Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Seperti Apa Ciri Hunian Favorit Kaum Milenial?

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Ilustrasi Generasi Milenial. jonathanbecher.com
Ilustrasi Generasi Milenial. jonathanbecher.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Memiliki rumah dengan harga terjangkau, fasilitas lengkap apalagi lokasinya dekat dengan tempat bekerja menjadi impian bagi banyak orang. Sayangnya upaya mewujudkan hal itu sangat sulit untuk direalisasikan. Apalagi bagi generasi milenial yang lahir pada kisaran tahun 1980 sampai 1995, sebagian besar dari mereka sedang merintis karier tidak hanya sebagai karyawan tetapi juga wirausaha. Namun, apakah dengan penghasilannya tersebut mereka akan mampu membeli rumah atau hanya sekadar angan diawang-awang?

Baca: Buat yang Merasa Generasi Milenial, Buang Jauh-jauh 3 Sikap Ini

Sebuah survei mengungkapkan penghasilan rata-rata generasi milenial sekitar Rp6 juta per bulannya. Jika dihitung-hitung maka dengan cicilan tersebut, mereka hanya mampu mengangsur sebesar Rp2 jutaan per bulan untuk rumah dengan harga Rp200 juta sampai Rp250 juta. Dengan harga rumah sebesar itu maka generasi milenial hanya bisa mendapatkan rumah di luar Jakarta. Sementara itu sebagian besar dari mereka berkerja di Jakarta. Bahkan dengan penghasilan sebesar itu sudah tidak mungkin lagi membeli apartemen di Jakarta.

Pemerintah memang menyediakan subsidi kepemilikan rumah baik melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Rumah (FLPP) maupun subsidi uang muka, namun untuk rumah-rumah tipe tersebut bukan selera generasi milenial yang merupakan kelompok masyarakat menengah. Program satu juta rumah yang dijalankan pemerintah saat ini lebih menyasar kepada kelompok pekerja level menengah bawah, padahal dengan kondisi ekonomi saat ini banyak dari pekerja tersebut berada pada level menengah. Dengan demikian terdapat kesenjangan di sini, hunian yang dipasarkan saat ini lebih banyak untuk level menengah bawah, serta menengah atas, sedangkan untuk level menengah (generasi milenial) masih sangat terbatas.

Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com

Banyak faktor membuat generasi milenial enggan menempati hunian bersubsidi yang paling utama fasilitasnya minim karena lokasinya banyak di pinggir kota. Bukan sekadar fasilitas dasar seperti listrik dan air yang mereka harapkan tetapi fasilitas yang mampu menunjang mobilitas mereka. Generasi milenial membutuhkan jaringan internet cepat, kemudahan bergerak menuju tempat kerja atau ke pelanggan, serta fasilitas-fasilitas lain yang tidak tersedia dalam hunian bersubsidi saat ini.

Pemerintah agaknya sudah mengetahui persoalan ini, untuk itu melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat setiap tahunnya menyelenggarakan lomba desain hunian bersubsidi dengan melibatkan mahasiswa tujuannya sudah barang tentu agar sesuai dengan selera generasi milenial. Pemerhati masalah rumah, Ali Tranghanda pernah menyatakan sangat memahami dengan persoalan yang dihadapi generasi milenial yang lebih suka tinggal di rumah sewa baik kos maupun kontrak rumah, yang penting bagi mereka fasilitasnya lengkap.

