TEMPO.CO, Jakarta - Calon Wakil Presiden nomor urut 3, Mahfud MD, menarik perhatian saat debat Cawapres 2024 di Gedung JCC, Senayan. Dalam penampilannya, Mahfud mengenakan pakaian adat khas Madura, baju Pesa'an.
Dengan warna merah-putih dan kalung hitam di dada, Mahfud memancarkan keanggunan dalam balutan budaya Madura. Pilihan Mahfud untuk mengenakan busana ini tidak hanya sekadar gaya, melainkan juga pesan simbolis tentang masalah yang dihadapi oleh rakyat Indonesia saat ini.
"Ini baju rakyat, ini baju dua lapis ada lapisan priyayi dan ada lapisan rakyat dan juga ini baju rakyat sehingga saya pake baju ini," kata Mahfud di Posko Teuku Umar 9, Jakarta Pusat, sebagaimana dikutip dari Antara.
Dengan menggambarkan baju rakyat dengan lapisan priyayi dan lapisan rakyat, Mahfud menekankan kesatuan dan keberagaman dalam menghadapi tantangan bersama. Penampilan gemilang Mahfud Md dalam pakaian adat Madura menjadi momen yang memperkaya nuansa debat Cawapres.
Asal Usul Pesa’an dan Ikat Kepala Odheng Santapan
Pakaian adat Madura, terutama Baju Pesa’an, memancarkan keunikan khas yang membedakannya dari tradisi di daerah lain. Dalam setiap serat kain dan coraknya, tersembunyi cerita dan makna mendalam yang mencerminkan identitas kuat masyarakat Madura.
Menurut salah satu artikel dari Jurnal Universitas Atma Jaya Yogyakarta, baju bagian atas bernama pesa’an yang dikenakan oleh kaum pria Madura pada awalnya menggunakan bahan kain Cina, namun seiring waktu beralih ke Lasteng tiu atau Tetoron. Desainnya sederhana, longgar, dan tanpa banyak aksesoris, memberikan kenyamanan saat dipakai sehari-hari.
Selain baju, ikat kepala yang disebut Odheng Santapan terbuat dari kain batik dengan motif telaga biru, Storjoan lidah api, atau bunga. Ukurannya disesuaikan dengan kepala pemakainya dan menjadi elemen penting dalam pakaian adat Madura. Selain sebagai pelengkap, odheng santapan juga memiliki makna khusus, seperti persegi tiga berwarna merah soga yang melambangkan keberanian.
Sementara itu, celana bermodel gomboran dengan panjang hingga mata kaki mencerminkan kepraktisan yang dihargai oleh masyarakat.
Makna Pakaian Adat Madura
Pakaian adat Madura, khususnya Baju Pesa’an tidak hanya sekadar busana tradisional. Di balik desainnya yang simpel, terkandung nilai-nilai kuat yang mencerminkan karakter masyarakat Madura. Bahan merah putih pada bagian dalam Baju Pesa’an melambangkan semangat pejuang dan keberanian. Orang Madura dikenal memiliki etos kerja tinggi, dan pakaian ini menjadi simbol perjuangan untuk mengubah hidup tanpa kenal menyerah.
Sakera: Pakaian adat ini juga memiliki kisah sejarah yang menarik, seperti tokoh Sakera yang memberontak terhadap sistem kerja paksa Belanda. Sakera dikenal sebagai sosok yang sakti, jago beladiri, dan sulit ditangkap. Meskipun akhirnya tertangkap, keberanian dan kegigihan Sakera tetap menginspirasi.
Ikat Kepala dan Kopiah Panjang: Odheng santapan, selain sebagai elemen estetis, memiliki makna dan simbolisme tersendiri. Pelintiran tegak lurus pada odheng peredhan diartikan sebagai huruf alif, sementara odheng tongkosan dengan simpul mati menyerupai huruf alim lam, merepresentasikan keesaan Allah. Kopiah panjang dari kain beludru juga menjadi simbol kesalehan, mencerminkan status santri yang melekat pada masyarakat Madura.
Pakaian adat Madura bukan hanya warisan budaya yang indah, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai dan sejarah yang membentuk karakter kuat masyarakatnya. Setiap pola, warna, dan bentuk pada Baju Pesa’an dan Odheng Santapan menjadi jendela yang membuka cerita panjang keberanian, semangat juang, dan keindahan budaya Madura.
PUTRI SAFIRA PITALOKA | ADIL AL HASAN
Pilihan Editor: Mahfud MD Sebut Ide Gibran Naikkan Rasio Pajak 23 Persen Tak Masuk Akal: Hati-hati Rakyat Sensitif