TEMPO.CO, Jakarta – Media sosial saat ini tengah dihebohkan dengan pernyataan dari Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana, bahwa ia positif Covid-19 untuk kedua kalinya yang disebut juga sebagai Reinfeksi Covid-19. Apa yang dialami oleh Bupati Karawang tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai kemungkinan terkena reinfeksi virus corona kembali bagi seseorang yang telah terpapar sebelumnya.
Dilansir dari laman Center for Disease Control and Prevention, fenomena reinfeksi telah banyak dilaporkan, tetapi sifatnya cenderung jarang. Secara umum, reinfeksi merupakan kondisi ketika seseorang terinfeksi (sakit) sekali lalu sembuh tetapi kemudian terinfeksi kembali. Fenomena reinfeksi virus corona terjadi sebab tubuh terpapar virus Covid-19 kembali. Ini menunjukkan bahwa bagi orang-orang yang sebelumnya telah terpapar Covid-19 masih memiliki risiko besar terkena kembali.
Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Gastroenterologi, Hepatologi dan Nutrisi, Fakultas Kedokteran, Universitas Chicago, menyatakan bahwa reinfeksi virus corona dengan jenis yang berbeda memiliki kemungkinan besar untuk terjadi. Selain itu, reinfeksi kedua dalam beberapa kasus dapat terjadi lebih parah dari sebelumnya. Penelitian ini juga menemukan bahwa virus Covid-19 dapat terus mengalami perkembangan sehingga tingkat penularan lebih tinggi bahkan setelah melakukan vaksin.
Mengutip dari laman Time, infeksi ulang dapat terjadi dalam jangka waktu cepat, yakni antara 48-90 hari. Gejala yang dialami pun sama layaknya gejala Covid-19 pada umumnya, seperti batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, mual, dan diare. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa re-infeksi dapat terjadi tanpa disertai gejala atau mengalami infeksi sekunder karena kurangnya pengawasan dan pengujian dalam jangka luas dan besar, sebagaimana disampaikan oleh Profesor Imunologi Fakultas Kedokteran, Universitas Yale, Akiko Iwasaki.
Penyebab terjadi reinfeksi masih terus dilakukan penelitian hingga saat ini. Namun berdasarkan beberapa sumber yang beredar, reinfeksi dapat terjadi karena terpapar dari tubuh orang lain, tidak menggunakan protokol kesehatan dengan tepat. Oleh karena itu, meminimalisir mobilitas, interaksi dengan orang lain, menaati protokol kesehatan menjadi alternatif yang harus dilaksanakan di tengah situasi pandemi saat ini.
Seorang dokter spesialis penyakit menular, dr. Frank Esper, menyatakan bahwa telah terinfeksi positif Covid-19 sebelumnya bukan berarti bisa mengabaikan protokol kesehatan. Justru protokol kesehatan seperti memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak harus tetap dipatuhi agar tak Reinfeksi Covid-19.” Telah terinfeksi virus corona sebelumnya bukan berarti tubuh telah kebal terhadap virus itu,” paparnya seperti dikutip dari laman resmi Cleveland Clinic pada 21 Juli 2021.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca: Bedakan Antara Reinfeksi Covid-19 dengan Repositif Covid-19
#JagaJarak
#PakaiMasker
#CuciTangan