TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa hari terakhir berita didominasi kerumunan massa penjemput seorang tokoh agama di bandara Soekarno-Hatta, banyaknya kegiatan keagamaan, dan rencana untuk diadakannya reuni keagamaan, dan semua kegiatan rencananya berpotensi memunculkan kerumunan. Berita dan rencana tersebut memunculkan kekhawatiran banyak orang karena dikhawatirkan akan meningkatkan penularan Covid-19.
Adam Prabata, dokter umum lulusan Universitas Indonesia yang saat ini sedang menempuh pendidikan Ph.D kardiovaskular di Universitas Kobe, Jepang, memaparkan risikonya. Menurutnya, 38 persen penurunan potensi peningkatan kasus Covid-19 melalui kebijakan untuk mengurangi atau meniadakan kerumunan di masyarakat.
"Negara-negara yang membatasi munculnya kerumunan massa mampu menurunkan angka penularan Covid-19,” tuturnya dikutip dari Instagramnya @adamprabata.
Bersuara keras dan berteriak juga meningkatkan risiko penyebaran Covid-19 karena meningkatkan jumlah droplet. Risiko menularkan meningkat bila ternyata orang tersebut terinfeksi Covid-19, penularan utama Covid-19 adalah melalui droplet, yang terutama ditularkan pada jarak kurang dari 1 meter.
“Ketika berada dalam kerumunan, menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain cukup sulit dilakukan. Risiko menulari dan tertular meningkat pada orang di dalam kerumunan. Ada juga risiko adanya pasien Covid-19 tanpa gejala yang hadir di acara berkumpulnya massa karena 40-45 persen pasien Covid-19 tidak bergejala sama sekali,” katanya.
Sebagai contoh, tabligh akbar di Sri Petaling, Malaysia, pada 27 Februari-1 Maret 2020 menimbulkan 35 persen kasus baru Covid-19 di Malaysia pada Maret 2020. Penularan dari tabligh akbar tersebut menyebar hingga ke negara sekitar Malaysia.
“Silakan disimpulkan sendiri apakah kegiatan keagamaan yang sudah atau berpotensi menimbulkan kerumunan massa itu berisiko atau tidak dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini, apalagi bila dilakukan tanpa mematuhi protokol kesehatan,” tuturnya.
*Ini adalah konten kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan, ingat selalu #pesanibu dengan #pakaimasker, #jagajarakhindarikerumunan, dan #cucitanganpakaisabun.