TEMPO.CO, Jakarta - Ada beberapa orang tua yang melarang anak-anak mereka menangis. Larangan itu lebih banyak dilakukan orang tua yang memiliki anak laki-laki. "Beberapa orang tua mengatakan 'Kamu sebagai anak laki-laki harus kuat, jangan menangis'," kata Pelatih meditasi sekaligus Corporate Director dari The Golden Space Indonesia, Helena Abidin, pada 22 April 2020 kepada Tempo.
Helena mengatakan untuk orang tua yang masih berpikir seperti itu, ada baiknya diingatkan tentang makna menangis. "Orang tua yang berpikir seperti itu mungkin beranggapan untuk bisa sukses dan tegar di dunia ini, kita tidak boleh menangis dalam menghadapi persoalan sehari-hari," kata Helena.
Padahal, kata Helena, menangis tidak berarti seseorang itu lemah. Ia mengatakan bila seseorang mengakui bahwa dia memiliki masalah dan berani mengungkapkannya berikut dengan tangisan sebenarnya membuat orang itu menjadi lebih kuat dan otentik dalam hidup. "Tidak ada yang perlu disembunyikan dalam hal ini akan membuat hidup kita lebih bebas dan bahagia," kata Helena.
Sebaliknya, bila seseorang dibiasakan untuk tidak menangis, bahkan hingga tidak mampu untuk menangis, hal itu membuat orang tersebut tidak dapat merasakan sensitivitas perasaan sendiri. "Tidak sehat secara emosional," katanya.
Helena mengingatkan bahwa menangis dan mengeluarkan air mata adalah hal yang sehat. Setelah menangis, biasanya tubuh akan menjadi lebih tenang dan lega.
"Menangis melepaskan kita dari stres, rasa sedih, frustasi, marah, cemas atau rasa duka. Kita juga bisa menangis saat merasa bahagia dan bersyukur," katanya menambahkan.
Menangis juga dapat membersihkan tubuh dari emosi negatif. Banyak di antara kita yang tidak bisa menangis. Emosi negatif yang tersimpan dan tidak diproses dalam tubuh lama kelamaan akan menjadi penyakit fisik," kata Helena.