Masyarakat Perkotaan Semakin Sadar Risiko Penyakit Autoimun

Reporter

Antara

Editor

Mitra Tarigan

Selasa, 28 Mei 2024 20:16 WIB

Ilustrasi autoimun. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Neurolog lulusan program doktoral Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Dokter Spesialis Saraf Rocksy Fransisca V Situmeang mengatakan kesadaran masyarakat Indonesia, khususnya di perkotaan, terhadap penyakit autoimun semakin baik.

"Kesadaran masyarakat terhadap penyakit autoimun sekarang sudah baik sekali dibandingkan 10 tahun yang lalu, cuma ini di perkotaan. Berkat media nih, pasien-pasien jadi bisa lho datang sendiri ke saya bertanya dia kena multiple sclerosis atau tidak, karena dia baca gejala-gejalanya," kata Rocksy saat ditemui usai mengisi seminar tentang multiple sclerosis (MS) di Jakarta, Selasa 28 Mei 2024.

Menurut Rocksy, kesadaran masyarakat perkotaan ditunjang oleh keaktivan mereka mencari tahu sendiri informasi mengenai gejala-gejala penyakit dari gangguan kesehatan yang sedang dialami dan lebih aktif mencari informasi daripada masyarakat yang ada di wilayah pinggiran kota (perifer). "Kalau di perifer mungkin, masih banyak juga yang enggak mengerti apa itu autoimun, apa itu multiple sclerosis," kata Rocksy.

Masyarakat perkotaan juga memiliki perhatian lebih terhadap isu-isu kesehatan terkait dengan polusi udara. Karena itu, dianggap bertanggung jawab terhadap kerusakan imun maupun pembuluh darah. Sehingga mereka semakin aktif mencari tahu informasi mengenai dampak polusi udara tersebut.

Rocksy menambahkan, teknologi untuk mendiagnosis penyakit autoimun juga lebih canggih sekarang, sejak alat magnetic resonance imaging (MRI) mulai digunakan di Indonesia tahun 1990 sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. "Dulu kita enggak punya MRI, kan? Jadi banyak multiple sclerosis yang tidak terdiagnosis. Sekarang sudah ada MRI, begitu difoto ada putih-putih (inflamasi), kita bisa tahu itu MS," kata Rocksy.

Advertising
Advertising

Serangan sistem imun yang tidak normal pada sistem saraf pusat merusak mielin, yaitu bungkus dari saraf pusat tersebut. Akibatnya, komunikasi sistem saraf menjadi terganggu dan memunculkan gejala-gejala sklerosis multipel (dalam Inggris: multiple sclerosis).

Lesi atau bekas luka peradangan di sepanjang saraf dapat dideteksi pada MRI dengan tanda bercak-bercak putih. Sehingga jika demikian, dokter akan menegakkan diagnosis bahwa pasien mengalami multiple sclerosis. Penyakit itu bisa terdiagnosis pada siapa saja, walaupun potensi lebih tinggi terserang multiple sclerosis pada kelompok orang-orang berusia muda (rentang usia antara 20 sampai 50 tahun).

Selain itu, penyandang MS perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki. "Rasio perbandingannya secara global, tiga perempuan berbanding satu laki-laki (3:1)," ujarnya.

Sejak dahulu, negara tropis seperti Indonesia cenderung lebih sedikit populasi penderita MS-nya dibandingkan negara-negara subtropis. Namun kecanggihan teknologi untuk mendiagnosis penyakit tersebut membuat Indonesia pun mulai diketahui memiliki penyintas MS. Jessy fnu, pengarang buku "Jessy and The 4G's" adalah salah satu penyintas multiple sclerosis di Indonesia yang terdeteksi.

Di tempat praktiknya (Rumah Sakit Siloam Lippo Village), kata Rocksy, terdapat 17 pasien dengan MS dengan satu di antaranya laki-laki. MS lebih sering terdiagnosis pada perempuan berusia muda antara 20 sampai 50 tahun. Jika mempunyai gejala-gejala sebagai berikut, pertama, tiba-tiba mata menjadi kabur sebelah, sehingga penglihatan terganggu.

Umumnya gangguan datang dengan keluhan adanya kelemahan pada anggota gerak lengan atau tungkai. Atau adanya kebas atau kesemutan, kepala pusing berputar-putar, adanya nyeri, gangguan pada konsentrasi atau fungsi mengingat, gangguan pada buang air kecil atau berkemih, dan ada banyak lagi gejala lain, ujarnya. "Jika ada gejala-gejala seperti itu, segera ke dokter saraf," kata Rocksy.

Bermacam-macam gejala sklerosis multipel (MS) membuat orang awam kadang menyebutnya sebagai penyakit dengan seribu wajah.

Tapi berbeda dengan lupus, kata Rocksy. Pada penyakit MS, antibodi menyerang hampir semua fungsi sistem saraf pusat saja. Sementara pada lupus, antibodi menyerang seluruh organ tubuh lainnya.

