Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Mantoux, Tes Kulit Untuk Mengetahui Infeksi Penyakit TBC

image-gnews
Ilustrasi obat Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Ilustrasi obat Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tuberkulosis atau TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri. Terdapat dua fase dalam penyakit ini, yakni fase TBC laten dan fase TBC aktif. Apa perbedaannya? Sebenarnya kedua fase tersebut dapat diobati dengan obat-obatan.

Saat bakteri TBC pertama kali masuk ke tubuh seseorang, mereka akan menyebabkan infeksi TBC laten. Dalam fase TBC laten, bakteri TBC akan tertidur di dalam tubuh manusia dalam waktu yang sangat lama bahkan hingga bertahun-tahun.

Pada fase ini, seseorang tidak akan terlihat atau merasa sakit dan hasil rontgen dadanya pun terlihat tidak ada masalah. Meskipun pada fase TBC laten ini, seseorang tidak dapat menularkan bakteri TBC kepada orang lain, jika tidak melakukan pengobatan, infeksi TBC laten akan dapat menjadi TBC aktif dan seseorang mungkin tertular karenanya.

Umumnya fase TBC laten diobati dengan mengkonsumsi obat selama 9 bulan. Seperti dilansir dari laman Healthstate, seseorang dapat terkena infeksi TBC laten jika mereka pernah menghabiskan waktu bersama atau dekat dengan seseorang yang terinfeksi TBC aktif. Umumnya, jika bakteri TBC aktif telah berada di paru-paru, ia akan mudah menular kepada orang lain melalui batuk, bersin, berbicara, bahkan bernyanyi.

Sementara itu, jika bakteri TBC sudah memasuki fase kedua yakni TBC aktif maka bakteri aktif ini akan menyebar dan merusak jaringan tubuh penderita. Seseorang biasanya akan mulai merasakan sakit. Untuk menemukan dimana bakteri TBC membahayakan tubuh seseorang, ia harus menjalani serangkaian tes yang dianjurkan oleh dokter. Umumnya penyakit TBC aktif dapat diobati dengan meminum 3 sampai 4 obat selama minimal 6 bulan.

Lalu, bagaimana seseorang tahu jika dia memiliki infeksi TBC laten?

Jika infeksi TBC laten cenderung sulit dilihat melalui rontgen dada yang dilakukan, lantas bagaimana mengetahui bahwa bakteri TBC telah tertidur didalam tubuh kita? Untuk mengetahuinya, seseorang bisa melakukan tes yang disebut dengan mantoux. Mantoux atau yang sering disebut sebagai tes pirquet atau tes sensitivitas tuberkulin merupakan tes kulit yang digunakan untuk mendiagnosis tuberkulosis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dilansir dari laman Yashodahospitals, interpretasi tes ini didasarkan pada penentuan ada atau tidaknya jumlah pembengkakan lokal yang terjadi. Hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah seseorang telah membentuk respon imun terhadap bakteri penyebab TBC.

Ketika melakukan tes mantoux, dokter atau tenaga kesehatan akan menggunakan jarum kecil untuk menyuntikkan beberapa cairan pengujian yang disebut tuberkulin di bawah kulit lengan pasien. Unit tuberkulin yang disuntikkan ini merupakan turunan dari protein murni (PPD).

Selanjutnya, akan muncul benjolan merah kecil yang keras dalam kurun waktu 48 hingga 72 jam di tempat suntikan apabila pasien tersebut telah memiliki infeksi TBC laten. Oleh karena itu para tenaga kesehatan akan terus memeriksa lengan pasien tersebut dua atau tiga hari setelah melakukan tes mantoux, bahkan jika lengan sang pasien terlihat baik-baik saja pemeriksaan berlanjut tetap harus dilakukan.

Kemudian, dokter atau tenaga kesehatan pasien akan mengukur reaksi dari benjolan tersebut. Jika pasien tidak bereaksi terhadap tes mantoux, maka dia tidak terinfeksi TBC.

Tes mantoux adalah alat penting untuk membantu diagnosis TBC. Selain itu, tes ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi aktif lainnya. Biasanya dokter juga akan merekomendasikan tes darah lain untuk menentukan jenis infeksi TBC. Sebagai efek samping, seseorang mungkin akan mengalami demam setelah mengikuti tes mantoux.

Pilihan Editor: Kasus TBC Indonesia Nomor 2 di Dunia, Apa Kendala Pengentasan?

