TEMPO.CO, Jakarta - Fase praremaja (usia 11-15 tahun) seringkali menjadi masa yang sangat canggung bagi anak dan orang tua untuk berkomunikasi.
Anak merasa mulai dewasa dan bisa menentukan sikap sesuai keinginan, sementara secara fisik mereka belum terlihat dewasa. Akibatnya, orang tua tetap memperlakukan mereka seperti anak-anak. Baca: Mendongeng Dapat Stimulus Kecerdasan Anak, Simak Aksi Cut Mini
Memasuki usia praremaja, anak cenderung suka mendebat apapun yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka. Jika situasi canggung dan hambatan komunikasi tak bisa dipecahkan, hubungan anak dan orang tua bisa merenggang.
Perlahan, orang tua kesulitan mengenali anak dan kehidupan mereka. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin terjadi hal yang tidak diinginkan. Misalnya, anak terjerumus ke pergaulan yang salah.
Lantas, apa yang harus dilakukan orang tua?
Lew Mi Yih, Direktur Eksekutif Cornerstone Community Services, komunitas sosial yang membantu mengatasi masalah keluarga, remaja, dan manula di Singapura menyebut, meski periode ini sulit, masa remaja merupakan tahun emas. Periode ini kunci untuk membangun karakter anak. Baca: Obesitas pada Balita Bisa Sebabkan Kaki Bengkok
“Jika orang tua tetap tenang dan terus memberi waktu berkualitas untuk bicara dari hati ke hati serta melibatkan anak di kehidupan nyata, mereka bisa membimbing anak melalui masa praremaja yang penuh tantangan. Orang tua juga berkontribusi dalam perkembangan emosi dan moral mereka kelak,” beri tahu Yih.