TEMPO.CO, Jakarta - Anosognosia kondisi ketika seseorang menolak atau tidak menyadari penurunan kesehatannya. Orang dengan kondisi ini cenderung acuh atau tak peduli terhadap penyakit yang dialaminya. Sikapnya menolak diagnosis atau menyangkal keadaan masalah kesehatan dia sekarang.
Apa itu anosognosia?
Mengutip WebMD, anosognosia dari kata Yunani yang berarti tanpa pengetahuan tentang penyakit. Intinya orang tersebut tidak bisa menerima kondisi yang dialaminya itu. Sikap anosognosia akan terus menyangkal, karena pikiran dan suasana hatinya bertentangan dengan kenyataan.
Anosognosia biasanya dikaitkan dengan pengaruh neurologis, misalnya pasien stroke dan Alzheimer. Anosognosia juga mempengaruhi orang yang demensia. Mengutip Medical News Today, lobus frontal otak berfungsi untuk mengendalikan citra diri.
Citra diri berhubungan dengan mental setiap orang memandang dirinya. Misalnya, jika seseorang memotong rambut atau mempelajari keterampilan baru, berkemungkinan menyesuaikan citra diri.
Lobus frontal otak mengatur setiap informasi baru, seperti melihat atau bertindak secara berbeda. Itu kemudian membentuk citra diri. Kondisi gangguan bipolar, skizofrenia, atau demensia rentan mengganggu lobus frontal dan menyebabkan anosognosia.
Adapun cedera otak, seperti stroke atau traumatis juga bisa menyebabkan anosognosia. Jika lobus frontal tidak berfungsi dengan baik, kondisi itu mencegah orang untuk memperbarui citra diri. Kondisi itu berarti mengikuti citra diri lama yang sudah ada sebelum terpengaruh kondisi kesehatan mental tertentu.
Pilihan Editor: Demi Lovato Lega saat Didiagnosis Bipolar, Bantu Menghadapi Depresi