya edukasi terhadap masyarakat terkait penyakit diabetes sehingga mudah dalam penanganannya.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut Perlunya Edukasi Diabetes agar Penanganan Lebih Mudah

19 hari lalu

Pakar Sebut Perlunya Edukasi Diabetes agar Penanganan Lebih Mudah

Pakar mengatakan pentingnya edukasi terkait diabetes sehingga mudah dalam penanganan. Berikut yang perlu diperhatikan.

Baca Selengkapnya

Sekali Lagi Mengingatkan Bahaya GERD, wadpadai Penyakit Lain dengan Gejala Serupa

24 hari lalu

Sekali Lagi Mengingatkan Bahaya GERD, wadpadai Penyakit Lain dengan Gejala Serupa

Mengingatkan kembali bahaya GERD. Awas belum tentu gejala sama, penyakitnya juga sama.

Baca Selengkapnya

Inilah Daftar Orang yang Tidak Boleh Mengonsumsi Madu

25 hari lalu

Inilah Daftar Orang yang Tidak Boleh Mengonsumsi Madu

Meskipun memiliki reputasi sebagai superfood, tidak semua orang boleh mengonsumsi madu. Siapa saja mereka?

Baca Selengkapnya

Ciri Anak Obesitas Menurut Dokter

29 hari lalu

Ciri Anak Obesitas Menurut Dokter

Dokter Anak menegaskan setiap anak berisiko mengalami obesitas tanpa memandang umur sehingga perlu perhatian khusus.

Baca Selengkapnya

Kurang Bergerak dan Obesitas Tingkatkan Risiko Munculnya Batu Ginjal

30 hari lalu

Kurang Bergerak dan Obesitas Tingkatkan Risiko Munculnya Batu Ginjal

Urolog mengatakan pola hidup sedentari dan obesitas bisa menjadi pemicu timbulnya batu ginjal karena kurang bergerak.

Baca Selengkapnya