TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog mengimbau segera mencari bantuan profesional agar bisa menemukan solusi jika stres tak kunjung teratasi oleh penderita.
"Cari bantuan profesional jika merasa tidak mampu mengatasi stres yang terjadi secara mandiri," kata psikolog klinis Anggiastri Hanantyasari Utami.
Psikolog di LPDK Kemuning Kembar dan Omah Perden ini mengatakan penting untuk memiliki kesadaran akan kesehatan mental. Orang yang memiliki kesadaran yang baik akan kesehatan mental mampu memahami apa yang terjadi pada dirinya dan mencari bantuan sedini mungkin, baik pada lingkungan maupun profesional.
Ia menjelaskan kemampuan dasar mengelola stres penting untuk dimiliki, misalnya dengan melakukan relaksasi sederhana. Dia juga menyarankan untuk mencoba melakukan aktivitas serta menemukan hobi baru sebagai upaya mengelola stres.
Pola hidup sehat
Untuk menjaga kesehatan mental, dia menegaskan pentingnya menerapkan pola hidup sehat dan terpenuhinya kebutuhan dasar, yakni tercukupinya asupan gizi, istirahat cukup, dan melakukan olah raga secara rutin. Pola hidup tidak sehat seperti kurang tidur, malas bergerak, dan terlalu sering mengonsumsi makanan tidak sehat secara berlebihan, seperti alkohol dan makanan yang berpotensi menyebabkan penyakit.
"Setelah hal-hal dasar ini terpenuhi, kita bisa mencoba untuk menyempatkan diri terkoneksi dengan lingkungan sosial yang sehat, baik itu bertemu secara langsung maupun melakukan komunikasi jarak jauh," jelasnya.
Jauhi juga menarik diri secara berlebihan dari lingkungan. "Penting memang bagi kita memberi ruang ketika dalam kondisi stres, namun terlalu lama menarik diri akan membuat kita terjerumus semakin dalam pada kondisi stres itu sendiri," ujarnya.
Dia juga menyarankan untuk tidak terlalu sering mengakses gawai. Kemajuan teknologi memang memberikan dampak pada kemudahan informasi dan hiburan. Namun terlalu banyak menggunakan gawai dapat mempengaruhi kesehatan mental.
"Misalnya dengan terus menerus terpapar pada hal yang memicu stres," ujarnya.
Menurut Anggiastri, keterbukaan informasi membuat orang jadi kerap membandingkan dirinya dengan kondisi ideal versi hal-hal yang terpampang di media sosial atau internet.
"Selain itu, orang juga dapat melakukan self-diagnose yang membuat dirinya merasa semakin terbebani, padahal belum tentu gejala-gejala yang muncul adalah symptom dari gangguan psikologis tertentu," katanya seraya menambahkan penegakan diagnosa memerlukan serangkaian pemeriksaan terstruktur.
Baca juga: Awas, Stres Berlebih Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung Koroner