Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengulik Sejarah dan Alasan di Balik 29 Juni Ditetapkan Hari Keluarga Nasional

image-gnews
Ilustrasi keluarga makan bersama di meja makan. Foto: Freepik.com
Ilustrasi keluarga makan bersama di meja makan. Foto: Freepik.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga adalah unit dasar dalam struktur sosial manusia dan hari ini, tepatnya tanggal 29 Juni dalam kalender adalah Hari Keluarga Nasional. Secara umum, keluarga merujuk pada sekelompok orang yang saling terkait oleh hubungan darah, pernikahan, atau adopsi. 

Keluarga juga berperan dalam mendidik anak-anak, mentransmisikan nilai-nilai budaya, dan memberikan dukungan sosial. Keluarga juga bisa menjadi tempat di mana individu belajar tentang interaksi sosial, keterampilan hidup, dan mengembangkan identitas mereka.

Pada bulan Juni ini adalah hari nasional lain yang dinyatakan pemerintah untuk dirayakan, tepatnya pada 29 Juni. Hari Keluarga Nasional (Harganas). Hari keluarga Nasional dikenang secara nasional karena menunjukkan peran penting keluarga. 

Keluarga juga berperan penting dalam upaya membangun ketahanan nasional dalam mencapai persatuan dan kesatuan bangsa. Keluarga menjadi kekuatan pembangun bangsa. 

Sejarah 29 Juni 

Perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan menjadi alasan lahirnya Hari Keluarga Nasional (Harganas). Pasalnya, banyak warga Indonesia yang harus dan rela melakukan wajib militer yang mengharuskan berpisah dengan keluarganya. 

Pada hari dan bulan itu, Tentara Republik Indonesia (TRI) yang bergerilya melawan penjajah tiba di Yogyakarta dan kembali ke keluarga masing-masing. Selain itu, 29 Juni 1970 juga merupakan puncak kristalisasi semangat para pejuang Keluarga Berencana (KB). 

Proklamasi Peringatan Hari Keluarga Nasional dicanangkan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 29 Juni 1993 di Provinsi Lampung. Peringatan Hari Keluarga bertujuan agar seluruh masyarakat Indonesia memahami betapa pentingnya keluarga.  

Prof. Dr. Haryono Suyono merupakan tokoh yang memperkenalkan Hari Keluarga Nasional. Kemudian Prof. Haryono Suyono menjabat sebagai Presiden Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada masa kepemimpinan Presiden Suharto. Saat ini, instansi pemerintah tersebut telah berganti nama menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang dipimpin oleh Dr. berubah Cepat Wardoyo.

Dilansir dari situs resmi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dengan perjuangan panjang, pada 22 Juni 1949 Belanda menyerahkan kedaulatan bangsa Indonesia secara utuh. Seminggu setelah itu, tepatnya 29 Juni 1949 para pejuang kembali kepada keluarganya. Hal inilah yang melandasi lahirnya Hari Keluarga Nasional (Harganas).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hari Keluarga Nasional juga merupakan perwujudan Hari Pertasi Kencana (Pertanian, Koperasi, Keluarga Berencana), yang dirayakan secara kolektif sebelum dimulainya peringatan Harganas. Kemudian, BKKBN menjadi pelopor hari keluarga nasional sejak tahun 2014.

Mengingatkan pentingnya hubungan keluarga yang baik, yang pada gilirannya membuat hidup orang lebih bahagia. Peringatan Harganas tidak hanya sekedar mengenang, tetapi juga kampanye untuk menyadarkan masyarakat akan berbagai persoalan yang merusak hubungan keluarga, seperti narkoba, kekerasan dalam rumah tangga dan berbagai persoalan kompleks yang dapat merusak hubungan keluarga. 

Dikutip dari Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 dan PP Nomor 21 Tahun 1994 menjelaskan ada delapan fungsi yang harus dijalankan suatu keluarga, yaitu:

1. Fungsi agama
2. Fungsi sosial budaya 
3. Fungsi cinta kasih
4. Fungsi melindungi 
5. Fungsi reproduksi 
6. Fungsi pendidikan 
7. Fungsi ekonomi 
8. Fungsi pembinaan lingkungan

Pemilihan tanggal dan bulan memiliki nilai sejarah yang dalam. Tanggal 29 Juni melambangkan semangat para pejuang program KB untuk memperkokoh dan memperluas pelaksanaan program KB. Secara resmi, pemerintah menjadikan program KB sebagai program nasional, seiring dengan dibentuknya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 29 Juni 1970.  

