Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keahlian Penting yang Perlu Dimiliki Manusia Saat Kolaborasi dengan Kecerdasan Buatan

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Prof. Stella Christie dari Tsinghua University yang juga merupakan ahli psikologi kognitif kelas dunia berkesempatan menyampaikan pidato ilmiahnya menjelaskan tentang bagaimana para lulusan bersiap menghadapi era gempuran manusia versus kecerdasan buatan (AI)/Istimewa
Prof. Stella Christie dari Tsinghua University yang juga merupakan ahli psikologi kognitif kelas dunia berkesempatan menyampaikan pidato ilmiahnya menjelaskan tentang bagaimana para lulusan bersiap menghadapi era gempuran manusia versus kecerdasan buatan (AI)/Istimewa
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Terciptanya hubungan kemitraan manusia dengan mesin kecerdasan buatan (AI) seakan menjadi penanda yang membuka babak baru perkembangan zaman. Bahkan, kemitraan ini dipercaya mampu membawa manusia untuk melampaui kemampuannya saat ini. 

Presiden Komisaris PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pembina Yayasan Prasetiya Mulya, Edwin Soeryadjaya, menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi di sekitar kita, seperti revolusi di bidang science, technology, engineering, dan mathematics atau STEM yang melahirkan sumber energi baru dan terbarukan, seperti genome editing technologies, Artificial Intelligence (AI), Quantum Computing dan Blockchain merupakan suatu tanda bahwa dunia terus bergerak maju dengan cepat. “Meskipun reaksi terhadap teknologi tersebut bisa beragam, kita harus melihatnya sebagai peluang yang tak ternilai," kata Edwin dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 10 Desember 2023. 

Edwin berharap dengan menggabungkan kreativitas dan inovasi, Universitas Prasetiya Mulya kembali menjadi garda depan pembaruan pemikiran di Indonesia. "Jika kita terbuka dan siap menerima perubahan ini, maka akan ada ruang bagi kemajuan pribadi dan kolektif. Inilah perubahan yang datangnya dari sumber internal, dari diri kita sendiri,” kata Edwin Soeryadjaya.

Sebelumnya, Universitas Prasetiya Mulya mengajak para lulusannya untuk memasuki babak baru era kolaborasi manusia dengan mesin kecerdasan buatan (AI) dan memanfaatkannya sebagai mitra dalam meraih masa depan gemilang, melalui acara wisuda bertema “Into the Age of Human-Machine Companionship” yang digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD.

Kepala Bagian Umum Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III Noviyanto turut menyampaikan pidato sambutannya. Indonesia telah menetapkan tujuan jangka panjang pada tahun 2045 yaitu menjadi Indonesia emas saat usia negara ini menginjak usia 100 tahun. “Dalam upaya meraih tujuan tersebut, para lulusan harus memiliki keunggulan komparatif agar mampu bersaing di kancah nasional dan internasional. Kemampuan harus dikembangkan tidak hanya dalam bidang akademis namun juga pengembangan kemampuan sosial dan soft skills. Mari kita terus tingkatkan kualitas diri, untuk menghadapi tantangan dan peluang dimasa yang akan datang karena rekan sekalian adalah generasi yang dapat menentukan masa depan bangsa dengan cara yang kreatif dan inovatif,” ungkap Noviyanto

Tsinghua University Stella Christie yang juga merupakan ahli psikologi kognitif kelas dunia berkesempatan menyampaikan pidato ilmiahnya menjelaskan bahwa di era gempuran manusia versus kecerdasan buatan (AI) dengan revolusi yang dihadirkan, ketakutan adalah hal yang perlu kita rasakan, ketakutan disini bukan berarti hal yang tidak baik, justru ketakutan ini menyadarkan akan ada persaingan. “Ketakutan itu harus disertai kesadaran, bahwa walaupun sangat membantu ternyata kecerdasan buatan (AI) tidak sepintar yang kita pikirkan. Oleh karena itu, kita harus memiliki pedoman yang dapat membuat kita bersaing sukses melalui kemampuan yang tidak dimiliki oleh AI, jika kita hanya memiliki kemampuan yang dimiliki AI maka kita akan tertinggal dan tak dapat bersaing kedepannya," katanya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Stella mengatakan kemampuan yang harus dimiliki tersebut yang pertama adalah human focus skill dimana inilah letak esensi kita sebagai manusia, karena secanggih-canggihnya nya AI, mereka tetap harus dioperasikan oleh manusia. Yang kedua adalah system thinking karena AI tidak dapat berfikir secara sistematis dan hanya didasari oleh data, sedangkan manusia bisa berfikir secara sistematis. “Hari ini saya berharap anda tetap harus memiliki dan mengingat kedua pedoman ini agar bisa sukses bersaing di era kecerdasan buatan (AI),” kata Stella.

Pada wisuda tahun ini, Universitas Prasetiya Mulya dengan bangga melepas 1.281 lulusan terbaiknya yang berasal dari beberapa program studi seperti School of STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics), School of Law and International Studies, dan School of Business and Economics. Masih sama dengan tahun sebelumnya, selain predikat Cum Laude, Prasetiya Mulya juga memiliki penghargaan bagi para wisudawan dengan kategori Best Academic in Program, Best of the Best Achievement, Best Academic Achievement in undergraduate program, Best of LEAMICA, Best Contributor in Community Development, STEM Graduate Award, dan Best Women in STEM Graduate. Penghargaan-penghargaan dari berbagai perusahaan pun diperoleh oleh mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya yang menunjukkan kompetensi mereka seperti yang diberikan oleh Dexa, Pharos, MSIG, Medco dan CAR. Selain itu, berbagai prestasi pun berhasil diraih oleh mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya sepanjang tahun 2023, antara lain memenangkan 42 kompetisi nasional dan 8 kompetisi internasional. 

