TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom Rapunzel atau Rapunzel syndrome kondisi gangguan kesehatan mental yang dipengaruhi trikotilomania dan trikofagia. Dikutip dari WebMD, trikotilomania dorongan ingin terus mencabuti rambut. Adapun trikofagia dorongan kebiasaan menelan rambut. Rambut yang ditelan dapat membentuk bola besar di dalam perut.
Nama Rapunzel untuk sindrom ini diambil dari dongeng yang karakter utamanya memiliki rambut panjang. Rambut ini digunakan untuk memungkinkan pangeran naik ke menara tempat dia ditahan.
Penyebab dan Gejala
Penyebab sindrom rapunzel belum diketahui secara tepat. Dikutip dari Healthline, seperti umumnya gangguan kesehatan mental itu dipengaruhi ketakseimbangan emosional seperti kecemasan, depresi, dan stres. Orang dengan trikotilomania jika tak dicegah kebiasaannya rentan berisiko berlanjut menjadi trikofagia.
Sindrom Rapunzel berakibat masalah kesehatan. Rambut yang ditelan menjadi padat dalam saluran pencernaan yang disebut trichobezoar. Benda padat ini menyebabkan obstruksi usus, mual, muntah, sakit perut, dan penurunan berat badan. Menelan rambut bisa menghambat penyerapan nutrisi dari makanan yang menyebabkan kekurangan gizi.
Trichobezoar menyebabkan gangguan pencernaan serius, seperto peradangan usus dan pendarahan internal. Dalam kasus yang parah, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan organ dalam dan memerlukan operasi.
Diagnosis terhadap sindrom Rapunzel biasanya melalui diagnosis evaluasi medis, termasuk pemindaian pencernaan dan endoskopi. Pengobatannya pun pendekatan yang mencakup aspek medis, psikologis, dan perilaku. Terapi perilaku kognitif dan dukungan psikologis digunakan untuk membantu menghentikan kebiasaan trikotilomania.
Pilihan Editor: Perawatan yang Dianjurkan untuk Cegah Rambut Rontok dan Rusak