TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, menilai tidak ada korelasi positif antara kegiatan vaksinasi Covid-19 yang tengah berlangsung dengan tren penurunan kasus konfirmasi positif Covid-19 harian. Ia berpendapat penurunan kasus harian itu menunjukkan gambaran data Covid-19 yang semu di Tanah Air.
Dicky beralasan latar belakang penurunan data kasus harian Covid-19 di Indonesia dibarengi dengan turunnya kapasitas pemeriksaan dan pelacakan kasus konfirmasi positif Covid-19 di tengah masyarakat. Padahal, persentase kasus konfirmasi positif atau positivity rate di Indonesia masih terbilang tinggi, sebesar 18,5 persen per 27 Februari 2021.
“Fenomena penurunan ini semu, bisa misinterpretasi dan misleading juga dan misekspektasi dan ini harus diketahui masyarakat dan pemerintah,” kata Dicky.
Dia menegaskan penurunan kasus itu tidak memiliki kaitan langsung dengan kegiatan vaksinasi Covid-19 di sejumlah kelompok masyarakat terbatas. Pasalnya, hingga saat ini jumlah penerima vaksin Covid-19 pada suntikan pertama sebanyak 1.616.165 orang dan suntikan kedua mencapai 982.370 orang.
“Bahwa vaksin berdampak pada jumlah penurunan kesakitan dan kematian baru pada kelompok kecil ya, capaiannya 0,3 persen dari total populasi belum signifikan,” ujar Dicky.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Tak Sebabkan Reaksi Alergi pada Pemilik Komorbid
Ihwal kekebalan kelompok atau komunitas (herd immunity) masih belum dapat diukur dengan pasti. Alasannya, suntikan vaksin itu belum memberikan data yang ajeg ihwal tingkat kemanjurannya dalam memutus penularan Covid-19 di tengah masyarakat. Padahal, tingkat efektivitas itu menjadi standar baku dalam penghitungan proyeksi kekebalan kelompok atau komunitas terbentuk di tengah masyarakat. Selain itu, jumlah vaksinasi yang diberikan mesti sudah mencakup 70 persen dari total populasi.
“Apalagi, kalau efektivitas nanti bervariasi itu tidak akan sederhana bukan hanya menghitungnya tetapi respons immunitasnya itu sendiri kita masih belum tahu,” katanya.
Menanggapi tren menurunnya kasus harian Covid-19, pihak Kementerian Kesehatan mengatakan data itu disebabkan sejumlah intervensi yang diinisiasi oleh pemerintah. Contohnya, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM dibarengi program vaksinasi pada awal tahun ini.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan untuk Vaksinasi, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan terlalu dini untuk mengukur efektivitas vaksin dalam penurunan kasus konfirmasi positif Covid-19 beberapa waktu terakhir. Alasannya, cakupan vaksin masih terbatas pada sejumlah kelompok profesi tertentu dan masih jauh dari target 70 persen populasi.
“Kalau ini mungkin terlalu dini untuk menyimpulkan penurunan kasus akibat vaksin,” kata Nadia .
Hanya saja, dia menegaskan penurunan kasus harian itu dapat ditelusuri dari sejumlah kebijakan intervensi yang telah dikeluarkan pemerintah lewat PPKM dan program vaksinasi Covid-19 tersebut. “Artinya, ini karena multiintervensi adanya vaksin, adanya PPKM, ini yang bisa berpengaruh terhadap penurunan kasus,” tuturnya.