TEMPO.CO, Jakarta - Kematian influencer vegetarian asal Rusia, Zhanna Samsonova, di Malaysia saat menjalani tur Asia diduga akibat kelaparan. Peristiwa itu mengingatkan orang menjalani pola hidup vegan sebagai bentuk diet ternyata bisa berujung petaka. Dokter estetika yang juga penulis buku Brain, Beauty and Behavior, Siti Medissa mengatakan hal pokok yang harus dipahami diet bukan berarti tidak makan secara berimbang.
"Ini penting, jadi tubuh tidak bisa hanya diberi salah satu nutrisi saja dan mengabaikan nutrisi lain," kata Dissa.
Ia menjelaskan berdasarkan informasi, Samsanova meninggal dunia akibat kelaparan imbas pilihannya hanya mengonsumsi buah-buahan eksotis. Korban bahkan dilaporkan tidak minum cukup air sehingga mengakibatkan tubuhnya kekurangan berbagai nutrisi.
"Itu kesalahan mendasar yang harus diakui. Di masyarakat kita juga masih banyak yang seperti itu cara pandangnya. Dipikir hanya mengonsumsi buah tulang bisa kuat, kulit glowing, dan lain sebagainya. Padahal tidak, karena sejatinya tubuh juga membutuhkan karbohidrat dan lemak," jelasnya.
Dokter lulusan Klentze Institute di Complutense Universitas Madrid itu mengatakan masyarakat diminta tak ragu berkonsultasi dengan ahli ketika hendak menjalani pola hidup vegan.
"Vegan merupakan bagian dari diet, salah satu pilihan bagaimana mendapatkan kecantikan. Demikian pula dengan perawatan diri, sah-sah saja dilakukan secara mandiri. Tapi untuk keamanan sebaiknya dikonsultasikan ke ahli," ujar Dissa.
Brain, Beauty and Behavior
Dalam keterangannya, Dissa juga mengatakan salah satu alasannya bersama Dr. Mochamad Syaifudin menulis buku Brain, Beauty and Behavior adalah sebagai edukasi ke masyarakat. Mereka ingin masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup bagaimana sebaiknya kecantikan dikejar dan dipandang.
"Agar kejadian seperti yang dialami Samsanova jangan sampai terjadi di masyarakat. Mendapatkan kecantikan tidak cukup hanya lewat diet, tidak cukup hanya memperbaiki tampilan fisik semata," terang Dissa.
Hindari body shaming
Sementara Syaifudin mengatakan selain alasan edukasi, buku tersebut juga dimaksudkan agar berbagai bentuk pelanggaran yang menciptakan ketersinggungan akibat penilaian kecantikan yang banyak terjadi di bisa ditekan. Ia mencontohkan kasus body shaming yang seharusnya bisa dicegah apabila masyarakat menyadari kecantikan tidak cukup dipandang dari aspek fisik saja.
"Si A itu cantik, tapi bodinya besar dan dia jadi korban perundungan yang menjadikannya semakin tidak percaya diri. Apa yang kemudian terjadi? Ketidakpercayaan diri mengakibatkan seorang wanita gagal menampilkan kecantikan yang dimilikinya," katanya.
Oleh karena itu di dalam buku Brain, Beauty and Behavior juga memuat ragam tips melatih sikap penerimaan diri terhadap apapun kodrat lahiriah wanita sehingga bisa menciptakan rasa percaya diri yang baik.
Pilihan Editor: Mengenal Diet Raw Vegan