Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Polusi Udara, Mayoritas Warga Jakarta Ternyata Masih Abai Proteksi Diri

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Peneliti Utama Health Collaborative Center Ray Wagiu Basrowi/Ray
Peneliti Utama Health Collaborative Center Ray Wagiu Basrowi/Ray
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Isu polusi udara sedang menjadi perhatian utama masyarakat akhir-akhir ini. Berbagai media memberitakan soal polusi udara yang bisa mengakibatkan buruknya kesehatan. Netizen di sosial media pun semakin sering membagikan bagaimana udara Jakarta yang terlihat di langit dari pesawat udara. Berbagai indikasi polusi udara dan himbauan itu ternyata belum membuat warga Jakarta mengubah kebiasaan untuk mengutamakan proteksi diri.   

Penelitian yang dilakukan Health Collaborative Center (HCC) pada 1843 warga Jakarta menunjukkan indeks health belief atau pemaknaan warga Jakarta terhadap isu polusi udara dan potensi perilaku melindungi diri ternyata masih rendah. Peneliti Utama HCC Ray Wagiu Basrowi mengatakan penelitian dengan pengukuranself-care behaviour warga Jakarta sejak awal Agustus 2023 menunjukkan bahwa warga Jakarta sangat tahu ada polusi udara di Jakarta tetapi mereka tidak bisa melihat, tidak merasakan dampak buruk dan belum melihat bukti nyata bahwa polusi udara itu benar-benar terjadi di Jakarta dan telah menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan warga.

"Mereka sudah melihat dan mendengar dari berita soal polusi udara di Jakarta, namun mereka masih enggan pakai masker atau lakukan perlindungan diri," kata Ray pada 24 Agustus 2023. 

Ray, dalam pemaparannya, Kamis 24 Agustus 2023 mengatakan secara konsep pemaknaan kesehatan, pola pikir dan kebiasaan yang masih tertanam bagi warga Jakarta ini sangat tidak menguntungkan dalam kebijakan kesehatan. Alasannya polusi udara di Jakarta itu benar dan sudah keadaan genting. "Dampak kesehatannya pasti ada, baik jangka pendek maupun jangka panjang, tapi sayangnya secara konsep pemaknaan atau health belief model, warga Jakarta belum memaknai ini sebagai bahaya sehingga belum secara mandiri ingin melindungi diri,” ungkap Ray yang merupakan chief-editor di The Indonesian Journal of Community and Occupational Medicine (IJCOM) ini.

Analisis lanjutan dari penelitian HCC ini menemukan bahwa sebagian besar warga Jakarta, atau sebanyak 65 persen warga Jakarta, bahkan berpotensi untuk tidak berniat melindungi diri dari polusi udara, dan potensinya itu besarannya hingga 10 kali lipat. "Hal ini disebabkan belum ada pemaknaan mendasar bahwa polusi udara itu seperti apa wujudnya di Jakarta dan seserius apa dampaknya bagi kesehatan dan kualitas hidup warga," kata Ray.

Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa 1 dari 2 warga Jakarta mengetahui isu atau berita ada polusi udara dari media, namun sebanyak 32 persen warga Jakarta tidak memahami dengan jelas informasi polusi udara (terutama dari media). Dampaknya adalah 29 persen dari warga Jakarta itu tidak bisa melihat bukti nyata ada polusi udara yang parah terjadi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi serta kota besar di Indonesia. 

Ray menilai bahwa penting sekali agar publik lebih paham soal dampak polisi terhadap kesehatan masing-masing. “Hal ini menjadi aspek potensi intervensi dalam mengoptimalkan pemahaman tentang dampak polusi dan terutama mengerti bahwa paparan gas beracun dan partikel halus dari polusi udara bisa sangat mudah terjadi dan memberi efek negatif baik jangka pendek maupun jangka panjang," kata pemilik akun Instagram @ray.w.basrowi ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia berharap informasi soal perlindungan diri yang perlu dimiliki masyaraka tidak hanya disampaikan melalui media. "Tetapi juga komunikasi berbasis komunitas," lanjutnya.

Penelitian Health Belief Model yang dilakukan peneliti dr Ray bersama Peneliti Pendamping Yoli Farradika MEpid ini dilakukan dengan model cross-sectional dan menggunakan instrument self-care behaviour kuesioner secara online yang tervalidasi, memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error 2,28. Ray mengklaim pola penelitian itu bisa mewakili kondisi pemaknaan dan potensi perilaku yang sebenarnya dari warga Jakarta.

Tim peneliti HCC, kata Ray, merekomendasikan dari hasil penelitian ini agar dilakukan revisit model edukasi dan penyebaran informasi ke masyarakat. "Pastikan bahwa pesan ‘ada polusi udara di Jakarta’ dengan Bahasa kongkrit dan terus menerus," katanya. 

Perlindungan terhadap warga harus makin intensif dan masif, karena warga yang tidak punya pemahaman penuh tentang polusi udara di Jakarta akan terus beraktivitas seperti biasa. "Untuk warga Jakarta yang tetap harus bekerja, mitigasi di lingkungan kerja serta perlidungan pekerja yang perlu akses transportasi akan meningkatkan potensi paparan polutan," katanya. 