Namun,  29 Juni hampir tidak dikenal masyarakat umum sebagai Hari Keluarga Nasional. Bahkan banyak pejabat pemerintah yang tidak mengetahui adanya Hari Keluarga Nasional di republik ini. Sosialisasi Hari Keluarga Nasional harus dioptimalkan. Di sisi lain, rasa memiliki terhadap hari keluarga harus ditingkatkan. 

Pilihan editor : Hari Keluarga Nasional, Ini Harapan PB IDI

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hingga Ganjar Lepas Jabatan Gubernur, Penanganan Stunting Masih Jadi PR Pemprov Jateng

17 hari lalu

Ilustrasi stunting. freepik.com
Hingga Ganjar Lepas Jabatan Gubernur, Penanganan Stunting Masih Jadi PR Pemprov Jateng

Hingga berakhirnya masa jabatan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah, penanganan stunting menjadi salah satu pekerjaan rumah pemprov


Gotong Royong Merdekakan Anak Indonesia Dari Stunting

40 hari lalu

Gotong Royong Merdekakan Anak Indonesia Dari Stunting

Terdapat Lima Pilar Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting


Kejar Visi Indonesia Emas 2045 Dimulai dari Pencegahan Stunting

50 hari lalu

Ilustrasi balita. Shutterstock
Kejar Visi Indonesia Emas 2045 Dimulai dari Pencegahan Stunting

Pencegahan stunting pada anak penting dilakukan mengingat bayi dan balita di zaman ini akan menjadi bagian dari Visi Indonesia Emas 2045.


Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

51 hari lalu

Bendera dan Atribut Partai menghiasi lokasi berlangsungnya Musyawarah Nasional IX Partai Golkar di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, 6 Desember 2014. Munas tandingan yang dilaksanakan oleh Presidium Penyelamat Partai Golkar ini rencananya akan dihadiri oleh 240 DPD provinsi dan kabupaten/kota. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

Berikut jumlah kursi yang diperoleh Partai Golkar dari Pemilu 2009, 2014, dan 2019 yang semakin menurun. Bagaimana prospek di Pemilu 2024?


Kasad: Terpenuhinya Air Bersih Percepat Penurunan Stunting

25 Juli 2023

Kasad: Terpenuhinya Air Bersih Percepat Penurunan Stunting

Peresmian penggunaan fasilitas air bersih tahun 2023 dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia


Hari Kependudukan Dunia 2023, Kepala BKKBN Tegaskan Kesetaraan Gender

12 Juli 2023

Hari Kependudukan Dunia 2023, Kepala BKKBN Tegaskan Kesetaraan Gender

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menegaskan masyarakat global harus memajukan kesetaraan gender untuk menciptakan dunia yang lebih adil, tangguh, dan berkelanjutan dengan kemungkinan tak terbatas.


USU Raih Penghargaan Perguruan Tinggi Peduli Kependudukan

6 Juli 2023

Muryanto Amin. Facebook.com
USU Raih Penghargaan Perguruan Tinggi Peduli Kependudukan

USU berhasil meraih penghargaan sebagai perguruan tinggi yang peduli terhadap kependudukan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.


Hari Keluarga Nasional, Pahami 8 Fungsi Pembangun Keluarga Ideal

29 Juni 2023

Ilustrasi keluarga. Shutterstock
Hari Keluarga Nasional, Pahami 8 Fungsi Pembangun Keluarga Ideal

Setiap 29 Juni diperingati sebagai Hari Keluarga Nasional. Berikut delapan fungsi utama fondasi keluarga ideal menurut BKKBN.


Hari Keluarga Nasional, Ini Harapan PB IDI

28 Juni 2023

Ilustrasi keluarga. Freepik.com/Lifestylememory
Hari Keluarga Nasional, Ini Harapan PB IDI

PB IDI menyatakan Hari Keluarga Nasional merupakan momen membangun ketahanan bangsa lewat kesehatan keluarga, termasuk menurunkan angka stunting.


Hari ini 29 Tahun Lalu, Polisi Menangkap W.S. Rendra Saat Berdemo Pemberedelan Majalah Tempo

27 Juni 2023

WS Rendra pada protes pembredelan TEMPO, EDITOR dan DETIK di depan Deppen, Jakarta, 1994. Majalah Tempo dibredel untuk pertama kalinya pada 12 April 1982. Tempo, yang saat itu berusia 12 tahun, dibredel oleh Departemen Penerangan melalui surat yang dikeluarkan oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo. Dok.TEMPO/Robin Ong
Hari ini 29 Tahun Lalu, Polisi Menangkap W.S. Rendra Saat Berdemo Pemberedelan Majalah Tempo

W.S. Rendra, penyair yang dijuluki Burung Merak dan beberapa aktivis ditangkap saat melakukan demonstrasi pembredelan Majalah Tempo oleh Orde Baru