TEMPO.CO, Jakarta - Hoaks mengenai COVID-19 saat ini semakin banyak. Juru Bicara Pemerintah dr. Reisa Broto Asmoro menyarankan masyarakat selalu meluangkan sedikit waktu guna mencari informasi dari sumber-sumber valid di masa pandemi COVID-19 ini agar tidak tertipu berita bohong.
“Sudah ada ribuan hoaks yang beredar selama sembilan bulan pandemi di Indonesia. Bahkan beberapa di antaranya terkait vaksin COVID-19. Padahal, banyak sekali manfaat vaksin yang sudah kita ulas. Jadi, penting ya untuk meluangkan sedikit waktu mencari informasi dari sumber-sumber yang valid,” kata Dokter Reisa dalam video yang ditayangkan Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin, 21 Desember 2020.
Beberapa hoaks yang beredar seperti informasi yang menyebutkan vaksin adalah bibit penyakit dan menerima vaksin sama saja dengan membuat badan rentan terkena penyakit.
"Anggapan ini salah karena vaksin itu terbuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan, yang fungsinya membuat badan kita menjadi kenal dan kebal melawan penyakit tersebut. Hal ini tidak sama dengan membuat tubuh sakit," ujar Reisa.
Dia pun memaparkan ada beberapa jenis vaksin. Pertama, vaksin mati adalah jenis yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dimatikan. Kedua, vaksin hidup adalah yang mengandung bakteri atau virus yang dilemahkan. Ketiga, vaksin subunit adalah dibuat dari komponen virus/bakteri. Kemudian keempat, vaksin toksoid yang dibuat dari toksin yang sudah dilemahkan.
Untuk kandungan vaksin terdiri dari antigen, stabilitator, adjuvan, dan pengawet. Kemudian, hoaks lain adalah informasi yang menyebutkan vaksin mengandung zat-zat yang berbahaya. Padahal, vaksin yang sudah diproduksi massal harus memenuhi syarat utama, yaitu aman, efektif, stabil, dan efisien.
"Setiap vaksin yang beredar harus lolos uji dari lembaga otoritas yang berwenang. Di Indonesia, ada Badan POM (Pemeriksa Obat dan Makanan) yang akan memastikan bahwa vaksin aman dan tidak mengandung bahan berbahaya," jelasnya.
Reisa juga menjelaskan vaksin adalah salah satu cara agar Indonesia bisa segera keluar dari pandemi COVID-19, asalkan sudah tercipta kekebalan komunitas pada mayoritas penduduk dunia. Untuk itu Reisa kembali mengingatkan vaksin bukan satu-satunya solusi untuk mencegah penularan COVID-19. Disiplin dan patuh terhadap protokol kesehatan juga penting dan efektif menurunkan risiko penularan.
"Jadi, gerakan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) ditambah vaksinasi tentu akan lebih baik," ujarnya.
Reisa mengatakan masih banyak mitos dan hoaks lain yang beredar di tengah-tengah masyarakat seputar vaksin. Masyarakat diminta untuk memilah-milah informasi yang benar. Masyarakat juga bisa menghubungi kontak resmi Satgas COVID-19 di nomor 119 ekstensi 9 atau bisa berkunjung ke situs resmi pemerintah dalam penanganan pandemi COVID-19 di alamat covid19.go id.
"Lebih baik mencerna informasi lebih baik daripada panik atau bahkan menjadi penyebar hoaks," tuturnya.
*Ini adalah artikel kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan, ingat selalu #pesanibu dengan #pakaimasker, #jagajarakhindarikerumunan, dan #cucitanganpakaisabun.