TEMPO.CO, Jakarta - Kanker pankreas dikenal sebagai pembunuh senyap karena tingkat kematiannya begitu tinggi setelah penderita didiagnosis. Hal itu dapat dilihat dari laporan di AS lewat Surveillance Epidemiology and End Result Program (SEER) yang mengungkap pada 2020 ditemukan 57.600 kasus kanker pankreas dan sekitar 90 persen dengan total 47.050 kasus berujung kematian.
Untuk itu, Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, meminta orang dewasa muda menghindari gaya hidup sedenter atau populer disebut rebahan demi mencegah kanker pankreas.
"Terus terang saja gaya hidup sedenter atau gaya hidup tidak sehat ini seakan jadi tren. Anak muda makannya tinggi lemak misalnya steak, minumnya juga rutin alkohol, merokok juga jadi budaya, lalu obesitas dan seringnya tidak sadar, itu berisiko terkena kanker pankreas," katanya dalam diskusi daring bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jumat, 5 Januari 2024.
Kanker pankreas pada umumnya berpotensi terjadi pada usia 55 tahun ke atas. Namun, dengan perkembangan seperti gaya hidup sedenter maka potensi dewasa muda di usia 30-an terkena kanker pankreas juga ikut membesar. Anggota Dewan Pertimbangan Pengurus Besar IDI itu menjelaskan pankreas merupakan kelenjar yang berkaitan erat dengan sistem pencernaan karena fungsinya untuk menghasilkan enzim serta menghasilkan hormon insulin.
Gaya hidup sedenter
Apabila memiliki gaya hidup sedenter maka organ-organ di dalam tubuh harus bekerja lebih keras untuk melakukan metabolisme, tak terkecuali pankreas. Dengan fungsinya yang vital sebagai penghasil enzim pencernaan, apabila makanan maupun minuman yang dikonsumsi tidak memiliki gizi dan hanya memperberat kinerja pankreas maka lambat laun akan terjadi masalah kesehatan, termasuk kanker.
"Secara logika makanan tinggi lemak seperti daging merah membuat kinerja organ-organ tubuh menjadi lebih berat. Bila melihat fungsi pankreas itu menciptakan enzim. Kalau kinerjanya jadi lebih berat artinya bisa menyebabkan masalah dan bila sudah ada masalah daging-daging itu sulit tuntas dicerna, akhirnya ada peradangan kronis, lalu jadi polip dan berujung kanker," paparnya.
Selain menghindari gaya hidup rebahan, Ari juga menyarankan rutin pemeriksaan medis umum bagi yang berusia di atas 35 tahun untuk mencegah kanker pankreas. Beberapa hal yang harus diperiksa di antaranya darah perifer lengkap, fungsi hati, bilirubin total, amilasi, dan Ca19-9 atau dikenal dengan pemeriksaan tumor marker.
Khusus untuk yang kerap mengalami nyeri ulu hati, pemeriksaan tersebut perlu dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya potensi terjadinya kanker pankreas. World Cancer Research Fund International mencatat kanker pankreas menempati posisi ke-12 sebagai kanker yang umum ditemukan di dunia. Pada 2020, secara global ada 495.000 kasus kanker pankreas.
Pilihan Editor: Gejala Kanker Pankreas yang Sering Disalahartikan Masalah Pencernaan