TEMPO.CO, Jakarta - Sudah berapa kenaikan berat badan yang Anda rasakan selama masa pandemi ini? Stres selama isolasi mandiri bisa menjadi salah satu pemicu pola makan tidak teratur yang Anda alami. Akibatnya, berat badan pun bertambah.
Di penjuru dunia, ada fenomena yang disebut dengan “Quarantine 15”, naiknya berat badan selama isolasi mandiri di masa pandemi COVID-19. Quarantine 15 adalah istilah yang merujuk pada kenaikan berat badan sebesar 15 pon atau 6,8 kilogram.
Ketika harus berada di rumah, seseorang rentan merasa stres dan pola makannya berubah. Penyebab berat badan naik, salah satu hal utamanya adalah pilihan makanan yang tinggi gula dan lemak.
Bukan tanpa alasan orang yang berbulan-bulan terpaksa tetap berada di rumah akibat pandemi memilih makanan yang kurang bernutrisi. Bisa saja lebih banyak pilihan makanan manis yang dengan cepat dapat memberi energi pada tubuh untuk bertahan di masa sulit dan tak pasti ini.
Tidak hanya satu atau dua orang yang merasakan kenaikan berat badan ini. Penting sekali agar masyarakat cepat beradaptasi di tengah situasi lockdown dalam waktu cepat mengubah rutinitas harian yang selama ini sudah tertata.
Jika ditelaah, penyebab berat badan naik selama pandemi, di antaranya:
1. Siklus makan dan stres
Ketika seseorang merasa stres – entah itu khawatir atau takut – secara alami tubuh mencari makanan manis, berlemak, atau karbohidrat sebagai sumber energi instan. Jenis makanan-makanan ini bersifat menenangkan.
Namun sayangnya, solusi instan jangka pendek ini justru menjadi penyebab berat badan naik selama pandemi. Seseorang bisa terperangkap dalam siklus pola makan tidak sehat dan terus menerus mengonsumsi makanan kurang bernutrisi. Konsekuensi lainnya adalah risiko mengalami penyakit jantung, diabetes, obesitas, hingga masalah emosional seperti depresihingga cemas berlebih.
2. Hormon stres
Saat merasa stres, otak akan memproduksi hormon stres ke aliran darah, berupa kortisol dan adrenalin. Untuk mengimbanginya, otot dan liver akan mengeluarkan glukosa sehingga tubuh terasa lebih berenergi. Menurut riset, glukosa ini harus diisi ulang setelah perasaan stres berlalu. Akibatnya, muncul keinginan untuk mengonsumsi makanan manis, tinggi sodium, dan juga berlemak.
Akumulasi lemak dan gula yang dikonsumsi ini tanpa sadar telah menumpuk di beberapa bagian tubuh, yang paling mudah adalah di perut. Dalam jangka panjang, ini akan menimbulkan sindrom metabolik.
3. Tidak banyak bergerak
Diharuskan berada di rumah selama berbulan-bulan terkadang membuat seseorang tak lagi banyak bergerak seperti sebelumnya. Jika rutinitas pagi biasa dimulai dengan jogging atau mengakhiri hari dengan mampir ke gym, kini tidak lagi. Memang banyak pilihan berolahraga secara virtual dengan mengikuti kelas-kelas online, namun tidak semua orang memiliki kemewahan sumber daya untuk melakukannya.
Semisal tidak sempat melakukannya karena tuntutan menuntaskan pekerjaan dari rumah. Semakin jarang seseorang aktif bergerak, ditambah lagi dengan pola makan sembarangan akibat stres dapat menjadi penyebab berat badan naik selama pandemi.