Ray menekankan bahwa perlindungan pekerja harus segera dan mendesak dan pemerintah perlu melanjutkan strategi menurunkan kadar polusi udara Jakarta. "Bbaik dari emisi kendaraan bermotor maupun aktivitas industri," katanya.

Pilihan Editor: Pesan Viral Polusi Udara Jakarta Mengandung Amuba, Ini Kata Dinas Lingkungan Hidup dan Kesehatan

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apa Itu Gangguan Makan ARFID?

10 jam lalu

Ilustrasi keluarga makan bersama di meja makan. Foto: Freepik.com
Apa Itu Gangguan Makan ARFID?

ARFID adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pembatasan asupan makanan karena gangguan makan.


Walhi Sebut Data Kualitas Udara Alat Ukur Swasta Lebih Unggul daripada Pemerintah

12 jam lalu

Gedung bertingkat terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Sabtu, 2 September 2023. Dikutip dari laman resmi IQAir per 2 September 2023 pukul 13.00 WIB, kualitas udara Jakarta berada di angka 154 yang menunjukkan ketegori tidak sehat. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Walhi Sebut Data Kualitas Udara Alat Ukur Swasta Lebih Unggul daripada Pemerintah

Walhi menilai masyarakat lebih percaya pada alat ukur pihak swasta dibandingkan pemerintah perihal kualitas udara.


EEA Kembali Ingatkan Ancaman Serius BPA Bagi Kesehatan

1 hari lalu

EEA Kembali Ingatkan Ancaman Serius BPA Bagi Kesehatan

EEA mengeluarkan peringatan dalam laporan mereka, bahwa tingkat BPA yang ditemukan saat ini sudah 'jauh di atas batas aman' bagi kesehatan.


Walhi Menilai Dinas LH DKI Berupaya Monopoli Informasi Polusi Udara

1 hari lalu

Sebuah lampu merah terlihat diselimuti kabut dan asap polusi di Jakarta, 27 Juli 2018. REUTERS/Beawiharta
Walhi Menilai Dinas LH DKI Berupaya Monopoli Informasi Polusi Udara

Walhi mengkritik Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta soal keinginan menertibkan alat ukur polusi udara yang disediakan oleh swasta tak berizin.


Polusi Udara di Jakarta, Dinas LH Ukur Emisi dari Cerobong Pabrik Minyak Goreng Kedua

1 hari lalu

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan Tim Satgas  melakukan operasi pengawasan dan pengukuran emisi langsung terhadap cerobong pabrik perusahaan pengolahan sawit yang ada di Jakarta Timur, Kamis 21 September 2023. DOK DLH DKI
Polusi Udara di Jakarta, Dinas LH Ukur Emisi dari Cerobong Pabrik Minyak Goreng Kedua

Hampir semua perusahaan yang telah diberikan sanksi karena sebabkan polusi udara di Jakarta adalah industri yang berhubungan dengan batu bara.


DLH DKI Mau Batasi Alat Ukur Kualitas Udara Swasta, Greenpeace: Pengalihan Isu Polusi

1 hari lalu

Gedung bertingkat terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Sabtu, 2 September 2023. Dikutip dari laman resmi IQAir per 2 September 2023 pukul 13.00 WIB, kualitas udara Jakarta berada di angka 154 yang menunjukkan ketegori tidak sehat. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
DLH DKI Mau Batasi Alat Ukur Kualitas Udara Swasta, Greenpeace: Pengalihan Isu Polusi

Dinas Lingkungan Hidup DKI mempersoalkan laporan indeks kualitas udara Jakarta dari pihak swasta yang belum memiliki izin


Mengapa Sering Mengeluh Dapat Membahayakan Kesehatan?

1 hari lalu

Ilustrasi pria di tempat kerja. lovebscott.com
Mengapa Sering Mengeluh Dapat Membahayakan Kesehatan?

Meskipun dapat menurunkan suasana hati dan kebahagiaan, mengeluh juga dapat berdampak besar pada fungsi otak dan tubuh.


Awal Mula Hadirnya Car Free Day yang Diperingati Setiap 22 September

1 hari lalu

Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day). Tempo/Tony Hartawan
Awal Mula Hadirnya Car Free Day yang Diperingati Setiap 22 September

Car Free Day dilakukan sebagai bentuk dorongan bagi pengendara mobil untuk tidak menggunakan mobil selama satu hari.


Selangkah Lagi Indonesia Menuju Cakupan Kesehatan Semesta

2 hari lalu

Selangkah Lagi Indonesia Menuju Cakupan Kesehatan Semesta

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dikenal sebagai program jaminan kesehatan dengan jumlah kepesertaan terbesar di dunia.


Planet Ban Ajak Masyarakat Merawat Motor untuk Menekan Polusi Udara

2 hari lalu

Pemeriksaan emisi gas buang pada sepeda motor di Planet Ban. (Planet Ban)
Planet Ban Ajak Masyarakat Merawat Motor untuk Menekan Polusi Udara

Planet Ban mengajak para pemilik kendaraan roda dua melakukan perawatan motor sebagai upaya menekan tingkat emisi gas buang.