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Komisi IX Tegaskan Komitmen Indonesia Akhiri TBC

4 hari lalu

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena.
Komisi IX Tegaskan Komitmen Indonesia Akhiri TBC

Di Pertemuan Tingkat Tinggi PBB, Pimpinan Komisi IX DPR Tegaskan Kembali Komitmen Indonesia Akhiri TBC


4 Manfaat Daun Legundi, Bisa Obati Asma hingga Sakit Tenggorokan

8 hari lalu

Pondok Herbal Kenanga memiliki koleksi 200 tanaman herbal. Pondok Kenanga memperoleh bimbingan dari PT Medco E&P Indonesia-Rimau Asset. TEMPO/Parliza Hendramwan
4 Manfaat Daun Legundi, Bisa Obati Asma hingga Sakit Tenggorokan

Daun legundi mengandung minyak atsiri yang tersusun dari seskuiterpen, terpenoid, senyawa ester, vitrisin, dan glikosida flavonoid (persikogenin).


Sebab dan Gejala Pneumonia yang Dialami Vokalis Sum 41 Deryck Whibley

11 hari lalu

Vokalis Sum 41, Deryck Whibley. (Instagram/@sum41)
Sebab dan Gejala Pneumonia yang Dialami Vokalis Sum 41 Deryck Whibley

Vokalis Sum 41, Deryck Whibley dilarikan ke rumah sakit akibat pneumonia yang menyerangnya. Lantas, apa sebab dan gejalanya?


Jenis-jenis Kanker Darah dan Tes untuk Mendiagnosisnya

15 hari lalu

Sel Leukemia.engadget.com
Jenis-jenis Kanker Darah dan Tes untuk Mendiagnosisnya

Dengan mengenali gejala dan menjalani tes komprehensif, pengidap kanker darah dapat meningkatkan peluang mereka untuk melakukan intervensi dini.


Memprihatinkan, Kebanyakan Orang Tak Paham Gejala Leukemia

23 hari lalu

Sel Leukemia.engadget.com
Memprihatinkan, Kebanyakan Orang Tak Paham Gejala Leukemia

Sebuah poling pada 2.000 orang menemukan hanya delapan saja yang tahu gejala paling umum leukemia sehingga berisiko penyakit telat terdiagnosis.


Sri Mulyani Kehilangan Suara Karena ISPA, Jokowi Sebelumnya Batuk, Dampak Polusi Udara?

27 hari lalu

Sejumlah aktivis Koalisi IBUKOTA melaksanakan aksi damai di depan Balaikota DKI Jakarta, Rabu 16 Agustus 2023. Aksi menyikapi polusi udara yang melanda DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bandung dalam beberapa bulan terakhir menempatkan warga dalam keadaan bahaya. TEMPO/Subekti.
Sri Mulyani Kehilangan Suara Karena ISPA, Jokowi Sebelumnya Batuk, Dampak Polusi Udara?

Srimulyani hilang suara karena ISPA, sebelumnya Jokowi batuk diduga karena polusi udara Jakarta. Benarkah?


Seperti Apa Dampak Polusi Udara Jakarta pada Anak Sekolah, Ini Hasil Screening KPAI

30 hari lalu

Warga melihat pemandangan Kota Jakarta yang diselimuti polusi udara pada Selasa, 25 Juli 2023. Berdasarkan data IQAir pukul 16.29 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Seperti Apa Dampak Polusi Udara Jakarta pada Anak Sekolah, Ini Hasil Screening KPAI

KPAI membuat sampel screening kesehatan anak sekolah di lokasi dengan polusi udara tidak sehat. Telurkan empat rekomendasi berikut.


Ibunda Tora Sudiro Meninggal karena Sakit Pneumonia, Ini Gejala dan Penyebabnya

39 hari lalu

Tora Sudiro dan Ibunya. Instagram/Dyah Sudiro
Ibunda Tora Sudiro Meninggal karena Sakit Pneumonia, Ini Gejala dan Penyebabnya

Ibunda Tora Sudiro, meninggal karena pneumonia. Apa penyebab dan gejala dari penyakit yang menyerang pernapasan itu?


Batasi Aktivitas Luar Ruangan untuk Cegah Penyakit karena Polusi Udara

43 hari lalu

Ilustrasi polusi udara (Pixabay.com)
Batasi Aktivitas Luar Ruangan untuk Cegah Penyakit karena Polusi Udara

Spesialis paru mengimbau sebisa mungkin membatasi aktivitas di luar ruangan mengingat polusi udara yang masuk kategori tak sehat.


Waspada 4 Penyakit Ini Saat Polusi Udara Makin Parah

45 hari lalu

Warga melihat pemandangan Kota Jakarta yang diselimuti polusi udara pada Selasa, 25 Juli 2023. Berdasarkan data IQAir pukul 16.29 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Waspada 4 Penyakit Ini Saat Polusi Udara Makin Parah

Polusi udara buruk dapat memicu berbagai penyakit seperti pneumonia, asma, TBC dan kanker paru-paru. Begini penjelasannya.