Pengobatan sklerosis multipel, dikenal sebagai disease modifying treatment atau obat-obatan yang dipakai untuk mencegah terjadi relapse atau gejala kambuh dan menekan progresivitas dari penyakit MS.

"Obatnya macam-macam, mungkin ada lebih dari 20 macam obat yang kami sebut disease modifying treatment. Tapi di Indonesia, kita hanya punya dua, ada yang bentuk suntikan dan ada yang bentuknya tablet," kata Rocksy.

Obat suntik, disuntikkan tiga kali seminggu. Sedangkan tablet, diminum hanya pada bulan pertama sebanyak 5 hari dan bulan kedua sebanyak lima hari. Setelah itu dihentikan, sampai tahun berikutnya baru diminum lagi bulan pertama lima hari dan bulan kedua lima hari. Setelah itu pengobatan dihentikan, seterusnya tidak perlu memakan obat lagi.

Pilihan Editor: Hari Lupus Sedunia: Pencegahan Lupus Diihat dari Gejalanya

Berita terkait

Pola Makan Sehat Bisa Turunkan 3 Faktor Penyebab Stroke

1 hari lalu

Pola Makan Sehat Bisa Turunkan 3 Faktor Penyebab Stroke

Stroke dapat terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu karena terjadi penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah.

Baca Selengkapnya

Alasan Tak Boleh Minum Kopi dan Teh sebelum Tes Darah

1 hari lalu

Alasan Tak Boleh Minum Kopi dan Teh sebelum Tes Darah

Orang diminta tak minum kopi dan teh sebelum menjalani tes darah di laboratorium namun tetap boleh minum air putih karena tak mempengaruhi hasil.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Jokowi Bilang Mulus saat Pesawat Presiden Mendarat di Bandara IKN; Iuran BPJS Kesehatan Kelas 1, 2, dan 3 September

3 hari lalu

Terpopuler: Jokowi Bilang Mulus saat Pesawat Presiden Mendarat di Bandara IKN; Iuran BPJS Kesehatan Kelas 1, 2, dan 3 September

Pesawat kepresidenan yang dinaiki Presiden Jokowi mendarat di Bandara IKN untuk pertama kalinya, Selasa siang, 24 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Segini Iuran BPJS Kesehatan Kelas 1, 2, dan 3 Terbaru September 2024

4 hari lalu

Segini Iuran BPJS Kesehatan Kelas 1, 2, dan 3 Terbaru September 2024

Pemerintah bakal menerapkan sistem KRIS pada layanan BPJS Kesehatan mulai 2025. Segini tarif iuran BPJS Kesehatan kelas 1,2,3 saat ini.

Baca Selengkapnya

6 Langkah Membantu Teman yang Kecanduan Sesuatu

4 hari lalu

6 Langkah Membantu Teman yang Kecanduan Sesuatu

Pakar mengatakan teman dan keluarga berperan penting dalam proses pemulihan orang yang kecanduan sesuatu. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan.

Baca Selengkapnya

Pembatalan Kenaikan Cukai Rokok Dinilai Mengancam Kesehatan Publik

4 hari lalu

Pembatalan Kenaikan Cukai Rokok Dinilai Mengancam Kesehatan Publik

Forum Warga Kota Indonesia (FAKTA) Indonesia menilai pembatalan kenaikan cukai rokok bisa mengancam kesehatan publik.

Baca Selengkapnya

8 Tips Trekking Pemula agar Aman dan Menyenangkan

5 hari lalu

8 Tips Trekking Pemula agar Aman dan Menyenangkan

Sebelum memulai trekking, ketahui beberapa tips trekking untuk pemula. Hal ini agar selama trekking tetap aman.

Baca Selengkapnya

Kasus Sec Bowl Cuci Alat Masak di Toilet, Praktisi Kesehatan: Konsumen Bisa Keracunan

8 hari lalu

Kasus Sec Bowl Cuci Alat Masak di Toilet, Praktisi Kesehatan: Konsumen Bisa Keracunan

Praktisi kesehatan mengatakan kasus Resto Sec Bowl yang mencuci alat masak di toilet berbahaya pada kesehatan konsumen.

Baca Selengkapnya

Kebanyakan Tidur Lebih Berbahaya daripada Kurang Tidur, Ini Penjelasannya

8 hari lalu

Kebanyakan Tidur Lebih Berbahaya daripada Kurang Tidur, Ini Penjelasannya

Berikut penjelasan seseorang yang kebanyakan tidur dapat memiliki risiko kesehatan lebih berbahaya daripada kekurangan tidur.

Baca Selengkapnya

Membahayakan Kesehatan, Begini Cara Mengatasi Tidur Berlebihan

8 hari lalu

Membahayakan Kesehatan, Begini Cara Mengatasi Tidur Berlebihan

Berikut adalah pengobatan bagi seseorang yang kebanyakan tidur.

Baca Selengkapnya