TEMPO.CO, Jakarta - Liburan memang menyenangkan, apalagi ke tempat-tempat yang indah dan populer. Namun, bila perjalan sangat jauh dan harus ditempuh dengan pesawat terbang, kita sering mengalami jet lag akibat perbedaan zona waktu.
Pada awalnya, kita pasti bingung ketika tiba-tiba terbangun di tengah malam. Jam biologis tubuh pun langsung berantakan karena jam besar di otak salah merespon sinyal dari luar, terutama sinar matahari.
Ada beberapa fakta lagi mengenai jet lag yang cukup mengejutkan, dan berikut penjelasan ilmiahnya, seperti dilansir Live Science.
Terbang ke timur leih berat
Terbang ke barat lebih mudah dari ke arah sebaliknya. Otak lebih mudah beradaptasi bila kita menuju ke barat, begitu menurut penelitian yang dimuat di jurnal Chaos pada 2016. Penyebabnya adalah pergerakan pada sel-sel tubuh yang mengontrol jam biologis. Sel-sel ini tidak beroperasi selama tepat 24 jam, tapi 24,5 jam.
Karena sel-sel yang mengontrol jam biologis tubuh beroperasi lebih lama dari sehari, akan lebih mudah baginya bila perjalanan menuju tempat yang bisa memperpanjang waktu di hari itu, yakni ke barat. Terbang ke timur akan melawan zona waktu sehingga hari pun menjadi lebih pendek dan tubuh kesulitan beradaptasi.
Waktu yang diperlukan untuk memulihkan diri Banyak pendapat menyebut waktu pemulihan adalah satu hari untuk setiap zona waktu yang dilewati. Jika kita terbang dari Papua ke Jakarta, ada dua zona waktu yang dilewati sehingga waktu pemulihannya adalah dua hari. Namun, sebuah penelitian pada 2016 menyebutkan waktu pemulihan seperti itu kurang tepat.
Bila bepergian ke barat, tubuh sudah pulih dalam waktu kurang dari empat hari. Enam hari untuk enam zona waktu, delapan hari untuk sembilan zona waktu, dan sembilan hari untuk 12 zona waktu. Bila terbang ke timur, adaptasinya lebih lama, yakni empat hari untuk tiga zona waktu, delapan hari untuk enam zona waktu, 12 hari untuk sembilan zona waktu.
Jet lag tak selalu karena naik pesawat Perubahan jadwal sosial, termasuk saat kita di rumah, juga bisa menyebabkan perubahan jam biologis. Fenomena ini disebut "jet lag sosial", sering terjadi ketika jadwal kegiatan seseorang terus berubah selama sepekan.
Waktu makan mempengaruhi jam biologis
Jet lag tidak hanya mengenai jadwal tidur yang kacau tapi juga berdampak pada tubuh. Dalam sebuah penelitian yang dilaporkan Juni 2017, para ilmuwan menyebutkan perubahan waktu, termasuk akibat bekerja shift, juga mengubah jam makan sehingga berubah pula ritme kadar gula darah, yakni fluktuasi normalnya terjadi lebih lambat dibanding biasanya.