Adams dan Loan tetap berhubungan, bahkan menjadi teman setelah jenderal tersebut meninggalkan Vietnam Selatan menuju ke Amerika Serikat setelah perang berakhir. Adams lantas mengembangkan karier fotografinya, memenangkan lebih dari 500 penghargaan foto jurnalistik dan memotret tokoh-tokoh terkenal termasuk Ronald Reagan, Fidel Castro dan Malcolm X. Namun, terlepas dari semua yang diraihnya setelah Vietnam, momen fotonya yang paling terkenal akan selalu ada bersama Adams. "Dua orang meninggal dalam foto itu," tulis Adams setelah kematian Loan akibat kanker pada tahun 1998. "Jenderal membunuh Viet Cong; saya membunuh jenderal dengan kamera saya."
Tentara Jerman mengisi peluru meriam antipesawat/antitank Flak 88 7,5 cm selama Perang Dunia II.[www.worldwarphotos.info]
Wartawan Foto Jack Picone pun menceritakan pengalamannya menjadi fotografer perang seperti dilansir Aljazeera.com pada 2015. Picone mengatakan orang terkadang menganggap bahwa fotografer pergi ke zona perang karena mereka adalah pecandu adrenalin. Ia merasa sebenarnya tidak masalah dengan pemikiran masyarakat itu. Menurut Picone, zona perang bisa menjadi tempat meningkatkan adrenalin untuk membantu Anda berpikir jernih ketika menghadapi bahaya. "Adrenalin itu dapat membuat Anda tetap hidup," kata Picone. Menurutnya, motivasinya untuk mendokumentasikan perang telah tidak hanya untuk mencari adrenalin saja seperti yang kebanyakan orang tuduhkan untuk para fotografer.
Baca: Mengenal Karya Fotografer Perang Perempuan Gerda Taro
Picone pernah bekerja di beberapa tempat paling berbahaya di planet ini seperti Angola, Rwanda, Somalia, Sudan, Liberia, Sierra Leone, Jalur Gaza, Israel, Soviet Asia Tengah, dan bekas Yugoslavia. Menurutnya, sebagian besar dari perang di daerah itu adalah perang yang tidak konvensional, di mana kelompok-kelompok bersenjata dan faksi-faksi pemberontak saling melawan dan para fotografer bisa meliput di kedua belah pihak. Di Irak atau Afghanistan misalnya, seorang fotografer dalam konflik yang kurang terstruktur dapat melintasi garis musuh.
Picone bercerita pada banyak konflik Afrika yang dia liput, fotografer dan wartawan sering tewas di blokade oleh tentara yang merasa bosan atau disertai mabuk. Bukan sebuah alasan rahasia para wartawan ini menjadi sasaran tembak. "Fotografer perang dapat membawa lebih banyak uang dan peralatan daripada tentara pemberontak. Uang itu jumlahnya bisa lebih besar dari pendapatan para tentara ini selama beberapa tahun," kata Picone.
Setelah lolos dari kematian beberapa kali ia mengatakan menurutnya mendokumentasikan perang benar-benar harus melibatkan lebih dari sekadar memotret tentara. Apa yang tampaknya secara eksponensial lebih penting adalah menceritakan kisah-kisah orang-orang yang tidak bersalah - anak-anak, wanita dan pria lanjut usia - terperangkap dalam baku tembaknya. "Saya mengalihkan fokus saya dari garis depan ke orang-orang biasa di ujung peperangan," kata Picone.
INTERNATIONAL CENTRE OF PHOTOGRAPHY | BBC | SUHAIMAH | ALJAZEERA | MT