TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kesehatan jiwa dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, Adhi Wibowo Nurhidayat, mengatakan diskusi dengan psikiater atau psikolog klinis untuk mendapat psikoterapi bisa menjadi cara mengatasi kecanduan judi.
"Bisa diberikan psikoterapi, jadi datang ke psikiater atau psikolog klinis. Diskusi tentang hal-hal yang bisa diupayakan agar tidak berjudi," ujarnya.
Psikiater yang menempuh pendidikan spesialis di Universitas Indonesia itu menuturkan psikiater bisa membantu mengubah pola pikir penjudi sehingga bisa berpikir lebih jernih dan mengambil keputusan dengan tepat serta berhenti judi. Selain itu, terapi lain yang bisa diupayakan yakni terapi pasangan dan keluarga mengingat mereka menjadi pihak-pihak terdampak.
Dia menuturkan pasangan pasien penjudi kadang-kadang terguncang. Dalam suatu kasus dia menemukan istri yang mengalami ketakutan luar biasa karena rumahnya hampir setiap hari didatangi penagih utang.
Dalam sesi terapi pasangan, pasangan pasien bisa diajak berdiskusi terkait cara agar pasangannya tidak terpengaruh atau berjudi lagi. Namun, Adhi mengakui tantangan ini besar sekali, salah satunya mengingat saat ini mudahnya orang berjudi, bahkan bermodalkan gawai dan internet.
"Semuanya bermuara pada individu itu, mau berubah atau tidak, memikirkan dampaknya pada keluarga," ujar Adhi.
Pada kasus tertentu, penjudi bisa datang berkonsultasi dengan masalah berat seperti halusinasi, paranoid, depresi berat sehingga psikiater akan memberikan obat sesuai gejala klinisnya seperti antidepresan, antipsikotik, atau lainnya.
Dampak negatif judi
Adhi mengatakan judi berdampak negatif tidak hanya pada pelaku tetapi juga pada anak dan cucu. Dampak ini bisa secara finansial. Studi menunjukkan satu dari lima penjudi mengalami masalah keuangan, jatuh miskin dan tidak punya uang sama sekali. Kemudian, penjudi juga mengalami masalah relasi, psikologis, yakni depresi, gangguan tidur, bunuh diri, lalu masalah fisik karena tidak peduli dengan kesehatan, tidak tidur, dan tidak makan teratur.
"Masalah kriminal juga sering bersamaan kebiasaan judi karena uang habis, mengambil milik orang lain, kemudian karir yang hancur," kata Adhi yang pernah menangani pasien penjudi yang kehilangan hingga Rp 5 miliar itu.
Dia lalu menyarankan memperkuat ketahanan mental, kemampuan menyaring hal-hal yang baik dan buruk, berteman dengan orang-orang yang membawa aura kebaikan, itu mempengaruhi mental sebagai upaya mencegah judi.
"Kemudian, menjauhi hal-hal buruk. Misalnya tidak perlu mengunduh game berbau judi, trading-trading yang ada unsur perjudiannya, dibutuhkan kebijakan kita dan kemampuan belajar," sarannya.
Judi, sama halnya dengan narkoba, memungkinkan orang mengalami kecanduan atau adiksi. Kecanduan merupakan penyakit pada organ otak dan sifatnya kronis atau menahun serta bisa kumat.
"Bagian otak bertanggung jawab pada fungsi tertentu, ada reward system, memori, movement untuk koordinasi dan pada adiksi itu sebagian terganggu," jelas Adhi.
Pada kasus penjudi, dia bisa bertobat tapi lantas berjudi lagi. Selain itu, ada pengurangan kemampuan menghambat keinginan berjudi dan disfungsi dalam pembuatan keputusan. Pada sejumlah kasus, penjudi sampai tidak tidur berhari-hari karena ingin sekali menang, lalu gelisah luar biasa apabila berhenti berjudi.
Pilihan Editor: Pilihan Terapi dan Pencegahan untuk yang Kecanduan Judi