TEMPO.CO, Jakarta - Selama masa pandemi, ternyata keluarga di Indonesia menghemat pengeluaran pangan. Hal tersebut terungkap dalam survei yang dilakukan IPB University.
Pakar dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia (IKK-Fema) IPB University Euis Sunarti mengatakan sebanyak 77,5 persen keluarga di tanah air menghemat pengeluaran pangan. "Dan sebanyak 59,7 persen memilih untuk membeli pangan yang harganya lebih murah," kata dia melalui keterangan tertulisnya, Rabu, 4 November 2020.
Sementara itu, sebesar 79,6 persen keluarga tidak mengurangi porsi makan, 76,6 persen tidak mencari informasi bantuan pangan serta sebesar 50,6 persen tidak mengurangi jenis lauk yang dikonsumsi. "Tujuan survei ini untuk mengelaborasi strategi pangan yang dilakukan keluarga," ujar Euis.
Euis menjelaskan strategi coping (pemotongan pengeluaran) pangan merupakan upaya yang dilakukan seseorang dalam mengatasi keadaan yang tidak menguntungkan dalam mempertahankan tujuan keluarga, baik dalam pemenuhan konsumsi pangan maupun mata pencaharian.
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa status pendidikan responden sebagian besar berpendidikan tinggi (Diploma, S1, S2, S3), yaitu 83 persen pada survei pertama dan 74 persen di survei kedua.
Perolehan data strategi coping pangan yang dilakukan oleh responden pada bulan pertama dan kedua mengungkapkan bahwa sebagian besar responden, tepatnya 77,5 persen memilih menghemat pengeluaran untuk pangan keluarga.
Pada bulan kedua, strategi pangan yang dilakukan responden tidak menunjukkan perubahan. Bahkan, terjadi peningkatan persentase yang lumayan besar untuk membeli pangan yang harganya lebih murah, yaitu menjadi 69 persen.
Berdasarkan data tersebut, Euis menyimpulkan bahwa responden cenderung menunjukkan pola strategi coping pangan yang relatif sama. Sebanyak tujuh sampai delapan dari 10 keluarga melakukan penghematan pengeluaran untuk pangan.
Disusul dengan membeli pangan yang lebih murah harganya yang dilakukan oleh enam hingga tujuh dari 10 keluarga. Lalu, sebanyak satu dari dua keluarga melakukan pengurangan jenis lauk yang dikonsumsi, mencari informasi bantuan pangan dan terakhir melakukan pengurangan porsi makan yang dilakukan oleh satu dari lima keluarga.
"Data tersebut menunjukkan besarnya masalah kesejahteraan keluarga saat pandemi Covid-19 terjadi," ujar Guru Besar bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga tersebut.
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam rumah tangga, sehingga dapat menjadi indikator dasar kesejahteraan keluarga. Maka, bila sebuah keluarga mengalami ketidaktahanan pangan, maka menunjukkan adanya ketidaktahanan keluarga.