TEMPO.CO, Jakarta - Seringkali orang tua mengeluh soal sang anak yang tidak memberitahukannya tentang suatu hal penting. Bahkan si Anak menyampaikannya pada orang lain.
Atau sering juga orang tua bahkan tidak mengetahui apa yang dilakukan anaknya di sekolah. Namun, kuantitas dan kualitas interaksi dapat meniadakan keluhan-keluhan tersebut.
Baca juga:
Mengatur Dapur di Bulan Ramadan, Cek 5 Poin Ini
Kunci Bahagia di Hari Tua? Atur Keuangan dari Sekarang
Selain itu, menurut Feka Angge, Psikolog di Klinik Anakku, Kelapa Gading, Jakarta, orang tua juga perlu menonjolkan perasaannya saat berbicara kepada anak.
"Contohnya, Kenapa kamu waktu melewati mama, enggak negur? Kalau kamu begitu, mama bisa sedih lho," ujarnya, belum lama ini.
Berbicara dengan menonjolkan warna perasaan ini belum banyak dilakukan orang tua di Indonesia.
Hal itu karena memang umumnya keluarga di Indonesia lebih banyak yang jarang membahas soal suasana perasaan, lebih sering membicarakan tindakan.
Karena itu, perlu bagi orang tua untuk mengubah pola penyampaian kata-katanya kepada anak, dari yang melulu soal tindakan beralih kepada suasana perasaan.
Seperti,"Apa nih yang mau kita lakukan biar menyenangkan." Atau bertanya dengan kalimat,"Apa yang bikin kamu bete (kesal) nak?"
Dari kondisi-kondisi tersebut orang tua dapat mengetahui pada suasana seperti apa anaknya akan bisa bisa merasa senang, sedih, gembira dan perasaan lainnya.
Apalagi bila mempunyai lebih dari satu orang anak karena masing-masing individu memiliki level yang berbeda terhadap kondisi yang dapat mempengaruhi perasaan atau moodnya.