TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis mata dan salah seorang peneliti di Universitas Indonesia Dr. dr. Elvioza, SpM(K) mengatakan bahwa faricimab mengurangi risiko infeksi dan pendarahan saat perawatan degenerasi makula terkait usia (AMD) dan Diabetik Makular Edema (DME).
“Faricimab dapat disuntikkan dengan interval selama empat bulan sehingga suntikan diberikan lebih sedikit dibandingkan dengan obat anti-VEGF lainnya,” kata Elvioza di Jakarta, Kamis 2 November 2023.
Baca juga:
Penyakit degenerasi makula alias AMD adalah gangguan penglihatan akibat menurunnya fungsi makula pada mata. Makula adalah area yang sensitif terhadap cahaya dan bertanggung jawab untuk memastikan tajamnya penglihatan.
Penyakit degenerasi makula terdiri dari dua tipe, yakni AMD kering dan basah. Elvioza mengatakan kemungkinan penderita AMD basah menjadi buta mencapai 80 persen, sedangkan, kemungkinan penderita AMD kering menjadi buta hanya 10 persen dalam waktu sepuluh tahun.
Dia menjelaskan terdapat empat faktor risiko yang dapat menyebabkan AMD, yakni berusia lanjut atau di atas 75 tahun, merupakan keturunan atau memiliki saudara kandung dengan AMD, merokok, dan memiliki keturunan kaukasia. Oleh karena itu, kata Elvioza, orang berusia lanjut yang sewaktu muda suka merokok, kemungkinan besar menderita AMD.
“Merokok menjadi faktor risiko yang utama. Sebagian besar perokok terkena AMD, perokok yang jangka panjang,” kata Elvioza
“Jadi, perokok, genetik, dan usia adalah faktor risiko paling kuat untuk menderita AMD,” kata Elvioza.
Faricimab bisa menjadi salah satu inovasi yang dapat membantu pasien AMD untuk mengurangi risiko infeksi dan pendarahan saat perawatan.
Selain faricimab, ada obat anti-vascular endothelial growth factor (anti-VEGF) yang juga menjadi pilihan pengobatan degenarasi makula. Namun dengan obat anti-VEGF, pasien harus untuk menjalani penyuntikan di bagian mata setiap bulan. Sedangkan, faricimab penyuntikan di bagian mata itu hanya memerlukan penyuntikan sebanyak sekali dalam empat bulan.
Elvioza menjelaskan bahwa penyuntikan merupakan suatu tindakan pengobatan yang invasif karena memasukkan obat dari luar ke dalam bola mata.
Risiko dari tindakan tersebut, ucapnya melanjutkan, adalah kemungkinan terdapat kuman yang terbawa pada saat penyuntikan. Oleh karena itu, semakin panjang interval penyuntikan, maka risiko infeksi akan semakin kecil. “Pasti mengurangi efek samping itu, infeksi, termasuk juga pendarahan dan kebutaan. Itu efek samping,” kata Elvioza.
Dia menjelaskan bahwa faricimab merupakan antibodi spesifik yang dirancang untuk menghambat penyebab penyakit degenerasi makula terkait usia (AMD) dan Diabetik Makular Edema (DME), serta dapat mengurangi potensi terjadinya inflamasi atau pembengkakan.
Mengenai manfaat, kata Elvioza melanjutkan, dengan jumlah suntikan yang lebih sedikit dibandingkan obat anti-VEGF lainnya, faricimab memberikan manfaat yang sama. “Jadi, di situ keunggulannya. Hasil sama, jumlah suntikan sedikit, pasti efek sampingnya juga lebih sedikit,” kata dia.
Elvioza juga menjelaskan faricimab menghambat dua jalur penting penyebab AMD dan DME, yakni menghambat VEGF-A untuk mengurangi neovaskularisasi atau pembentukan pembuluh darah baru dan mengurangi kebocoran pembuluh darah, serta menghambat Ang-2 untuk mengurangi kebocoran pembuluh darah dan mengurangi peradangan.
“Penghambatan Ang-2 dan VEGF-A oleh faricimab menyebabkan stabilitas pembuluh darah yang berkelanjutan,” kata Elvioza.
Sebelumnya, terdapat sekitar 8 juta orang berusia di atas 50 tahun yang mengalami masalah gangguan penglihatan. Di antaranya, diperkirakan terdapat 700,000 pasien yang terdampak oleh
nAMD dan DME. Penyebab utama gangguan penglihatan adalah kelainan refraksi, sedangkan penyebab utama kebutaan adalah katarak. "Selain itu, faktor degeneratif dan penyakit kronis juga
merupakan risiko terjadinya penyakit mata lainnya seperti age-related macular degeneration (AMD) dan diabetic macular edema (DME).” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Eva Susanti.
“Dampak gangguan penglihatan terhadap kualitas hidup dan produktivitas individu tidak dapat dianggap enteng,” kata Eva.
Pilihan Editor: Merawat Kesehatan Mata tak hanya Asupan Nutrisi
ANTARA