TEMPO.CO, Jakarta - Anak-anak sering merengek, menangis, ataupun mengamuk adalah hal yang wajar. Namun dalam beberapa kasus dapat menjadi hal yang serius atau biasanya disebut tantrum.
Tantrum merupakan salah satu bentuk ekspresi emosional dalam bentuk kemarahan yang meledak-ledak pada anak. Perilaku ini dipandang sebagai perilaku yang buruk dari perspektif sebagian orang tua.
Melansir dari news.unair.ac.id, tantrum atau juga disebut temper tantrum merupakan ledakan emosi atau luapan kemarahan yang dilakukan pada anak usia toddler. Pada usia toddler atau usia 12-36 bulan sering ditemukan, bahkan juga dapat ditemui pada anak pada usia 5 atau 6 tahun.
Namun, berdasarkan penelitian temper tantrum yang tidak ditangani sejak dini, dapat terbawa hingga dewasa dan menjadikan orang dewasa yang pemarah. Tantrum ini dapat terjadi karena beberapa hal. Berikut penyebab tantrum dikutip dari laman UNAIR:
1. Penyapihan dini
Karena penyapihan yang dilakukan sejak dini pada anak atau balita akan mengurangi bonding antara ibu dan anak. Dengan ini anak menjadi tidak nyaman dan berdampak pada perilaku negatif anak yang cenderung menyebabkan dan mengarah pada terjadinya temper tantrum.
2. Toilet Training
Saat anak-anak ingin buang air kecil maupun buang air besar saat bepergian atau di tempat umum, beberapa orang tua melarang anak melakukannya. Bahkan biasanya orang tua marah saat anak merengek meminta buang air saat tidak berada di rumah. Hal ini akan menyebabkan gangguan kepribadian anak. Anak akan menjadi lebih ekspresif, ceroboh, suak membuat gara-gara, emosional, serta suka seenaknya sendiri dalam berperilaku sehari-hari.
3. Pola Asuh
Selain itu, hal yang dapat mempengaruhi anak mengalami tantrum adalah pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua yang tidak tepat dapat mempengaruhi intensitas ledakan emosi pada anak. Ketika anak terlalu didominasi dan dilindungi orang tua, selalu mendapatkan apa yang diinginkan, serta orang tua tidak disiplin akan memicu terjadinya tantrum
Dikutip dari WebMD, anak-anak yang hiperaktif, murung, atau yang sulit beradaptasi dengan lingkungan baru akan lebih rentan terjadi tantru,. Anak akan tantrum saat merengek meminta sesuatu seperti saat disuruh untuk mandi tapi juga ingin sambil menonton kartun. Atau situasi lain seperti berebut mainan dengan saudara maupun temannya.
Untuk mengatasi hal ini secara instan, orang tua dapat memberikan apa yang diminta oleh anak. Tetapi hal ini dapat berdampak buruk dalam jangka panjang karena anak akan melakukan hal yang sama saat menginginkan sesuatu.
Agar bertahan dalam jangka waktu panjang, orang tua sebaiknya mengendalikan amarah dan mengelola emosinya terlebih dahulu dan tidak memukul anak. Lebih baik saat anak mulai tenang memberitahu anak bahwa perilaku yang dilakukan bukan hal yang baik untuk meminta sesuatu.
Jika hal tersebut tidak berhasil menenangkan anak pada saat itu maupun ke depan, mulai abaikan permintaan anak yang diminta dengan tindakan tantrum. Saat anak sadar keinginannya tidak terpenuhi dengan perilaku seperti itu anak akan berangsur berhenti melakukannya.
Untuk lebih menenangkan anak yang tantrum, sebaiknya berikan anak waktu satu hingga dua menit untuk beristirahat dan menenangkan diri. Setelah itu diberikan pengertian jika sayang pada anak bukan berarti menuruti segala hal yang diinginkan.
TATA FERLIANA
Baca juga: Balita Tantrum Saat Traveling? Begini Cara Menenangkannya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.