TEMPO.CO, Jakarta - Data GLOBOCAN tahun 2020 menunjukkan kanker prostat merupakan penyebab kematian nomor enam tertinggi pada pria dengan insiden global sebesar 30,7 per 100.000 pria dan angka kematian 7,7 per 100.000 pria. Di Indonesia, kanker prostat menempati urutan ke-5 kasus kanker terbanyak pada pasien laki-laki dengan angka kejadian sebesar 11,6 kasus per 100.000 pria dan angka kematian sebesar 4,5 per 100.000 pria.
Ketua Kelompok Staf Medis Urologi RSCM, Irfan Wahyudi, menyarankan laki-laki menjalani pemeriksaan kanker prostat saat berusia 50 tahun atau lebih dini bila memiliki riwayat keluarga dengan kanker sejenis.
"Untuk prostat kita mulai siap-siap cek begitu memasuki dekade kelima, apalagi kalau ada riwayat keluarga yang terkena kanker prostat," katanya.
Ia meminta laki-laki tak menunggu gejala kanker prostat seperti berkemih tak selancar biasanya dan semakin parah atau gejala lain untuk memeriksakan diri ke dokter. Menurutnya, semakin dini penyebab masalah berkemih diketahui maka penanganan akan didapat pasien. Selain itu, apabila ternyata ditemukan kanker pada prostat maka bisa semakin cepat ditangani sehingga peluang sembuh lebih tinggi.
"Jangan tunggu keparahan gejala tapi peduli dengan keluhan seperti berkemih tidak selancar dulu dan sebagainya, dari awal sudah dikonsultasikan. Kalau dideteksi dini, ditangani dini, sembuhnya lebih dari 90 persen," tuturnya.
Dia berharap masyarakat Indonesia peduli terhadap kanker prostat sehingga segera melakukan pemeriksaan apabila mencurigai adanya gejala tertentu seperti kesulitan buang air kecil, adanya darah dalam urine, kekuatan menurun dalam pancaran urine, serta disfungsi ereksi.
Tes PSA
Pentingnya pemeriksaan dini kanker prostat pada pria berusia 50 tahun juga diungkapkan pakar urologi Prof dr Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U(K). Dia bahkan menyarankan pria yang berusia di atas 45 tahun sudah memeriksakan diri apabila memiliki riwayat keluarga terkena kanker prostat.
Agus mengatakan pemeriksaan utama dalam menegakkan kanker prostat adalah anamnesis perjalanan penyakit, pemeriksaan colok dubur, PSA serum, serta ultrasonografi transrektal atau transabdominal. Menurutnya, diagnosis pasti didapatkan dari hasil biopsi prostat atau spesimen operasi. Deteksi dini kanker prostat memungkinkan tatalaksana sedini mungkin sehingga dapat diobati sebelum menyebar dan ini dapat mengurangi kemungkinan kematian.
"Untuk PSA (prostat specific antigen) tidak perlu persiapan, tidak seperti pemeriksaan gula darah, harus puasa. Dengan kecepatan di RSCM hasil bisa didapatkan dalam tiga jam, sudah tahu nilai PSA-nya. Kita menyarankan PSA masuk dalam pemeriksaan kesehatan menyeluruh," paparnya.
Agus menambahkan, kanker prostat stadium awal hampir selalu tanpa gejala. Kecurigaan akan meningkat dengan adanya gejala lain seperti nyeri tulang, fraktur patologis, atau penekanan sumsum tulang. Untuk itu, dianjurkan pemeriksaan PSA atau tes darah untuk skrining kanker prostat pada usia 50 tahun sedangkan yang punya riwayat keluarga dianjurkan pemeriksaan lebih awal, yaitu 45 tahun.
Pilihan Editor: Kenali Masalah Buang Air Kecil yang Bisa Jadi Gejala Kanker Prostat