TEMPO.CO, Jakarta - Kesepian dalam psikologi bukan berarti kesendirian. Kesepian keadaan mental, bukan keadaan fisik. Contohnya, saat sendirian misalnya, namun bisa tetap merasakan aktivitas yang menyenangkan, menandakan diri tak kesepian. Walaupun, memang tak ada orang lain yang menemani.
Sedangkan, orang yang kesepian -dalam arti mental- ia akan merasa kekosongan, walaupun ia bersama banyak teman-temannya. Kesepian boleh dibilang sebagai pengalaman yang subjektif, karena memang menyangkut mental seseorang,
Apa Itu Kesepian?
Dikutip dari Verywell Mind, attachment theory yang dikembangkan oleh psikolog John Bowlby memberikan landasan awal untuk memahami kesepian. Teori ini menekankan pentingnya ikatan emosional antara bayi dan pengasuhnya. Dalam konteks teori ini, attachment theory menghubungkan perilaku anak-anak dengan pola keterikatan yang tidak aman. Itu menyebabkan kesulitan dalam pengembangan keterampilan sosial.
Dikutip dari publikasi Loneliness: Clinical Import and Interventions, sosiolog Robert S. Weiss mengembangkan teori yang mengidentifikasi enam kebutuhan sosial yang jika tidak terpenuhi akan menyebabkan kesepian.
Kebutuhan tersebut melibatkan aspek-aspek seperti keterikatan, integrasi sosial, nurturance, reassurance of worth, sense of reliable alliance, dan panduan dalam situasi sulit. Pertemanan dianggap sebagai pelengkap, tapi tidak memenuhi rasa yang dibutuhkan untuk mencegah kesepian.
Kesepian berdampak signifikan terhadap kesehatan mental dan fisik. Individu yang merasa kesepian cenderung tinggi tingkat stresnya dan depresi. Kondisi ini yang rentan berlanjut mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yang buruk dan perubahan yang berisiko terhadap fungsi pembuluh darah dan jantung.
Pilihan Editor: 7 Tips Mengatasi Kesepian untuk Jaga Kesehatan Mental