TEMPO.CO, Jakarta - Aslamah, 38 tahun,adalah penganut diet enak bahagia menyenangkan (DEBM). Diet Enak Bahagia Menyenangkan (DEBM) kini populer di kalangan warganet. Sejak muncul pada Februari tahun lalu, akun media sosial metode diet dari Indonesia ini sudah memiliki pengikut lebih dari sejuta.
Baca: Diet Enak Bahagia Menyenangkan Sedang Populer, Bagaimana Caranya?
Baca Juga:
Penggagasnya, Robert Hendrik Liembono, menjanjikan penganut diet ini bisa kurusan sonder puasa makanan enak. Ia mengatakan pola makannya tak membuat sengsara. “Dan menyenangkan karena diet ini diciptakan khusus untuk mereka yang hobi makan dan malas berolahraga, tapi ingin langsing,” kata Robert, Rabu tiga pekan lalu.
Cara menguruskan badan ala DEBM tak harus dengan berolahraga, apalagi minum obat. Robert, 30 tahun, hanya meminta mereka yang mengikuti metodenya mengubah pola makan. Lupakan nasi, gula, buah yang mengandung gula tinggi, umbi-umbian, dan mi atau aneka olahan tepung lain. “Kami sama sekali enggak anti-karbo, tapi jumlahnya diminimalkan,” ujar pria yang kini tinggal di Bandung itu.
Robert menyebutkan karbohidrat adalah salah satu biang keladi kegemukan. Kalau dimakan pada saat dan dengan cara yang tepat, sumber energi instan ini akan bermanfaat. Misalnya sebagai sumber tenaga bagi para atlet, kuli bangunan, dan tukang becak.
Baca Juga:
Semua ilmu ini Robert pelajari dari Internet. Robert tak berlatar belakang medis, juga tak pernah menguji dietnya secara klinis. Semua sumber dari dunia maya itu ia langsung praktikkan pada tubuhnya. Beberapa tahun lalu, berat badan Robert pernahmelonjak drastisdari 78kilogrammenjadi 107 kilogram. Setelah mengikuti DEBM ini, beratnya turun kembali menjadi 75 kilogram.
Ilustrasi makanan diet. shutterstock.com
Aslamah mendapati tubuhnya jadi langsing setelah berdiet DEBM selama delapan bulan.Perempuan asal Jambi ini merasakanmasalah tubuhnyahilang. “Dulu saya sering sakit di area tengkuk dan leher karena kolesterol tinggi, pernah sampai enggak bisa bangun tiga hari,” tuturnya.
Bella Aditama Kurniawan, 23 tahun, juga pengikut DEBM. Bobotnya turundari 68kilogrammenjadi 51 kilogramsetelah setahun menjalani diet ini. Rasa sakit di leheryang ia deritasejak di sekolah menengah atas juga lenyap. “Dokter bilangsakitnyakarena kurang kalsium, tapi dikasih obat enggak pernah sembuh. Ikut DEBM malah enggak pernah sakit lagi,” ucap Bella, yang tinggal di Cikarang,Bekasi, Jawa Barat.
Baca: Konferensi Keanekaragaman Hayati Bahas Diet untuk Kesehatan
Namun, menurut dokter spesialis gizi klinik Gaga Irawan Nugraha, hasil yang mereka dapatkan itu hanya sementara. Kalau diterapkanterus-menerus, diet ini malah akan berbahaya bagi tubuh. Memangkas karbohidrat besar-besaran akan membuatpemecahan lemak dan protein tubuh menjadi tinggi. Pemecahan protein berisikomenjadikanototdan massa organlebih kecil. Selain itu, beban ginjal akan meningkat.“Hati-hati yang punya masalah ginjal,”kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit dr Hasan Sadikin, Bandung, itu.