Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Aktivitas Padat Tidak Picu Stroke, Asal...

image-gnews
Front Page Cantik. Menangkal Hipertensi. shutterstock.com
Front Page Cantik. Menangkal Hipertensi. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Calon Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Nusyirwan Ismail, meninggal dunia akibat stroke. Nusyirwan sempat pingsan dan mendapatkan perawatan sebelum akhirnya menghembuskan nyawa terakhir. Ia diduga kelelahan ketika mengikuti kegiatan kampanye.

Apakah aktivitas yang terlalu padat mampu memicu stroke? Apa saja risiko masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat aktivitas yang berlebih?

Dokter spesialis saraf, Yuda Turana, mengatakan sebenarnya seseorang boleh saja memiliki aktivitas yang padat. Ia mengatakan ada beberapa orang yang memiliki aktivitas padat namun tetap sehat. "Sehat disini berarti seimbang antara aspek psikis dan fisik,” kata Yuda saat dihubungi Tempo pada 28 Februari 2018. Baca: Menghindari Trauma : Ini yang Dilakukan Edison Wardhana

Yang dimaksud dengan aktivitas yang berlebih, Yuda melanjutkan, dan memicu risiko kesehatan adalah bekerja berlebihan yang memicu rasa lelah pada fisik juga psikis. Saat psikis dan fisik mengalami kelelahan, hal ini akan mempengaruhi metabolisme tubuh secara keseluruhan. Dan dengan terganggunya metabolisme, semua sistem dan organ tubuh otomatis akan terganggu.

“Ambil contoh, hormon kortisol sebagai pemicu hormon stres yang meningkat. Konsekuensinya tensi naik, gula naik, kecenderungan menjadi gemuk juga. "Nah, ketika ini semua naik, ini ‘kan menjadi faktor risiko kardiovaskular, tidak hanya stroke tapi jantung bisa. Jangka panjangnya, bisa terkena hipertensi atau kencing manis,” kata dokter yang juga Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir atau mencegah risiko kesehatan dengan tuntutan aktivitas yang padat?

“Saya sering mengungkapkan kalau stroke merupakan hasil akhir dari faktor risiko. Jadi, stroke bisa terjadi akibat apa yang dilakukan penderita itu sendiri,” kata Yuda. Faktor risiko yang merupakan akibat dari perbuatan diri sendiri adalah faktor risiko yang dapat diubah. Dan hampir semuanya berhubungan dengan gaya hidup. Baca: Mulan Jameela Pakai Softlens : Keratitis Mengintai, Apa Itu?

Yang dapat dilakukan tentunya dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih positif. Bukan hanya dari aspek fisik, seperti olahraga, namun juga aspek psikis. Pola gaya hidup yang harus diperhatikan adalah jangan terlalu banyak stres. Setiap orang juga perlu mendapatkan tidur yang cukup. Selain itu mengurangi rokok juga bisa membantu mengurangi risiko stroke. Menurut Yuda data membuktikan bahwa tingkat stroke atau jantung pada perokok pemula cukup tinggi.

Selain itu, untuk terhindari dari penyakit stroke, seseorang juga perlu mengkonsumsi gizi yang seimbang. "Sebaiknya hindari makanan yang menjadi sumber lemak, garam, kolesterol," lanjutnya. Terakhir, Yuda mengatakan bahwa sangat penting bagi masyarakat untuk memahami deteksi dini faktor risiko stroke. Dengan begitu, setidaknya masyarakat dapat meminimalisir tingkat risiko stroke mulai dari diri sendiri. Baca: Lelang Koleksi Pribadi Pejabat : Ini Dia Koleksi Iriana Jokowi

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cara Menyenangkan Menjaga Kesehatan Jantung

6 jam lalu

Ilustrasi pasangan suami-istri. dailymail.co.uk
Cara Menyenangkan Menjaga Kesehatan Jantung

Tak sekedar olahraga dan makan sehat, ada cara lain yang mungkin tak pernah Anda duga tapi baik untuk kesehatan jantung.


Mengenal Metode TEVAR EVAR untuk Atasi Gangguan Pembuluh Darah Aorta

21 jam lalu

Ilustrasi Ring jantung. Vidio/Abott
Mengenal Metode TEVAR EVAR untuk Atasi Gangguan Pembuluh Darah Aorta

Tak perlu operasi, berikut tindakan yang bisa diterapkan untuk mengatasi pembesaran aorta atau pembuluh darah utama.


Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah) didampingi oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Mendagri Tito Karnavian, MenPAN-RB Azwar Anas, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta sekaligus Kasetpres Heru Budi Hartono saat meresmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama atau Hospital Based (PPDS RSPPU) di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

3 hari lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

3 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

4 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

Peneliti menyebut amarah buruk buat fungsi pembuluh darah, mengganggu fungsi arteri, yang selanjutnya terkait risiko serangan jantung.


Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

7 hari lalu

Artis sekaligus tersangka penyalahgunaan narkotika Rio Reifan bersiap dipindahkan ke RSKO Cibubur, di kantor Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Rabu, 4 September 2019. TEMPO/Genta Shadra Ayubi
Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

Artis Rio Reifan kelima kali ditangkap polisi karena kasus narkoba. Apa itu sabu dan bahaya menggunakannya?


Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

10 hari lalu

Jajaran direksi PT Konimex dan PT Indordesa, serta dari Laboratoires Grand Fontaine menggelar konferensi pers peluncuran produk baru FontLife One di Hotel Alila Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.


5 Hal yang Perlu Dilakukan Wanita untuk Menangkal Stroke

11 hari lalu

Ilustrasi stroke.saga.co.uk
5 Hal yang Perlu Dilakukan Wanita untuk Menangkal Stroke

Pakar kesehatan membagi lima tips buat kaum wanita untuk menurunkan risiko terserang stroke. Pasalnya, risiko pada perempuan dinilai lebih besar.


Makanan yang Dianjurkan Pakar Saraf untuk Pasien Stroke

11 hari lalu

ilustrasi kacang. Unsplash/Maksim Shutov
Makanan yang Dianjurkan Pakar Saraf untuk Pasien Stroke

Pakar saraf menyarankan pasien stroke memakan kacang-kacangan karena mengandung antioksidan tinggi. Apa lagi yang dianjurkan?