TEMPO.CO, Jakarta - Aktivitas anak di dunia maya kini kian intens. Jika sebelum pandemi Covid-19 anak biasanya mengakses gadget di akhir pekan, sekarang hampir setiap hari anak memegang gawai karena sekolah daring dan mengerjakan tugas dari laptop atau ponsel dengan sambungan internet.
Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ciput Eka Purwianti mengingatkan agar orang tua selalu mendampingi anak ketika mengakses internet, baik saat belajar maupun bermain. "Sebab ada tiga risiko besar atau bahaya terselubung bagi anak di ranah maya," kata Ciput dalam diskusi online Sambut Hari Aman Internet Sedunia, Google Ajak Keluarga #TangkasBerinternet pada Selasa, 9 Februari 2021.
Baca Juga:
Berikut ulasan dari tiga bahaya terselubung tersebut:
- Kekerasan cyber
Kekerasan siber kepada anak yang berpotensi terjadi di dunia maya masuk dalam kategori eksplitasi. Contohnya konten menyakiti diri, bunuh diri, terkontaminasi muatan radikalisme, dan bentuk eksploitasi lainnya. - Adiksi siber
Kecanduan gadget menjadi kekhawatiran yang tak bisa dihindari. Di Sukabumi, Jawa Barat dan Solo, Jawa Tengah, menurut Ciput, terdapat kasus anak berusia kurang dari 10 tahun yang kecanduan gadget. "Mereka tidak bisa lepas dari gawai karena terpapar konten game online dan pornografi," ucapnya. - Perundungan siber
Orang tua juga mesti memantau interaksi anak-anak di dunia maya. Dengan pengetahuan yang terbatas dan belum memahami esensi dalam berinteraksi sosial, anak-anak rentan melakukan perundungan kepada anak-anak lain atau teman sebaya. Anak-anak juga berpotensi menjadi korban bullying dari orang dewasa.
Baca juga:
Jaga Anak Tetap Aman di Ranah Online, Ini yang Perlu Dilakukan Orang Tua
Mengutip data Plan Internasional, berbagai bentuk kekerasan yang dialami anak-anak di dunia maya antara lain 96 persen ancaman kekerasan seksual, pelecehan seksual lewat komentar, stalking oleh orang asing atau orang dewasa dan sebagian besar predator anak. Ada pula body shaming, pelecehan seksual, intimidasi, dan lainnya.
Ciput menjelaskan berbagai keluhan anak yang dia terima selama sekolah daring. Anak-anak merasa lebih banyak menghabiskan waktu di depan gadget dan sebenarnya mereka merasa lelah. "Mereka merasa tugasnya terlalu banyak dan berat," katanya.
Khusus anak usia sekolah dasar, Ciput melanjutkan, orang tua mesti memberikan pendampingan yang ketat karena masuk periode usia berkembang tipe penurut atau mengikuti contoh. "Jadi, pastikan orang tua mendampingi saat anak-anak berselancar dengan gawai mereka," ucap Ciput. "Jangan biarkan mereka sendirian dalam mengakses berbagai platform."