TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog klinis anak dan keluarga Anna Surti Ariani mengimbau orang tua mengatur napas sebagai langkah untuk mengurangi rasa panik saat anak didiagnosa penyakit serius.
“Kalau misalnya kita bisa menenangkan diri maka sesungguhnya kita bisa mentransfer energi positif itu ke anak. Jadi, langkah termudahnya adalah dengan mengendalikan napas,” ujar psikolog yang biasa dipanggil Nina itu.
Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Wilayah DKI Jakarta itu juga menjelaskan umumnya saat panik maka orang akan bernapas lebih dari 25 kali dalam satu menit. Bahkan, saat merasakan serangan panik orang bisa bernapas lebih dari 40 kali dalam satu menit. Karena itu, Nina pun menganjurkan orang tua bisa mengatur napas, terlebih saat anak sedang sakit.
“Dengan melambatkan napas, menyadari napas kita, itu bisa mengurangi derajat kepanikan, bisa dibilang lebih dari setengahnya. Jadi, tarik napas mendalam, lepaskan dengan tenang,” sarannya.
Bikin perasaan lega
Jika masih terasa mengganjal di dalam hati, Nina menyarankan orang tua melakukan hal yang ingin dilakukan agar merasa lega, misalnya ingin berteriak atau melempar barang. Nina juga mengingatkan jika ingin melampiaskan emosi dengan cara seperti itu, sebaiknya cari tempat dan barang yang aman saat melakukannya. Misal menangis di kamar mandi dalam keadaan keran menyala atau melempar bantal untuk melepaskan perasaan tidak nyaman tersebut.
Selain melakukan hal-hal tersebut, cara lain untuk menenangkan diri ketika sedang panik adalah menggambar. Dengan menuangkan perasaan maka kegiatan menggambar juga bisa membuat hati jadi lebih tenang.
“Satu lagi sebenarnya langkah yang bisa menenangkan adalah dengan menggambar. Gambar saja apapun. Kemungkinan gambar pertamanya acak-acakan. Tapi, ketika sudah mulai tenang, mulai rapi gambarnya,” jelasnya.
Saat menggambar, orang tua juga bisa mengajak anak sehingga selain meredakan serangan panik juga bisa membangun hubungan dengan anak. Meski demikian, apabila terlalu sering mengalami panik, Nina menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan tenaga ahli seperti psikolog atau psikiater sebab itu bisa saja terjadi akibat kondisi medis tertentu.
Pilihan Editor: Tips Menolong Korban Tenggelam, Jangan Panik