TEMPO.CO, Jakarta - Pakar kesehatan masyarakat Widya Fadila membagi tips untuk orang tua dalam memilih makanan kemasan yang mengandung nutrisi untuk anak. Dia juga menyarankan melihat kesamaan produk dengan keterangan dari produsen melalui pemindaian kode batang pada kemasan.
“Kita semua pasti tahu kalau kemasannya sudah rusak, bolong, bocor, kemudian berkarat, itu kita enggak mungkin menutup mata sebagai konsumen. Jadi, syarat utamanya adalah aman,” ucap ahli gizi dari Universitas Indonesia itu.
Widya juga meminta konsumen memastikan tanggal kedaluwarsa yang tertera pada kemasan. Selanjutnya, hindari makanan kemasan dengan sejumlah bahan tambahan seperti bahan pengawet, perisa, penguat rasa, dan pewarna, terlebih jika dikonsumsi setiap hari.
“Jangan setiap hari ketemu makanan kemasan, apalagi kalau makanan kemasannya ada semua unsur pengawet, ada perisanya, ada penguat rasa, ada pewarna. Kalau bisa pilih ada perisa tapi enggak ada pewarna tambahan, enggak ada pengawet karena frozen atau vakum, jadi pilih salah satu,” sarannya.
Widya mengatakan konsumsi makanan kemasan dengan berbagai bahan tambahan tidak bijak, apalagi jika terlalu banyak dalam sehari. Untuk anak-anak lebih baik tetap memilih makanan olahan alami rumahan dan makan makanan kemasan hanya waktu ngemil atau satu sesi makan saja. Anak yang suka makanan kemasan secara berlebihan pada usia dini akan mengganggu toleransi rasa anak pada makanan alami dan membuatnya sulit makan di kemudian hari serta kecanduan makanan kemasan.
“Semakin dini anak mengenal makanan kemasan semakin rendah toleransi terhadap rasa. Kalau dari kecil kenal minuman perasa, toleransi rasa manisnya akan naik. Jadi, kalau dikasih minuman rasa buah asli maunya ditambah gula, harus ditambah susu. Itu berarti sebenarnya dia tidak mengenali rasa buah asli,” pesan Widya.
Standar BPOM
Selain itu, ia juga mengatakan perlu memilih makanan kemasan yang rendah gula dan garam. Produsen yang sudah memenuhi standar klaim rendah gula dan garam biasanya juga memenuhi regulasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sehingga terjamin keamanannya.
Namun, ia menekankan konsumen juga harus tetap memperhatikan takaran sajinya agar tetap bisa mendapatkan manfaat produk yang rendah gula dan garam bagi tubuh, terlebih untuk dikonsumsi anak-anak. Lebih bijak jika makanan kemasan dengan porsi atau takaran saji dewasa diberikan setengah porsi untuk anak.
“Karena itu efeknya ke jumlah gizinya dan jumlah nutrisinya. Untuk melihat komposisi lain, misalnya ingin tinggi protein, cari makanan yang bukan cuma perasa tapi memberikan nutrisi yang sesuai,” imbaunya.
Dia juga mengingatkan orang tua atau konsumen yang ingin membeli makanan kemasan untuk melihat jenis alergi pada produk di bagian komposisi. Dalam proses produksi biasanya mesin pengolah makanan bersinggungan dengan pemicu alergi seperti cokelat, kacang, atau keju. Orang tua perlu melihat risiko alergen tersebut dan menghindari anak mengonsumsi makanan yang memicu alergi.
Pilihan Editor: Cara Ajarkan Anak Baca Label Makanan Kemasan