TEMPO.CO, Jakarta - Stres merupakan bagian tak terelakkan dari kehidupan sehari-hari. Tetapi seberapa besar dampaknya pada kesehatan fisik masih menjadi perdebatan. Salah satu pertanyaan yang sering diajukan adalah apakah stres dapat menjadi pemicu rambut rontok?
Dikutip dari Mayo Clinic, stres yang berlebihan dapat memicu pelepasan hormon stres seperti kortisol yang dapat mempengaruhi berbagai fungsi tubuh, termasuk siklus pertumbuhan rambut. Dalam kondisi stres, tubuh dapat beralih ke fase istirahat dari siklus pertumbuhan rambut, yang menyebabkan rambut rontok lebih banyak dari biasanya.
Suatu kondisi yang dikenal sebagai Telogen Effluvium sering dikaitkan dengan stres. Ini adalah kondisi di mana lebih banyak rambut berada dalam fase istirahat (telogen) dan kemudian rontok bersamaan setelah periode stres. Meskipun rambut akan tumbuh kembali setelah beberapa waktu, kondisi ini dapat menyebabkan penipisan rambut yang terlihat signifikan.
Selain dampak fisiologis, stres juga dapat memberikan dampak psikologis. Dilansir dari Medical News Today, individu yang mengalami stres berat cenderung mengalami kebiasaan buruk, seperti merangkak rambut atau menggaruk kulit kepala yang dapat memperburuk kondisi rambut.
Mengelola stres menjadi kunci penting dalam mencegah kerontokan rambut yang disebabkan oleh faktor ini. Olahraga, meditasi, dan teknik relaksasi dapat membantu mengurangi tingkat stres dan menjaga kesehatan rambut.
Meskipun ada bukti yang menunjukkan keterkaitan antara stres dan rambut rontok, penting untuk dicatat bahwa setiap individu dapat merespons stres secara berbeda. Jika mengalami kerontokan rambut yang signifikan dan bersifat terus-menerus, konsultasikan dengan profesional medis untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Pilihan Editor: 5 Kiat Meredakan Stres Saat Terjebak Macet