TEMPO.CO, Jakarta - Serangan panik (panic attack) ditandai rasa takut atau gelisah yang berlebihan. Panik secara mendadak, terkadang tanpa sebab yang jelas.
Mengutip Healthline, perasaan ini biasanya memuncak awal sekitar 10 menit. Setelah itu hilang secara cepat. Panic attack menyebabkan emosi yang intens, karena berbagai kecemasan. Gangguan ini juga menyebabkan gejala fisik, termasuk jantung berdebar dan sesak napas.
Penyebab serangan panik
1. Disfungsi amigdala
Merujuk Cleveland Clinic, otak dan sistem saraf mempengaruhi respons orang memandang dan mengatasi rasa takut atau kecemasan. Para ahli berpikir, disfungsi amigdala, bagian otak yang memproses rasa takut dan emosi lainnya mempengaruhi munculnya serangan panik. Faktor genetika juga mempengaruhi, tapi tak selalu mutlak.
2. Pengalaman trauma
Risiko panik juga meningkat jika memiliki kondisi kesehatan mental yang kurang baik seperti depresi. Pengalaman pada masa kanak-kanak yang menyebabkan trauma meningkatkan risiko mengalami serangan panik. Pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan atau ACEs, peristiwa traumatis yang mempengaruhi perkembangan serangan panik.
3. Faktor psikologis
Faktor psikologis dipengaruhi stres, depresi, gangguan obsesif kompulsif (OCD), atau gangguan stres pascatrauma (PTSD). Orang mungkin mengalami serangan panik sebagai akibat langsung dari paparan objek atau situasi fobia
4. Obat-obatan atau farmakologis
Penyebab farmakologis berkaitan dengan penggunaan atau konsumsi obat-obatan tertentu. Bisa juga, karena dipengaruhi efek samping obat, asupan kafein yang berlebihan
5. Lingkungan
Perubahan kondisi hidup seperti kehilangan pekerjaan, berkabung, atau putusnya hubungan dengan pasangan romantis juga mempengaruhi munculnya serangan panik. Walaupun tidak mendadak, namun jika suasana hati tak terkelola secara tepat rentan mempengaruhi kondisi yang berakibat serangan panik.
Reaksi panik tergolong gejala normal. Tapi, perlu diwaspadai jika munculnya sering dan berulang tak terduga tanpa diketahui alasannya secara jelas.
Pilihan Editor: Fobia Kegagalan, Apa Itu Atychiphobia?