TEMPO.CO, Jakarta - Alzheimer biasanya dikaitkan dengan usia lanjut, padahal kondisi ini bisa dialami segala usia. Kondisi kelompok demensia ini diperkirakan akan mempengaruhi 12,7 juta orang pada 2050 tapi masih ada saja persepsi yang salah mengenai kondisi ini.
Agar tak salah kaprah, berikut mitos paling umum mengenai Alzheimer menurut para pakar dan faktanya, dilansir dari Fox News Digital.
Mitos 1: Kehilangan memori dan menderita Alzheimer adalah bagian dari penuaan.
"Saat menua, kita cenderung mengalami perubahan otak seperti memproses lebih lambat, kesulitan mengerjakan banyak hal, sulit memilih kata-kata, dan menurunnya kemampuan untuk mempelajari hal baru dengan cepat, juga perubahan daya ingat ringan seperti lupa nama orang dan menaruh barang," kata Lakelyn Hogan Eichenberger, gerontolog di Home Instead di Omaha, Nebraska.
Mitos 2: Alzheimer hanya dialami lansia.
Alzheimer bisa mempengaruhi usia 50an, 40an, bahkan 30an, jelas Eichenberger.
Mitos 3: Alzheimen sama dengan demensia.
Alzheimer adalah penyakit yang lebih spesifik dengan penyebab lebih luas dari demensia. "Ada banyak jenis demensia dan kondisi penyebabnya," ujar Monica Moreno dari Asosiasi Alzheimer di Chicago.
Mitos 4: Alzheimer itu keturunan.
Karena orang tua menderita Alzheimer bukan berarti anak-anaknya juga akan mengalaminya. "Banyak hal selain genetik yang berperan dalam berkembangnya penyakit ini. Faktor lingkungan dan gaya hidup juga berpengaruh," tutur Eichenberger.
Mitos 5: Penderita Alzheimer tak tahu apa yang terjadi di sekitarnya.
Menurut Eichenberger, penderita Alzheimer memang lebih mudah bingung dan mengalami disorientasi tapi bukan berarti tak tahu kejadian di sekitarnya.
Mitos 6: Alzheimer dapat dicegah.
Saat ini tak ada bukti kondisi ini bisa dicegah, ujar Moreno. "Tapi ada cara untuk mengurangi risiko penurunan kognitif, termasuk menjalankan gaya hidup sehat, seperti memilih makanan sehat, rutin berolahraga, tidaka merokok, menjaga tekanan darah yang sehat, kolesterol, berat badan, dan membuat otak tetap aktif," ujarnya.
Pilihan Editor: Demensia dan Penyakit Alzheimer, Apa Saja Bedanya?