Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perubahan di Pekerjaan Bikin Stres, Psikolog Beri Saran Mengatasi

Reporter

image-gnews
Ilustrasi pekerja stres. Shutterstock
Ilustrasi pekerja stres. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dunia pekerjaan biasa mengalami perubahan, baik itu kepemimpinan maupun kebijakan perusahaan. Meski begitu, tak semua orang bisa menghadapinya dan kemudian mengalami stres. Menurut ahli saraf Dean Burnett, secara alamiah otak tidak menyukai ketidakpastian akibat perubahan dan segala sesuatu yang tidak pasti berpotensi menjadi ancaman. 

Sementara itu, penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications menunjukkan orang sebenarnya lebih sering stres akibat ketidakpastian dibandingkan perubahan itu sendiri. Lalu, bagaimana cara menavigasi perubahan?

Menurut psikolog klinis Analisa Widyaningrum, perubahan dapat dinavigasi dengan cerdas secara emosional. Kemampuan mengolah emosi inilah yang dapat membantu orang melewati segala tantangan yang dihadapi dalam pekerjaan. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan manusia mengenali dan memahami emosi lalu menggunakannya untuk mengelola diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.

“Mengolah hati dan perasaan memang bukan perkara mudah. Banyak hal yang tidak bisa dikendalikan yang dapat membuat seseorang tidak nyaman terhadap perubahan namun bukan berarti membuat orang tersebut tidak kompeten. Penting untuk memahami level kecerdasan emosi supaya kita bisa mengontrol perasaan dengan lebih baik,” kata Analisa.

Menurutnya, kecerdasan emosi sangat penting dalam dunia kerja karena dapat meningkatkan kolaborasi. Selain itu, dengan memiliki kecerdasan ini, karyawan juga mampu mengelola stres, tangguh menghadapi tantangan, dan mengatasi ketidakpastian secara efisien sehingga kinerja menjadi lebih produktif, pencapaian target meningkat, dan bisa berkontribusi positif terhadap budaya perusahaan.

“Level kecerdasan emosi seseorang dapat terasa saat bekerja bersama orang tersebut. Bekerja dengan orang yang level kecerdasan emosinya tinggi, kita akan merasa lebih nyaman, tenang, dan percaya diri. Hal ini dikarenakan orang tersebut memiliki kompetensi personal dan sosial yang baik,” tutur Analisa.

Kompetensi personal yaitu mampu memahami emosi yang dimiliki atau self awareness dan mengendalikannya dalam situasi sulit serta tetap profesional saat bekerja atau self management. Orang yang memiliki pemahaman emosi yang baik dapat mengelola perasaan untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan kekhawatiran. Dia bisa menerima perubahan dengan cepat dan memikirkan langkah ke depan. 

Lalu, ia juga memiliki kompetensi sosial, yaitu mampu memahami perasaan orang lain dan memiliki keterampilan mengelola hubungan dan membangun dinamika tim yang efektif.

“Sebaliknya, jika bekerja dengan orang yang level kecerdasan emosinya rendah, kita juga akan ikut terbawa merasakan sesuatu yang tidak nyaman, malas, bahkan cemas karena orang tersebut memancarkan aura serta emosi yang negatif,“ kata Analisa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Antara emosi dan rasio
Analisa mengatakan saat emotional brain seseorang merasakan sesuatu yang cukup dalam, maka rational brain-lah yang membalikkan keadaan dan membawanya kembali ke dunia nyata sehingga meskipun sedang merasa sedih, tidak nyaman, kecewa, dia tetap bangkit dan melanjutkan hidup. Pada saat mengalami perubahan, orang boleh merasa tidak nyaman, panik, sedih, kecewa, tetapi tidak perlu berlarut-larut. 

Menurutnya, semua orang yang mengalami perubahan dan hal yang tidak menyenangkan pasti akan mengalami syok. Namun jika memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka bisa mengendalikan emosi tersebut dengan bijak. Analisa mengatakan kecerdasan emosi adalah sesuatu yang bisa dilatih dan distimulus dengan regulasi diri. Dia pun memberikan kiat untuk meregulasi perasaan sehari-hari agar orang dapat menerima dan merangkul perubahan dengan baik.

Pertama, saat menghadapi sesuatu, amati dulu apa yang terjadi. Kedua, kenali emosi yang hadir, apakah marah, sedih, atau kecewa. Asah diri untuk melakukan rutinitas sederhana supaya bisa terkoneksi dengan emosi tersebut, misalnya tulis segala perasaan di buku atau cerita ke orang yang tepat. Hal ini dapat membuat orang sadar emosi apa yang sedang hadir dalam dirinya.

Ketiga, terima dan kelola emosi tersebut dengan menerapkan mindfulness atau kesadaran penuh dan melakukan respons tunda. Sebelum meluapkannya, hitung mundur 10 detik untuk memikirkan dengan matang apakah respons yang akan diberikan itu benar. Perlukah marah-marah, menangis, dan lainnya?

