TEMPO.CO, Jakarta - Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat sekitar 70 persen dari jumlah pecandu narkoba yang telah melalui program rehabilitasi cenderung mengalami relaps atau kembali menggunakan obat terlarang. Sedangkan menurut National Institute on Drug Abuse (NIDA), orang yang pernah menjalani rehabilitasi narkoba dan kembali mengalami relaps mencapai 40-60 persen.
Psikolog dari Universitas Indonesia, Kasandra Putranto, mengatakan banyak pecandu narkoba yang kembali menggunakan narkoba sebelum mencapai pemulihan jangka panjang.
"Sama seperti halnya penyakit kronis, banyak orang mengalami satu atau beberapa kali relapse sebelum mencapai pemulihan jangka panjang. Relapse merupakan hal umum dan normal terjadi pada orang yang sudah sempat pulih dari kecanduan," ujar Kasandra.
Meski demikian, menurut Kasandra, relapse bukan berarti rehabilitasi atau terapi yang dijalani gagal. Pasalnya, orang yang sedang mencoba berhenti menggunakan narkoba bisa saja mengalami ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap rangsangan stres dari dalam maupun luar dirinya.
"Sehingga inilah yang membuat orang tersebut kembali menyalahgunakan narkoba," jelasnya.
Alasan-alasan lain yang memicu terjadinya relaps di antaranya karena belum benar-benar siap untuk berhenti, frustrasi, depresi, rendah diri, mengingat kembali kejadian asik saat menggunakan narkoba di masa lalu, lalai dalam menjalankan program rehabilitasi atau pascarehabilitasi, hingga kurangnya rencana untuk mencegah kekambuhan.
Selain itu, pecandu memerlukan waktu untuk memahami permasalahan yang dihadapi dan sungguh-sungguh memiliki keinginan berhenti menggunakan narkoba.
"Kesembuhan merupakan proses panjang dan terkadang sangat menyakitkan. Mantan penyalahguna narkoba harus tekun hari demi hari untuk memperjuangkan sikap dan usahanya menuju hidup baru," ujar Kasandra. "Inilah pentingnya program pascarehabilitasi. Meski seseorang baru saja pulih, dia tidak sepenuhnya aman dari kemungkinan relapse. Oleh karena itu, mengambil langkah aktif dengan membuat rencana pencegahan kekambuhan dapat membuka jalan bagi pemulihan yang sehat dalam jangka panjang."
Psikiater lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Ratna Mardiati, Sp.KJ(K), menambahkan pendampingan juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam membantu pemulihan pecandu narkoba karena 80 persen pemulihan gagal kalau tidak didampingi.
"Pasti bisa. Kita optimis kalau ada pendampingan, terapinya berjalan lancar, pasti bisa," kata dokter yang berpraktik di Klinik Angsamerah itu. "Kita bisa lihat banyak orang yang sudah masuk rehabilitasi bertahun-tahun kembali lagi baik banyak, hidup normal banyak, yang sukses juga banyak."
Baca juga: Dokter Ingatkan Gangguan Organ Tubuh Akibat Penggunaan Narkoba