Menurut Ali, rumah-rumah dengan harga Rp150 juta ke bawah sebagian besar tidak masuk dalam kriteria generasi milenial. Mulai dari bentuknya yang monoton, tidak ada keluasaan untuk mengekspresikan dirinya, serta lokasinya yang sangat jauh dari tempatnya berkerja. Kalau anak-anak sekarang mengistilahkan sebagai tua di jalan. Kalau memilih hunian seperti dipastikan habis biaya, habis waktu, serta produktivitas kerja menurun karena habis tenaga.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemerintah memang saat ini tengah membangun jaringan transportasi masal cepat untuk menghubungkan kota satelit dengan ibu kota Jakarta. Namun, yang terjadi saat ini lahan-lahan kosong yang dilewati jaringan transportasi tersebut kini sudah habis dikavling-kavling pengembang. Pemerintah di sini memegang peranan penting terutama untuk mengendalikan tanah-tanah di lokasi strategis agar dapat dibangun hunian vertikal yang terjangkau bagi kelompok menengah.

Pemerintah dapat menginstruksikan dan menugaskan kepada BUMN yang selama ini memegang konsesi dalam pembangunan jaringan transportasi untuk membangun rumah dengan harga terjangkau. Kalau kondisinya diserahkan kepada pasar sepenuhnya maka sampai kapanpun akan sulit bagi generasi milenial untuk membeli rumah.

Ilustrasi Generasi Milenial. phillipsandco.com

Peran pemerintah untuk mengambil alih sebagian tanggung jawab dengan membangun hunian-hunian vertikal milenial yang terintegrasi dengan transportasi (Transit Oriented Development/ TOD) harus secara serius dipertimbangkan. Kemudian yang lebih penting lagi, konsep bank tanah harus segera diterapkan, meskipun sudah agak terlambat namun masih bisa dilaksanakan.

Pemerintah harus lebih sigap `mengamankan` tanah-tanah di sekitaran TOD baik itu LRT ataupun MRT sehingga tidak terjadi aksi spekulatif yang membuat harga tanah justru semakin tinggi. Tanah-tanah milik BUMN/ BUMD seharusnya dapat "dihibahkan" untuk kaum milenial dengan harga yang terjangkau. Mengingat saat ini meskipun telah banyak BUMN yang menyasar pasar milenial namun harga yang ditawarkan masih jauh dari keterjangkauan kaum milenial.

Baca: Makan Sendiri Berteman Gawai, Ciri Generasi Milenial

Profil pembeli pun sebagian besar bukanlah kaum milenial dan sebagian lagi lebih kepada investor dengan harapan nantinya akan dapat disewakan atau bahkan dijual kembali. Untuk menggarap hunian bagi golongan menengah sangat dimungkinkan bagi BUMN menggandeng pihak swasta selain mengurangi risiko beban biaya, juga terpenting sasarannya akan tercapai. Seperti diketahui BUMN selain mengemban misi komersial juga dituntut dari kementerian BUMN untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian kalaupun akan membangun hunian berkonsep Transit Oriented Development maka harganya harus terjangkau bagi segmen menengah.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Fiersa Besari Rehat dari Musik Mulai 2025, Faktor Kelelahan dan Keluarga Jadi Alasan Utama

4 jam lalu

Fiersa Besari. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Fiersa Besari Rehat dari Musik Mulai 2025, Faktor Kelelahan dan Keluarga Jadi Alasan Utama

Fiersa Besari mengumumkan rehat dari dunia musik mulai 1 Januari 2025 karena kelelahan dan ingin fokus pada keluarga.


Bangun Rumah Sendiri akan Kena Pajak 2,4 Persen, Ini Kriteria Bangunannya

4 jam lalu

Ilustrasi membangun rumah. TEMPO/Kink Kusuma Rein
Bangun Rumah Sendiri akan Kena Pajak 2,4 Persen, Ini Kriteria Bangunannya

Pemerintah berencana menerapkan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 2,4 persen atas kegiatan membangun sendiri (KMS) mulai tahun depan atau 2025.