Keempat, cobalah untuk membuka pandangan lebih jauh lagi dan lakukan penataan ulang. Pahami ini adalah tantangan yang harus dihadapi. Semua orang bisa mengalami hal yang sama. Seseorang bisa memosisikan diri sebagai orang lain yang juga ikut merasakan perubahan. Inilah yang dapat membangun ikatan dalam pekerjaan. Kelima, ambil napas. Ingat kembali tujuan jangka panjang sehingga apapun yang dihadapi nantinya bisa mengatasinya dengan baik.

“Navigasi perubahan itu bukan tentang menekan emosi yang dirasakan dalam perubahan tapi bagaimana kita bisa menggunakan emosi yang tepat di situasi yang tepat,” pesan Analisa.

Pilihan Editor: Pulang Liburan Malah Stres, Atasi dengan Langkah Mudah Berikut

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ciri Orang yang Tampak Percaya Diri Padahal Merasa Insecure

19 jam lalu

Ilustrasi insecure. Shutterstock
Ciri Orang yang Tampak Percaya Diri Padahal Merasa Insecure

Berikut beberapa perilaku umum yang ditunjukkan orang yang tampak percaya diri untuk menutupi perjuangan mereka dengan perasaan insecure.


Cemas dan Stres Berkepanjangan Picu Sakit Jantung

23 jam lalu

Ilustrasi wanita stress. TEMPO/Zulkarnain
Cemas dan Stres Berkepanjangan Picu Sakit Jantung

Faktor munculnya sakit jantung bisa disebabkan akibat cemas atau stres yang berkepanjangan.


Empat Inovator Indonesia Raih Penghargaan Ashoka Fellow atas Perubahan Sosial Berkelanjutan

3 hari lalu

Robin Lim, penerima Ashoka Award 2024
Empat Inovator Indonesia Raih Penghargaan Ashoka Fellow atas Perubahan Sosial Berkelanjutan

Sejak 1983, Ashoka telah memberikan Ashoka Fellow kepada lebih dari 3.000 individu di seluruh dunia, termasuk lebih dari 200 penerima di Indonesia.


Psikolog: Gentle Parenting Bantu Kembangkan Kecerdasan Emosional Anak

4 hari lalu

Ilustrasi keluarga memasak bersama. Freepik.com
Psikolog: Gentle Parenting Bantu Kembangkan Kecerdasan Emosional Anak

Teknologi memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan anak.


Alasan Orang Tua Tak Boleh Abaikan Waktu Bermain Remaja

5 hari lalu

Ilustrasi remaja (pixabay.com)
Alasan Orang Tua Tak Boleh Abaikan Waktu Bermain Remaja

Waktu bermain bukan saat anak memegang gawai melainkan berinteraksi dengan teman-teman sebaya dan hal ini harus jadi perhatian orang tua.


Tubuh yang Tetap Aktif Bantu Cegah Keinginan Bunuh Diri

8 hari lalu

Ilustrasi pencegahan atau stop bunuh diri. Shutterstock
Tubuh yang Tetap Aktif Bantu Cegah Keinginan Bunuh Diri

Psikolog mengatakan menjaga tubuh tetap aktif dan terkena sinar matahari bisa menjadi pertolongan pertama mencegah pikiran bunuh diri.


Saran Psikolog untuk Bantu Rekan Kerja yang Stres agar Tak Bunuh Diri

8 hari lalu

Ilustrasi pekerja stres. Shutterstock
Saran Psikolog untuk Bantu Rekan Kerja yang Stres agar Tak Bunuh Diri

Rekan kerja yang melihat rekan lain sedang menghadapi masalah berat bisa dibantu dengan mengamati lingkungan sekitar untuk mencegahnya bunuh diri.


10 Makanan yang Bisa Meredakan Stres

11 hari lalu

Ilustrasi mengurangi stress. Freepik.com/fabrikasimf
10 Makanan yang Bisa Meredakan Stres

Stres karena berbagai hal dapat diredakan dengan 10 makanan berikut.


Pakai Format Baru, Ini Daftar 36 Klub yang Bermain di Liga Champions 2024/2025

16 hari lalu

Trofi dan Logo Liga Champions. (uefa)
Pakai Format Baru, Ini Daftar 36 Klub yang Bermain di Liga Champions 2024/2025

Salah satu perubahan terbesar dalam format baru Liga Champions musim ini adalah peningkatan jumlah peserta dari 32 menjadi 36 klub.


Tak Selalu Negatif, Psikolog Ungkap Dampak Positif Kecemasan dan Cara Menghadapinya

18 hari lalu

Ilustrasi wanita bekerja dalam kondisi cemas. Foto: Unsplash.com/Icons8 Team
Tak Selalu Negatif, Psikolog Ungkap Dampak Positif Kecemasan dan Cara Menghadapinya

Kecemasan bukan penyakit tapi emosi normal yang dialami semua orang dan kita bisa menggunakannya untuk hal-hal positif.