Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kenali Tanda-tanda dan Gejala Batu Empedu pada Perempuan

Reporter

Editor

Nurhadi

image-gnews
Ilustrasi batu empedu. harvard.edu
Ilustrasi batu empedu. harvard.edu
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan perlu paham betul gejala dari batu empedu. Bukan tanpa sebab, tercatat perempuan lebih berisiko tinggi mengidap batu ginjal.

Dilansir dari American College of Gastroenterology, 20 persen wanita Amerika pada usia 60 mengidap batu empedu dan wanita antara 20-60 tahun tiga kali lebih beresiko untuk mengalaminya dibandingkan pria.

Hal itu dikarenakan wanita memiliki hormon estrogen yang menunjang proses reproduksi atau kehamilan. Hormon estrogen dapat dapat memicu peningkatan produksi batu empedu. Selain itu mengonsumsi obat kontrasepsi juga berpengaruh.

Walaupun kebanyakan orang yang mengidap batu empedu tidak merasakan gejala, beberapa orang lainnya merasakan gejala yang amat jelas. Dilansir dari womenshealthmag.com,  berikut gejala batu empedu:

1. Nyeri di perut

Perlu diwaspadai bila dirasakan nyeri tiba-tiba di kuadran kanan atas perut, terutama setelah makan makanan berlemak. Ketika kantong empedu berkontraksi sebagai respons terhadap makan atau rangsangan normal lainnya, ia mencoba memaksa endapan batu keluar dari kantong empedu. Hal itu menyebabkan rasa sakit yang mengganggu yang berlangsung dari lima menit hingga beberapa jam.

2. Mual dan muntah

Jika batu endapan tersangkut di salah satu saluran tempat membuat enzim pencernaan mengalir, tentu hal tersebut menyebabkan peradangan, pembengkakan, dan rasa sakit yang semakin parah. Hal itulah yang memicu mual dan muntah kemungkinan akan muncul.

3. Maag

Karena banyak gejala batu empedu yang mirip dengan gangguan pencernaan, seperti mulas, refluks asam, dan nyeri perut, seringkali orang mengabaikan tanda-tandanya.

Namun, jika gejala ini menyerang berulang kali setelah makan dan tak kunjung membaik setelah istirahat, buang gas, atau buang air besar, itu bisa menjadi tanda bahwa batu empedu menghalangi jalan keluar di kantong empedu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

4. Kulit dan mata menguning

Jika batu empedu menyumbat saluran empedu, yang merupakan jalur yang digunakan kantong empedu untuk mengirim empedu ke usus kecil, maka seluruh sistem akan mundur. 

Penumpukan ini meningkatkan konsentrasi bilirubin di kantong empedu. Ketika konsentrasi bilirubin meningkat dalam aliran darah, ia mulai menumpuk di kulit dan mengubah kulit menjadi kuning. Selain itu bagian putih di mata juga sering berubah menjadi warna kekuningan.

5. Perubahan warna urine dan kotoran

Pemecahan bilirubin selama proses pencernaan juga yang membuat urine berwarna kuning dan kotoran berwarna gelap. Karena itu bila urine berwarna gelap dan kotoran berwarna terang, itu bisa menjadi tanda penyumbatan saluran empedu.

6. Demam, menggigil dan detak jantung cepat

Demam, menggigil, dan detak jantung yang cepat dikombinasikan dengan sakit perut yang tidak kunjung berhenti merupakan tanda aliran keluar di kandung empedu benar-benar tersumbat oleh baru empedu. Perlu amat diwaspadai sebab bisa jadi hal itu telah menyebabkan infeksi.

ANNISA FIRDAUSI

Baca juga: 4 Cara Cegah Munculnya Batu Empedu, Berusahalah Tepat Waktu Makan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cara Mendeteksi Penyakit Lupus, Perhatikan 5 Gejala pada Tubuh

23 jam lalu

Ilustrasi penyakit Lupus. entresemana.mx
Cara Mendeteksi Penyakit Lupus, Perhatikan 5 Gejala pada Tubuh

Lupus merupakan penyakit autoimun yang ditunjukkan dari gejala sakit kulit, demam, sakit sendi, rambut rontok, dan gangguan saraf.


Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

2 hari lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

Dokter anak menjelaskan gejala penyakit lupus pada anak umumnya lebih gawat dibanding pada orang dewasa.


Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

7 hari lalu

Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Abdul Azis Syah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Rabu, 11 Maret 2020. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia telah menelan 100 korban meninggal dari total 16.099 kasus dalam periode Januari sampai dengan awal Maret 2020. ANTARA/Syifa Yulinnas
Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?


Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

8 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com
Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?


Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

9 hari lalu

Ilustrasi vaksinasi Covid-19. TEMPO/Subekti
Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.


Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

10 hari lalu

Petugas kesehatan meneteskan vaksin polio pada mulut anak balita saat pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) Polio di Kota Madiun, Jawa Timur, Senin 19 Februari 2024. Imunisasi itu merupakan putaran kedua yang menyasar  kepada sekitar 18 ribu anak hingga usia delapan tahun di wilayah tersebut untuk memberikan kekebalan pada anak sekaligus upaya menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio menyusul penemuan kasus lumpuh layu di Pamekasan, Sampang Jawa Timur serta Klaten Jawa Tengah beberapa waktu lalu, dilaksanakan pada 19-25 Februari. ANTARA FOTO/Siswowidodo
Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.


IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

15 hari lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.


Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

17 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.


Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

18 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

Parasetamol dapat diberikan ketika suhu anak 38 derajat Celcius ke atas atau sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman.


Komplikasi dan Cara Pencegahan HFMD, Potensi Tinggi Menular Selama Libur Lebaran 2024

27 hari lalu

Ilustrasi cuci tangan. pixabay.com
Komplikasi dan Cara Pencegahan HFMD, Potensi Tinggi Menular Selama Libur Lebaran 2024

Hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau flu Singapura yang menyerang selama libur Lebaran 2024 sebabkan komplikasi penyakit lain. Ini pencegahannya