TEMPO.CO, Jakarta - Kemunculan crosshijaber tengah membuat kehebohan. Komunitas crosshijaber adalah kumpulan pria yang senang berpenampilan layaknya perempuan dengan mengenakan hijab bergaya syar'i lengkap dengan cadar.
Psikolog klinis yang praktek di Rumah Sakit Fatmawati, Widya Shintia Sari, M.Psi mengatakan crosshijaber, jangan langsung dilabeli penyimpangan seksual sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya.
"Untuk penyimpangan seksual atau tidak, tentunya tidak bisa gegabah untuk melabel demikian karena sangat bergantung pada hal yang melatarbelakangi dan hasil pemeriksaan lebih lanjut," kata Widya.
Ilustrasi hijab dan cadar. REUTERS/Amanda Perobelli
Widya menuturkan perlu dilihat lebih lanjut latar belakang termasuk motivasi atau tujuan yang menyebabkan pria berpenampilan seperti perempuan dan memakai hijab. Menurut Widya, ada beberapa kemungkinan hal yang melatarbelakangi crosshijaber, yakni pelaku memiliki kecenderungan mencari kepuasan seksual dengan cara demikian atau kecenderungan transvestic fetishism.
Widya menuturkan pelaku crosshijaber merasa hal tersebut lucu dan menghibur. Pelaku senang ikut-ikutan tren yang berkemungkinan membuat dirinya ikut populer atau mencari perhatian. Pelaku crosshijaber juga bisa terdorong dengan motivasi mencari konten untuk media sosial agar viral. Pelaku dapat juga memiliki motivasi dengan tujuan penyamaran, penipuan, atau hal-hal mengarah ke tindak kriminal.
"Perlu dilihat juga pelakunya di bawah pengaruh obat, substance atau tidak," ujarnya.