Pembangunan dan Renovasi Rumah Kurang dari 200 Meter Persegi Bebas Pajak

4 jam lalu

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan, Dwi Astuti, dalam acara ngobrol santai bersama media di Uncle Z Kopitiam, Jakarta Selatan, Rabu, 28 Februari 2024. TEMPO/Defara Dhanya
Pembangunan dan Renovasi Rumah Kurang dari 200 Meter Persegi Bebas Pajak

Pembangunan dan renovasi rumah dengan luas kurang dari 200 meter persegi tidak dikenakan pajak pertambahan nilai atas kegiatan membangun sendiri (PPN


Rumah Pribadi Andri Tedjadharma Disita Satgas: Saya Bukan Pengemplang BLBI

4 hari lalu

Andri Tedjadharma sebagai Pemegang Saham Bank Centris Internasional. TEMPO/ Halgi Mashalfi
Rumah Pribadi Andri Tedjadharma Disita Satgas: Saya Bukan Pengemplang BLBI

Andri Tedjadharma pemegang saham Bank Centris Internasional tak terima disebut penanggung utang BLBI.


Alasan Psikolog Minta Pernikahan Sudah Dipikirkan sejak Remaja

5 hari lalu

Ilustrasi Pernikahan/Alissha Bride
Alasan Psikolog Minta Pernikahan Sudah Dipikirkan sejak Remaja

Psikolog mengatakan persiapan pernikahan dan berkeluarga sebaiknya sudah dipikirkan sejak remaja, ini alasannya.


OJK Sebut Gen Z dan Milenial Sumbang 37,17 Persen Kredit Macet Via Pinjol

10 hari lalu

Ilustrasi pinjol ilegal. Foto: Canva
OJK Sebut Gen Z dan Milenial Sumbang 37,17 Persen Kredit Macet Via Pinjol

OJK juga meminta layanan pinjaman online untuk memberikan peringatan kepada pengguna seperti gen Z dan milenial untuk menghindari risiko kredit macet


OJK: Gen Z-Milenial Sumbang 37,17 Persen Kredit Macet Pinjaman Online

11 hari lalu

Ilustrasi Gen Z terjerat pinjol. Foto: Canva
OJK: Gen Z-Milenial Sumbang 37,17 Persen Kredit Macet Pinjaman Online

OJK mengatakan generasi Z dan milenial berkontribusi sebesar 37,17 persen pada kredit macet layanan pinjaman online untuk Juli 2024.


Bintangi Drakor Family By Choice, Hwang In Youp Tunjukkan Kepribadian Dewasa

12 hari lalu

Hwang In Youp. Instagram.com/@hi_high_hiy
Bintangi Drakor Family By Choice, Hwang In Youp Tunjukkan Kepribadian Dewasa

Hwang In Youp akan berperan sebagai Kim San Ha, pemuda tampan yang tampak tidak kekurangan, dalam Family By Choice


Panduan Liburan ke London Bersama Keluaga

13 hari lalu

Tower of London. Unsplash.com/Gavin Allanwood
Panduan Liburan ke London Bersama Keluaga

Kalau ingin mengunjungi London untuk liburan bersama keluarga, penting untuk membuat rencana perjalanan dengan baik


Proyek Raksasa yang Ingin Dikerjakan Prabowo: Tanggul Laut hingga 3 Juta Rumah

14 hari lalu

Presiden Terpilih sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyampaikan pidato politik saat Apel Kader Partai Gerindra di Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu, 31 Agustus 2024. Dalam kegiatan tersebut, beberapa tokoh partai dan menteri terlihat hadir, di antaranya Presiden RI Joko Widodo, Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin, Menteri BUMN Erick Thohir, Menko Polhukam Hadi Tjahjanto, Menparekraf Sandiaga Uno, Menkes Budi Gunadi Sadikin, dan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko, serta sejumlah pemimpin dan petinggi partai politik lainnya. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Proyek Raksasa yang Ingin Dikerjakan Prabowo: Tanggul Laut hingga 3 Juta Rumah

Prabowo Subianto berencana akan mengerjakan sejumlah proyek raksasa. Seperti tanggul laut raksasa dan pembangunan 3 juta rumah per tahun.