Woman in STEM Best Graduate 2023 Clarissa Christie Harimas, yang juga menerima penghargaan Pharos Award menyampaikan kesannya di dunia kampus. Ia bersyukur dapat menghabiskan waktu bersama teman dan dosen yang suportif. "Berbagai peluang untuk pengembangan diri tersedia di Universitas Prasetiya Mulya selama masa perkuliahan, maka saya sangat bersyukur dapat memanfaatkan hal tersebut dengan baik sehingga pada akhirnya bisa mendapatkan hasil yang maksimal,” kata Clarissa.

Rektor Universitas Prasetiya Mulya Djisman S. Simandjuntak dalam pidato penutupannya menyampaikan bahwa sejatinya menjadi manusia adalah pelajaran abadi. Di era AI kita harus mampu bersaing karena kita adalah manusia yang tangguh sejak ratusan tahun lalu dengan otak yang memiliki kemampuan luar biasa. “Oleh karena itu, jadilah duta-duta perubahan gaya hidup, jadilah duta-duta pembebasan diri dari belenggu naluri infernal,” kata Djisman S. Simandjuntak.

Pilihan Editor: AI Dimanfaatkan 198 Startup Indonesia, Wamenkominfo: Gambaran Potensi ke Depan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apple Singkirkan 3 Aplikasi AI yang Bisa Bikin Foto Telanjang dari App Store

24 menit lalu

Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
Apple Singkirkan 3 Aplikasi AI yang Bisa Bikin Foto Telanjang dari App Store

Menurut keterangan Apple, tiga aplikasi AI itu melabeli dirinya sebagai generator seni. Sudah ada di App Store dua tahun.


5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

1 hari lalu

Ilustrasi belanja online / e-commerce. freepik.com
5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

Pakar Komunikasi Digital bagikan tips agar masyarakat tidak tertipu oleh konten rekayasa teknologi artificial intelligence (AI) saat belanja online


Kompetisi STEM Samsung Solve for Tomorrow Kembali Digelar, Kini Dibuka untuk Mahasiswa

1 hari lalu

Tim Qalam Malaq dari SMA 78 Jakarta, salah satu pemenang Samsung Solve for Tomorrow 2023 (Samsung)
Kompetisi STEM Samsung Solve for Tomorrow Kembali Digelar, Kini Dibuka untuk Mahasiswa

Tahun ini Samsung Solve for Tomorrow turut dibuka untuk kalangan mahasiswa (D3, D4 dan S1) guna menjangkau lebih banyak penerima manfaat.


OpenAI Memperluas Ekspansi dengan Membuka Kantor di Tokyo

1 hari lalu

Ilustrasi OpenAI. REUTERS/Dado Ruvic
OpenAI Memperluas Ekspansi dengan Membuka Kantor di Tokyo

OpenAI berekspansi ke Asia dengan membuka kantor baru di Tokyo, Jepang. Perusahaan ini merilis model GPT-4 yang dioptimalkan untuk Jepang.


Threads Menguji Fitur Mengarsipkan Unggahan Otomatis

1 hari lalu

Threads. shutetrstock.com
Threads Menguji Fitur Mengarsipkan Unggahan Otomatis

Threads menguji fitur baru yang memungkinkan pengguna mengarsipkan unggahan secara manual maupun otomatis ketika diatur dalam jangka waktu tertentu


Apple Kebut Pengembangan AI Model Bahasa Besar untuk Iphone

2 hari lalu

Gambaran artistik iPhone 16 dan tombol Capture. Gsmarena.com
Apple Kebut Pengembangan AI Model Bahasa Besar untuk Iphone

Apple dikabarkan sedang mengembangkan sistem AI dengan model bahasa besar (LLM) untuk mengaktifkan fitur Device Generative AI di perangkatnya.


Qualcomm Meluncurkan Snapdragon X Plus

2 hari lalu

Ilustrasi Qualcomm Snapdragon X Elite. (Qualcomm)
Qualcomm Meluncurkan Snapdragon X Plus

Qualcomm merilis chip terbaru mereka bernama Snapdragon X Plus untuk performa di laptop dengan dukungan kecanggihan AI


Wanita Korsel Ditipu Elon Musk Palsu Lewat Deepfake, Rugi Rp 811 Juta

3 hari lalu

Elon Musk berencana menghapus judul dari artikel berita yang dibagikan di X (X/Kylie Robison)
Wanita Korsel Ditipu Elon Musk Palsu Lewat Deepfake, Rugi Rp 811 Juta

Elon Musk palsu menipu seorang wanita di Korea Selatan dengan menggunakan aplikasi deepfake. Bagaimana modusnya?


Microsoft Rilis Phi-3 Mini, Model AI Kecil dengan Kemampuan Besar

4 hari lalu

Logo Microsoft terlihat di Los Angeles, California A.S. pada Selasa, 7 November 2017. (ANTARA/REUTERS/Lucy Nicholson/am.)
Microsoft Rilis Phi-3 Mini, Model AI Kecil dengan Kemampuan Besar

Microsoft luncurkan model bahasa AI kecil, Phi-3 Kemampuannya setara dengan teknologi pintar yang dilatih penuh.


Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

5 hari lalu

Ilustrasi Kecerdasan Buatan (Yandex)
Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

Pakar Unair mewanti-wanti regulator soal bahaya AI terhadap dunia kerja. AI bisa menyulitkan angkatan kerja baru, terutama yang memiliki skill rendah.