TEMPO.CO, Jakarta - Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah ancaman nyata, khususnya pada perempuan rendah diri, pendidikan rendah, dan tak berpenghasilan. Menguatkan mitigasi mandiri dengan memperbaiki kepercayaan diri dan deteksi dini terhadap pribadi calon pasangan adalah ikhtiar agar terhindar dari risiko kekerasan dalam rumah tangga.
“Tak ada yang bisa membuat Anda merasa rendah diri kecuali Anda sendiri mengizinkannya," ungkapan populer Eleanor Roosevelt, istri Presiden Frankin D. Roosevelt yang memerintah Amerika Serikat pada 1933-1949.
Bagaimana perlakuan orang terhadap Anda amat dipengaruhi sikap Anda sendiri. Perempuan yang diremehkan dan disepelekan mungkin efek dari sikap rendah diri. Istri yang mendapat perlakuan kasar dari suami bisa jadi karena dia mengizinkan untuk diperlakukan demikian, dalam arti ia terlalu mengalah dan tidak berusaha melakukan perlawanan.
Jodoh adalah cermin diri kita. Jika saat ini Anda merasa sikap dan perilaku pasangan kurang menyenangkan, coba sejenak bercermin, barangkali ada hal dalam diri kita yang perlu diperbaiki karena konsepnya orang baik akan berjodoh dengan yang baik pula.
Kemudian, demi menghindari dominasi salah satu pihak, sejak awal konsep kesetaraan harus diberlakukan dalam hidup berumah tangga. Jika tidak, akan ada pihak yang dominan dan berkuasa sementara yang lain merasa tertindas dan menderita. Agar tidak mudah dianiaya dalam rumah tangga kuatkan mitigasi mandiri dengan memiliki setidaknya beberapa hal berikut.
Berpenghasilan
Jangan hanya puas dengan menengadah nafkah dari suami. Seberapa berhartanya dia, upayakan untuk tetap bekerja atau berkarya dan memiliki pendapatan sendiri. Bekerja tidak semata atas alasan uang tapi juga menopang tegaknya harga diri dan mempersempit celah untuk diremehkan. Faktanya, banyak istri terpaksa bertahan dalam rumah tangga penuh kekerasan karena faktor ketergantungan ekonomi sehingga tidak mampu lepas dari suami meski sering disakiti.
Pribadi tangguh
Meski memiliki pasangan, jangan terlalu mengandalkan banyak hal padanya hingga terkesan amat lemah dan kurang berguna. Tetaplah menjadi pribadi tangguh yang banyak kebisaan, memiliki keterampilan sosial, dan terus memperluas wawasan sehingga mampu mengambil sikap dalam kondisi dan situasi tertentu.
Latihan bela diri
Miliki keahlian bela diri meski sekadar kemampuan dasar. Dalam kondisi terdesak setidaknya dapat melakukan pembelaan diri. Memiliki keterampilan bela diri juga mampu menaikkan kepercayaan diri dan orang lain akan berpikir beberapa kali untuk menyakiti.
Bersosialisasi dengan tetangga
Penting menjalin pergaulan baik dengan tetangga sekitar. Jika ada potensi terjadi KDRT di rumah, carilah dukungan dari lingkungan sekitar, minimal bercerita kepada orang terdekat agar mereka menaruh perhatian ketika sewaktu-waktu ada tanda-tanda ketidakberesan di rumah Anda.
Meloloskan diri
Bila benar-benar mengalami KDRT, lakukan perlawanan dan jangan hanya pasrah. Hindari ruang-ruang sempit seperti kamar mandi, gudang, atau tempat yang sekiranya membuat pelaku leluasa menyiksa dan Anda terpojok. Sedapat mungkin cepat lari keluar rumah agar pelaku segan melanjutkan aksinya dan Anda segera memperoleh pertolongan.
Sekali suami melakukan kekerasan, ada kecenderungan siklus kejahatan itu akan berulang. Tingkatkan kewaspadaan dan jangan gampang percaya bila dia seolah-olah telah berubah. Begitu kejadian keji terulang, pikirkan untuk mengevaluasi hubungan rumah tangga bermasalah itu.
Bercerai memang bukan hal yang baik tapi lebih buruk lagi mempertahankan rumah tangga penuh kekerasan karena anak-anak melewati proses tumbuh kembang di sana. Jangan menunggu hingga meregang nyawa baru terlambat menyadari bahwa dia sungguh tidak pantas untuk dipertahankan.
Pilihan Editor: Sebab Korban Kekerasan Butuh Waktu Lama untuk Melapor